"Terimakasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya sebagai brand ambassador produk ini. Saya akan berusaha sebaik mungkin."
Pihak manajemen Lacuma menjabat tangan Jeonghan setelah sang artis menanda tangani kontrak kerja. Jeonghan bersama Jisung tengah berada di kantor pemasaran Lacuma yang ada di kawasan Apgujeong. Setelah mendapat persetujuan dari Lee sajangnim, mereka mengatur pertemuan untuk menanda tangani kontrak kerja.
Setelah ini, Jeonghan akan disibukkan dengan berbagai kegiatan, seperti pemotretan, acara fansign, dan ia juga sudah membahas comeback musim dingin dengan seorang produser. Ia akan jarang di rumah. Lantas tiba-tiba saja ia terpikirkan tentang Illa.
Tidak. Illa akan baik-baik saja. Toh mereka sudah sepakat untuk tidak mencampuri urusan masing-masing. Jadi untuk apa Jeonghan risau?
"Pemotretan akan dilaksanakan tiga hari lagi. Kami sudah mempersiapkan semuanya, Jeonghan-ssi. Ah, saya sangat antusias tentang produk kami kali ini. Saya yakin akan laku keras di pasaran." Ujar manajer pemasaran pihak Lacuma. Sementara Jeonghan tersenyum simpul mendengarnya.
"Saya juga yakin kalau produk ini akan sukses. Lagipula kualitas Lacuma memang sudah tidak diragukan sejak dulu, kan?"
Setelah obrolan singkat tersebut, Jeonghan dan Jisung berpamitan. Mereka kembali ke kantor agensi dan bertemu produser rekaman yang akan menggarap album musim dingin Jeonghan.
"Sudah lama?" Tanya Jeonghan seraya melepas jaket tebalnya.
"Baru lima belas menit. Kudengar kau ada kontrak dengan brand fashion?" Tanya sang produser.
"Hm, begitulah. Tiga hari lagi aku sudah mulai pemotretan. Ngomong-ngomong," Jeonghan mengeluarkan beberapa lembar kertas dari tas yang dibawanya. "Aku sudah menulis beberapa lirik lagu untuk album musim dingin. Ini memang comeback yang sangat mendadak. Tapi kuharap hasilnya akan sebagus albumku yang sebelumnya."
"Kau meragukan produsermu ini?" Gurau sang produser bernama Max itu. Nama aslinya adalah Goo Youngmin. Namun pria yang 3 tahun lebih tua dari Jeonghan itu dikenal sebagai produser musik bernama Max.
"Tentu saja tidak. Kau yang terbaik, kak." Sahut Jeonghan.
Max tersenyum, lantas membaca lirik yang ditulis oleh Jeonghan. Lengkap dengan chord gitarnya.
"Kau ingin lagu bertema akustik?" Usul Max.
"Sepertinya menarik. Album musim dingin tahun lalu sudah bertema jazz. Jadi kurasa tema akustik bagus juga untuk musim dingin kali ini." Jeonghan menimpali.
"Atasanmu memang gila. Dia memberitahuku kalau kau akan melakuan comeback di awal desember. Artinya kita hanya punya waktu kurang dari satu bulan untuk merampungkan album ini."
"Dia memang selalu gila. Tapi kurasa aku hanya akan melakukan promosi di acara musik sebentar saja."
"Minggu depan aku pastikan sudah selesai untuk aransemen musiknya. Dan kalau tidak ada halangan, kita langsung take untuk rekaman. Kau sanggup?"
"Tentu saja. Aku sudah terbiasa sibuk."
Max menganggukkan kepalanya atas kesanggupan Jeonghan untuk melakukan rekaman minggu depan. Keduanya lantas membicarakan lebih lanjut tentang konsep album Jeonghan kali ini. Max dan Jeonghan memang sudah dekat layaknya kakak adik. Namun Max adalah salah satu dari sekian banyak orang yang belum tahu tentang pernikahan Jeonghan.
Bukan apa-apa. Jeonghan hanya merasa kalau semakin sedikit orang yang tahu, itu akan semakin baik. Toh Max juga bukan seseorang yang harus tahu rahasia besarnya ini.
Saat masih membahas lagu ketiga, Jeonghan merasa kalau ponselnya bergetar. Ada pesan masuk dan segera ia baca.
"Jangan lupa makan siang."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] In Your Eyes 🍃 Yoon Jeonghan✔
FanfictionSaat semua sorot kamera itu padam, hanya Jung Illa yang tahu. Ada luka di dalam sorot mata Yoon Jeonghan. autumn quartz - 2018