"Aku pulang."
Illa melepas sepatu hak tinggi warna coklat yang ia kenakan, kemudian meletakkannya di rak. Dengan langkah gontai ia masuk ke dalam rumahnya. Kedua kakinya mendadak berhenti melangkah saat melihat ayahnya tengah berbincang dengan seseorang di ruang tamu.
Illa mengenal tamu sang ayah. Gadis itu membungkukkan badannya, menunjukkan rasa hormatnya pada orang yang lebih tua. Meskipun dalam hati, Illa tidak begitu ingin melakukannya.
"Selamat malam, Tuan Yoon." Sapa Illa. Tuan Yoon pun membalas Illa dengan menganggukkan kepala.
"Kau pulang bersama Jeonghan?" Tanya Tuan Jung.
"Kami berpisah di bandara. Dia bilang akan menemui manajernya atau siapa, entahlah." Jawab Illa seraya berjalan menuju kamarnya. Begitu di dalam kamar, Illa meletakkan tas jinjingnya di atas tempat tidur, kemudian merebahkan diri dan memejamkan kedua matanya. Ia merasa sangat lelah.
Kepalanya juga terasa sakit. Bukan hanya karena jet lag, namun pertemuan tidak sengaja dengan Joshua di pesawat tadi benar-benar di luar ekspektasinya. Illa tidak menyangka akan bertemu pria itu begitu saja. Ia belum siap jika harus bertemu Joshua lagi.
Tentu saja, Joshua bukan lelaki biasa. Menurut kabar yang terakhir ia dengar, Joshua telah sukses mengembangkan bisnisnya di beberapa negara bagian di Amerika. Di usia yang terbilang masih muda, Joshua sudah menggenggam dunianya. Ia memiliki segalanya.
Illa memang pernah menjadi bagian dari masa lalu Joshua. Namun tidak serta merta masa lalu yang indah. Dan jika teringat lagi, hal itu akan membuat Illa kembali goyah akan pendiriannya selama ini.
Mendadak Illa membuka mata saat ia mendengar pintu kamarnya diketuk. Itu pasti ayahnya —memangnya siapa lagi? Dengan masih terseok, Illa membukakan pintu.
"Ada apa?" Tanya Illa.
"Boleh ayah masuk? Atau kita bicara di luar."
"Aku lelah. Biarkan aku tidur."
"Sebentar saja, Illa."
Jung Illa menghela nafas, kemudian membuka pintu kamarnya lebih lebar. Ia biarkan sang ayah masuk dan mengutarakan apa yang ingin dibicarakan.
"Ayah ingin menyampaikan apa yang tadi dibicarakan dengan Tuan Yoon."
"Jangan katakan padaku itu soal perjodohan." Illa menyambar ucapan sang ayah.
"Illa, ini demi kebaikanmu, sayang."
"Kebaikan seperti apa yang ayah maksud? Dari segi ekonomi? Apakah ayah pikir dengan menikahi Jeonghan maka hidupku akan lebih baik? Kalau ayah berpikir seperti itu, aku sarankan mulai sekarang ayah buang jauh-jauh pemikiran ayah itu."
"Bukan hanya tentang ekonomi, Illa. Kalau kau menikah dengan Jeonghan, kau bisa mengembalikan Jeonghan menjadi dirinya yang dulu."
"Apa maksud ayah?"
"Dia membutuhkanmu, Illa. Dia butuh pertolonganmu."
Illa memijit dahinya yang berdenyut kencang. Ayahnya ini sudah gila atau apa? Menolong seperti apa yang dimaksud? Illa benar-benar tidak paham. Namun setiap kali bertanya, ia tidak pernah mendapat penjelasan dari ayahnya.
"Aku tahu bagaimana harus mengatur hidupku, ayah. Usiaku sudah dua puluh lima. Aku tahu mana yang baik dan yang tidak untuk diriku. Dan aku tidak mencintai Jeonghan."
Illa menitikkan air matanya. Lantas perlahan ia mulai terisak. Ia benar-benar kecewa dengan ayahnya yang memaksanya menikah dengan lelaki yang tidak ia cintai. Bahkan yang tidak ia kenal sebelumya, demi tujuan yang sama sekali tidak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] In Your Eyes 🍃 Yoon Jeonghan✔
FanfictionSaat semua sorot kamera itu padam, hanya Jung Illa yang tahu. Ada luka di dalam sorot mata Yoon Jeonghan. autumn quartz - 2018