BTW//LT~5

2K 234 0
                                    

Hatiku sangat gelisah, jantungku berdetak tak karuan. Mungkin karena aku akan bertemu dengan Ketua dan Wakil Ketua OSIS yang bernama William dan James yang terkenal 'kejam' itu—yang tidak kenal takut dengan siapa mereka bicara. Entah mengapa aku jadi merasa takut seperti ini. Tapi ya sudahlah, apapun yang terjadi aku akan hadapi!

Tiba-tiba saja ada seseorang menabrakku, sehingga tubuhku hampir tersungkur ke belakang bila saja orang itu tidak memegang lenganku lebih cepat.

"Maafkan aku. Aku buru-buru, kau baik-baik saja 'kan?"

Aku mendongak kearah orang itu, wajar saja tinggi badanku hanya sehidung orang itu. Aku menegang di tempat, mataku melebar.

"Ca-calum." Aku gelagapan, menelan ludah susah payah, berharap bahwa Calum tidak ingat kepadaku bahkan aku berharap Calum amnesia.

Baik, untuk kali ini aku memang jahat.

"Oh, hai Ms. Malik. Kau baik-baik saja?" Dia menatap mataku lekat-lekat lalu tersenyum.

Damn it! Mengapa tatapanmu memabukkan, Calum?

"Uh, ye-yeah, I'm fine," ucapku terbata-bata.

"Sedari tadi kau melamun, ada apa?" Dia menatap wajahku dengan teliti.

Aku menyeringai lebar. "Aku tidak melamunkan apa-apa, ya begitulah." Di akhiri tawaan hambar dariku membuat Calum mengangkat sebelah alisnya.

Oh apa dia mengira aku gadis aneh?

"Baiklah, aku harus ke kelas karena sebentar lagi bel bunyi, bye!"

Aku langsung bergegas meninggalkan Calum yang masih berdiri menatap kepergiaanku. Saat aku sampai didepan kelas, aku menarik napas panjang. Lalu memasuki kelas yang terbilang sangat ramai. Mungkin karena ulah Jack dan Carter. Ya, siapa lagi.

"HAI TIFFANY ALVORD MALIK! MAUKAH KAU BERGABUNG DENGAN KAMI?" suara Jack yang menurutku cempreng mengganggu pendengaranku sekaligus membuat seluruh penghuni kelas ini memandang ke arahku yang masih berdiri di depan kelas.

"Ayolah, Tiff! Bergabung sebagai tanda pertemanan kita!" Semua penduduk kelas pun mengangguk tanda setuju dari Carter.

"Okay, aku mau," balasku dengan malas sambil menyimpan tas di bangku dan mulai bergabung bersama mereka.

***

"Okay, seperti biasa waktunya morning's ceremony." Perrie mengingatkan dan disambut dengan rengekan dari kami semua.

Siapa yang ingin berdiri di tengah lapangan dan hanya mendengarkan nasehat-nasehat yang sudah sering kalian dengar? Tidak ada. Hari ini aku sangat malas untuk mengikutinya.

Setelah bel berbunyi semua siswa dipersilahkan menuju tempat yang paling membosankan dalam hidupku. Dengan sangat berat hati aku pun mulai menuruni tangga beriringan dengan Alice. Saat aku sudah berada di lantai bawah aku melihat seseorang yang tidak familiar. Merasa penasaran aku pun menghampirinya.

"Edward?" Aku penepuk pundaknya hingga dia menoleh kearahku.

"Tiff-Tiff?" Aku memutar bola mataku saat dia memanggilku 'Tiff-Tiff'. Baginya sebutan itu sangat keren. "Aku tidak menyangka kau sekolah disini juga." Dia memelukku kesenangan lalu kubalas saja meskipun aku sedikit sulit bernafas karena pelukannya.

"Yap, seperti yang kau lihat. Kau sekolah disini juga?"

Aku melepas pelukannya. "Ya, seperti yang kau lihat juga."

Aku mendengus dan menepuk pundaknya pelan lalu dia pun terkekeh menunjukkan kedua lesung pipinya yang masih sama dan tidak berubah. Rambut keriting, mata sehijau zamrud serta kedua lesung pipinya masih sama seperti beberapa tahun lalu.

Better Than WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang