Sisa-sisa perayaan tahun baru masih jelas terasa saat Illa melihat jalanan yang dilaluinya. Benar. Ia dan Jeonghan tengah berkendara membelah jalanan Seoul yang tak pernah tidur. Jam digital di dashboard menunjukkan pukul 2 pagi. Tapi jalanan tak juga sepi. Banyak orang-orang di bahu jalan, dengan membawa terompet atau memakai aksesoris khas tahun baru.
"Kau tidak lelah, Jeonghan?" Tanya Illa pada Jeonghan yang masih fokus pada kemudinya.
"Tidak setelah melihatmu." Jawab Jeonghan dan itu sukses membuat jantung Illa melompat-lompat tak karuan.
Illa tidak menjawab. Terlalu sibuk menenangkan detak jantungnya. Dan kini ia merasa wajahnya memanas.
"Kita mau kemana?" Tanya Illa lagi.
"Aku juga tidak tahu." Jawab Jeonghan. "Asal bisa menikmati sisa tahun baru bersamamu saja, kurasa itu cukup."
Yoon Jeonghan sialan, batin Illa. Gadis itu lantas mengusap pipinya yang mungkin semakin merah karena kalimat yang dilontarkan Jeonghan barusan.
"Aku lapar." Celetuk Illa.
"Kalau begitu kita cari tempat makan." Sahut Jeonghan. Illa menolehkan kepalanya. Menatap figur Jeonghan dari samping yang terlampau sempurna. Garis rahang yang tajam, wajah tanpa cela, dan saat netranya terfokus pada bibir Jeonghan, Illa menahan napasnya.
"Buka saja jendelanya kalau kau merasa panas."
"Ah—baiklah."
Illa membuka sedikit kaca jendela mobil dan angin dingin langsung menyeruak masuk. Menurunkan temperatur tubuhnya yang sedari tadi memanas karena darahnya mengalir dengan cepat. Tentu saja, jantungnya bekerja ekstra keras saat ini.
Dan semuanya karena sosok Jeonghan di sampingnya.
Aneh memang. Pria itu nyaris tidak melakukan apapun —hanya mengemudi sambil sesekali bicara. Itupun singkat-singkat saja. Namun justru itu membuat sesuatu di dalam tubuh Illa menyala tak terkendali.
Jeonghan melesat semakin jauh. Jalanan yang dilaluinya kini tak lagi seramai tadi. Hampir 30 menit mereka berkendara, namun Illa merasa tak keberatan sama sekali.
Hingga akhirnya Jeonghan menghentikan mobilnya di sebuah kedai makan kecil. Agaknya Illa paham kenapa pria itu memilih tempat ini. Ia tak mau diketahui oleh orang lain. Kedai makan itu amat sepi. Hanya Illa dan Jeonghan yang makan di sana.
Dan karena ini malam tahun baru, kedai itu masih buka sampai dini hari.
Mereka memilih meja yang ada di sudut dan tak lama, seorang waiters laki-laki menghampiri. Jeonghan menundukkan kepalanya saat waiters itu ada di sampingnya, sementara Illa yang memesan makanan. Dan setelah sang waiters pergi, barulah Jeonghan mengangkat kepalanya.
"Kau tidak khawatir keluar tanpa masker?" Tanya Illa saat Jeonghan menyibakkan rambutnya ke belakang.
"Terkadang aku lelah menutup diri, Illa." Jawab Jeonghan tenang.
"Jika ada yang melihatmu, bagaimana?"
"Tapi tidak ada yang melihatku, kan? Untuk saat ini. Kecuali kau saja."
Illa menggaruk kepalanya yang mendadak gatal karena jawaban Jeonghan yang terdengar rancu itu. Pria itu penuh misteri —Illa tidak menampiknya. Di satu sisi, ia ingin tahu lebih banyak tentang diri Jeonghan yang sebenarnya. Namun di sisi lain, ia takut. Entah mengapa, ada sesuatu di dalam diri Jeonghan yang disembunyikan.
Sesuatu yang disembunyikan rapat-rapat dan siap meledak kapan saja.
"Kau sering makan di tempat ini?" Tanya Illa berusaha mencari bahan pembicaraan. Mendadak suasana di antara keduanya menjadi canggung dan Illa tidak menyukainya.
![](https://img.wattpad.com/cover/148741949-288-k681141.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] In Your Eyes 🍃 Yoon Jeonghan✔
FanfictionSaat semua sorot kamera itu padam, hanya Jung Illa yang tahu. Ada luka di dalam sorot mata Yoon Jeonghan. autumn quartz - 2018