"Yoon Jeonghan-ssi, sejak kapan anda menerima tindakan pelecehan yang dilakukan oleh Lee Sungho?"
"Sejak tiga tahun yang lalu, Yang Mulia."
"Bisa anda ceritakan awal mula hal itu terjadi? Apakah Lee Sungho pernah menunjukkan gelagat atau hal aneh saat di depan anda?"
"Tidak pernah. Saya selalu berpikir bahwa dia adalah pimpinan yang selalu bersikap baik pada bawahannya. Sampai suatu hari, saya tengah berada di studio milik produser yang biasa bekerja untuk album-album saya. Saat itu pukul satu dinihari dan saya mendapat telepon dari Lee Sungho—"
Kalimat Jeonghan mendadak terhenti. Ia tidak sanggup jika harus mengungkapkan hal itu di depan banyak orang. Kejadian yang sangat ingin ia lupakan harus ia ingat lagi. Lidahnya kelu dan jantungnya berdegup sangat cepat. Sontak ia menatap Illa yang duduk di samping Minhyun. Sorot mata wanita itu seolah mengatakan, meminta Jeonghan mengatakan semuanya pada hakim.
"Apa yang Lee Sungho katakan melalui telepon saat itu?"
"Dia meminta saya untuk datang ke apartemennya. Saya pikir dia akan membahas tentang album baru saya, meskipun aneh membahasnya pada pukul satu dinihari. Saya pun datang ke apartemen Lee Sungho saat itu juga."
"Lantas apa yang terjadi di apartemen Lee Sungho?"
"Awalnya dia menawarkan minum pada saja. Dia menawarkan soju, namun saya menolaknya. Kemudian... dia mengatakan kalau dia menyukai saya..."
Illa memejamkan kedua matanya. Rasanya ia tidak sanggup mendengar penuturan Jeonghan pada hakim. Semuanya terdengar sangat menyakitkan. Seolah ia bisa merasakan apa yang Jeonghan rasakan kala itu. Suasana di dalam ruang sidang pun hening, membuat ketegangan dan kegugupan yang dirasakan Illa semakin terasa.
"Saya menolak dengan sopan saat itu. Namun Lee Sungho justru..."
Jeonghan tidak sanggup meneruskan keterangannya di depan hakim. Tangisnya pecah tanpa ia sadari. Dan melihat apa yang terjadi pada Jeonghan, Illa sontak langsung berdiri dan menghampirinya. Ia berusaha menenangkan pria itu, namun tidak berhasil. Jeonghan masih menangis dan justru membuat suasana menjadi sedikit riuh. Hingga akhirnya hakim memutuskan untuk menunda sidang sampai keadaan Jeonghan membaik. Dan Lee Sungho hanya menyaksikan itu semua dengan raut dinginnya.
Ia sudah memperingatkan sejak awal, kan?
---000---
"Kalau Tuan Yoon tidak bisa memberikan keterangan pada hakim, kasus ini tidak akan bisa selesai dengan cepat."
Illa terdiam saat mendengar penuturan Hwang Minhyun. Memang benar. Kesaksian Jeonghan adalah kunci dari kasus ini. Namun jika melihat keadaan Jeonghan sekarang, rasanya tidak mungkin memaksa pria itu berbicara di depan hakim. Setelah pulang dari kantor pengadilan kemarin, Jeonghan menjadi banyak diam. Dan Illa memutuskan untuk menemui seorang psikiater yang dulu pernah membantu Jeonghan saat menghadapi masa depresinya.
"Sebaiknya kita fokus pada keadaan Tuan Yoon terlebih dahulu. Kesehatannya jauh lebih penting dari apapun."
Illa menganggukkan kepalanya, setuju dengan saran dari Minhyun. Setelah dirasa cukup, Minhyun berpamitan pergi dari apartemen Jeonghan. Pengacara itu mengatakan kalau ia harus mengantarkan istrinya check-up dengan dokter kandungan. Minhyun sempat bercerita bahwa ia akan menyambut kelahiran anak pertamanya 1 bulan lagi. Dan ia berjanji untuk menyelesaikan kasus ini lebih cepat dari perkiraan kelahiran anaknya.
Setelah Minhyun pergi, Illa menghampiri Jeonghan yang berada di dalam kamar. Tidak ada yang dilakukan pria itu selain duduk di atas tempat tidur. Kedua kakinya menyentuh karpet beludru yang melapisi lantai kayu. Illa duduk di sampingnya, mengambil telapak tangan kiri Jeonghan dan menggenggamnya dengan erat.
![](https://img.wattpad.com/cover/148741949-288-k681141.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] In Your Eyes 🍃 Yoon Jeonghan✔
FanficSaat semua sorot kamera itu padam, hanya Jung Illa yang tahu. Ada luka di dalam sorot mata Yoon Jeonghan. autumn quartz - 2018