38. Stay

2K 313 32
                                    

Would you like to stay? Or leave me with all of that pain…

















Illa mengangkat wajahnya yang sedari tadi tertunduk. Ia tidak berani bertatap mata dengan Jeonghan. Namun begitu netranya beradu dengan milik Jeonghan, rasa sakit semakin menyebar di permukaan hatinya. Iris mata itu berhasil menggoreskan luka yang sangat dalam bagi Illa. Illa pun tahu seberapa banyak luka yang dimiliki Jeonghan. Namun ia benar-benar tidak menyangka kalau kenyataan jauh lebih mengerikan dari ketakutannya selama ini.

Jeonghan masih duduk di atas sofa, kedua telapak tangannya menggenggam satu sama lain. Sementara kini Illa beralih duduk di sofa lain yang berseberangan dengan Jeonghan.

"Sejak kapan ini semua terjadi, Jeonghan?"

"Hampir tiga tahun." 

Illa menghela napas, kemudian mengacak pelan rambut panjangnya sendiri. Ia tidak tahu harus bagaimana. Haruskah ia terbang ke Seattle saat ini? Atau lari dan kembali ke rumah ayahnya saja? 

Ayahnya. Mendadak Illa membulatkan kedua matanya yang sudah bengkak karena terus menangis. Inikah yang dimaksud ayahnya saat itu? Inikah nerakanya Jeonghan yang selama ini selalu dikatakan oleh sang Ayah? Kalau ayah Illa saja tahu, apakah ayah Jeonghan sendiri juga tahu?

“Kenapa kau menutup mulutmu selama itu? Kau tidak coba melapor ke polisi? Atau setidaknya bicaralah dengan ayahmu.”

“Aku takut.”

“Kenapa kau harus takut? Jadi kau lebih memilih menuruti keinginan gila Lee Sungho meskipun itu membunuhmu perlahan-lahan?”

“Toh pada akhirnya aku juga akan mati, kan?”

“Hentikan semua omong kosongmu, sialan! Aku yang akan melaporkan Lee Sungho kalau kau tidak berani.”

“Jangan!”

Illa menatap Jeonghan lurus. Amarahnya sudah tidak bisa dibendung lagi. Menurutnya, Jeonghan terlalu pengecut sampai tidak berani melaporkan pada polisi tentang apa yang telah menimpanya selama ini. Pria itu hanya diam meskipun dihancurkan oleh pimpinannya sendiri. Dan di saat Illa ingin menyelamatkannya, Jeonghan justru menolak. Itu benar-benar memuakkan bagi Illa.

“Kenapa jangan?’

“Illa, kumohon. Jangan libatkan dirimu dalam masalah ini.”

“Bagaimana kalau aku tidak melibatkan diriku dalam hidupmu sekalian saja?”

“A… apa maksudmu, Illa?”

Illa terdiam. Menelan kembali kata-katanya yang sudah berada di ujung lidahnya. Akhirnya ia memutuskan untuk beranjak menuju kamarnya. Ia masih tidak sanggup berlama-berlama berada di dekat Jeonghan. Dan begitu sampai di ambang pintu, Jeonghan bertanya, 

“Kau benar-benar ingin meninggalkanku, Illa?”

“Untuk apa aku terus bersamamu jika aku tidak boleh tahu kesulitan apa yang tengah kau hadapi? Bukankah lebih baik kalau kita kembali menjadi orang lain? Saling tidak mengenal seperti dulu?”

“Kalau itu bisa membuatmu bahagia…”

“Kau juga bahagia jika kita berpisah?”

Jeonghan tertawa sumbang. Yang mana menahan langkah Illa untuk masuk ke kamarnya.

“Bahagia? Kau pikir aku pernah bahagia selama ini?”

Illa masih bergeming di tempatnya berdiri. Apakah Jeonghan barusan berkata kalau ia tidak bahagia selama ini? Bahkan setelah menikah dengannya?

[1] In Your Eyes 🍃 Yoon Jeonghan✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang