Epiloge B.T.W

1.9K 178 7
                                    

Aku dan kekasihku sedang berdiri tak jauh dari bandara, menunggu seseorang itu muncul dan melihat kami berdua dengan wajah senangnya. Sudah lima bulan lebih orang itu pergi untuk menyelesaikan tugasnya dan sekarang waktunya dia kembali, berkumpul bersama keluarga dan sahabatnya.

"Luke, mengapa Louis tak kunjung muncul?"

Ini sudah ketiga kalinya kekasihku terus menanyakan hal yang sama dan sesekali menatap cemas ke arah pintu keluar bandara dimana sedang dipadati banyak wartawan dan penggemar yang membawa poster siap menyambut.

Aku mengusap punggungnya memberikan dia ketenangan. "Mungkin Louis sedikit terlambat."

Kekasihku menghela nafas sebal dan menatapku dengan senyuman manisnya. Aku tahu, pasti dia sedang mencoba menahan rasa kesalnya agar tidak meledak. Wajar saja, kami sudah menunggu Louis dan yang lainnya di bandara selama dua jam lamanya. Padahal Louis mengatakan padaku bahwa dia akan sampai di London pukul sembilan pagi, tapi sampai pukul sebelas Louis belum juga muncul dari pintu keluar.

"Kau sudah tak sabar bertemu dengannya, ya?" Tanyaku berusaha mengalihkan rasa kesalnya.

Kekasihku menoleh, menyeringai lebar tampak kedua pipinya bersemu. Jujur saja, aku sedikit cemburu.

"Jangan marah, Luke. Ingat, aku hanya mengaguminya." Seolah tahu aku sedikit cemburu, kekasihku mengangkat dua jarinya ke udara sambil bergumam, "Peace."

Aku yang geli melihat tingkahnya, langsung saja mendekapnya singkat sebelum mengecup keningnya. "Aku tahu. Jangan khawatir, aku tidak cemburu."

Langsung saja dia menusuk-nusuk perutku dengan kedua jari telunjuknya sehingga aku merasakan geli. Aku tertawa kegelian sambil menyuruhnya berhenti. Tapi dia tidak mendengarkanku, malah dia terus menusuk-nusuk perutku sampai dia puas.

Hingga akhirnya suara teriakkan dari arah pintu keluar bandara menghentikan kegiatan kekasihku. Langsung saja, kami berdua menatap pintu keluar dengan para wartawan yang siap dengan kameranya.

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya muncul orang yang sudah aku tunggu. Harry, dia orang yang pertama aku lihat. Lalu di susul oleh Louis, Niall, Liam dan Zayn. Mereka mulai sibuk meladeni para penggemarnya. Tapi dari sini aku bisa melihat bahwa Louis tidak benar-benar fokus meladeni penggemarnya, dia malah sibuk melihat setiap sudut bandara seperti mencari seseorang.

Lalu saat salah satu pengawal berbicara pada mereka, mereka tiba-tiba mengangguk dan kembali berjalan keluar bandara tanpa meladeni lagi para penggemar yang berteriak meminta foto bersama. Mereka semakin mendekat ke arahku dan tatapan mereka pun jatuh terpaku padaku dan kekasihku.

Tatapan yang Louis berikan membuatku merasa terlempar ke masa itu. Masa yang penuh dengan kenangan menyenangkan. Aku pun melontarkan senyum hangat padanya, tanda bahwa kita sudah berdamai. Lalu di saat jarak antara aku dan mereka sudah dekat. Kekasihku ini tiba-tiba melompat dan memeluk Louis. Louis yang awalnya diam karena terkejut akhirnya terkekeh dan membalas pelukannya.

"Aku merindukanmu, Louis!" Kekasihku berteriak sehingga membuat berbagai kilatan cahaya dari kamera wartawan menyerbu mereka.

Ini gawat! Jika mereka memberikan berita yang macam-macan tentang mereka berdua, aku akan memenggal kepala mereka satu persatu.

"Louis." Aku memanggilnya dengan nada penuh peringatan.

Dia melihatku dengan senyum kemenangannya. "Tenang, aku akan menjelaskan kepada mereka," ucapnya sambil melepaskan pelukannya dengan kekasihku.

Rasanya di dalam dadaku seperti tidak bisa menerima oksigen. Ini sesak sekali.

"Apa kabar, Luke?" Tanya Liam setelah pemandangan yang membuatku sesak itu berakhir.

Better Than WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang