Song recommended :
Martin Garrix & Dua Lipa - Scared To Be Lonely
Illa menekan kombinasi angka pada access control yang menempel di pintu apartemen dan pintu pun otomatis terbuka. Ia masuk dan melepas sepatunya, kemudian menaruhnya di rak yang ada di lorong kecil dekat pintu. Saat sampai di ruang tengah, Illa mendapati Jeonghan tengah duduk di atas sofa sambil menonton televisi. Di hadapan pria itu terdapat secangkir teh yang mulai mendingin.
"Kau sudah sadar?" Tanya Illa sambil melepas cardigan warna hitamnya dan ia gantung di kapstok di dalam kamarnya.
"Kau darimana?" Jeonghan balik bertanya.
"Aku? Hanya jalan-jalan sebentar."
Jeonghan kembali ke apartemen pukul 9 pagi dan pria itu langsung menuju kamar untuk tidur. Ia bahkan mengacuhkan Illa yang bertanya padanya.
"Semalam kau tidur dimana?" Illa bertanya lagi seraya mengeluarkan sebotol air dingin dari dalam kulkas.
"Aku terlalu mabuk semalam. Jadi aku menginap di apartemen Kak Jisung. Dia yang menyetir mobilku."
"Pestanya sangat menyenangkan, ya? Sampai kau bisa mabuk berat seperti semalam."
"Maksudmu?"
Nada bicara Jeonghan menjadi berubah. Illa merasakannya dengan betul. Dan itu membuatnya mengernyitkan kening. Apakah ia salah bicara lagi?
"Kau bertanya seperti itu, karena kau sangat tidak suka dengan Sejeong, kan?"
Illa berdecih, lantas melipat kedua tangannya di depan dada. "Aku memang tidak pernah menyukai Sejeong. Tapi yang aku tanyakan tidak ada hubungannya dengan perempuan itu. Kenapa kau sangat tersinggung?"
"Kalau kau tidak tahu apa-apa, lebih baik kau diam saja."
Ucapan Jeonghan tak pelak menyulut emosi Illa. Ia pun masuk ke dalam kamar, mengambil kotak hadiah dari Sejeong, kemudian melemparnya ke meja yang ada di hadapan Jeonghan. Jeonghan hanya menatap kotak tersebut sesaat, kemudian beralih menatap Illa tajam.
"Aku tidak tahu kemana sebenarnya kau semalam. Tapi jika kau menemui perempuan itu lagi, tolong kembalikan ini padanya."
Dari dalam kotak tersebut terlempar sepucuk kartu yang dipersembahkan untuk Illa. Dan terdapat logo dari brand fashion milik Sejeong.
"Dia tidak perlu bersikap sebaik ini hanya agar aku tidak mencurigainya." Sambung Illa.
"Mencurigainya apa?"
"Mencurigainya bermain api denganmu di belakangku."
"Bisakah kau berhenti menuduhku berhubungan dengan Sejeong?!" Bentak Jeonghan. Pria itu tampak begitu marah dan frustasi atas semua kecurigaan Illa yang ditujukan padanya. Namun Illa sendiri tak kalah kecewa atas sikap Jeonghan yang tidak pernah berubah itu.
"Aku bahkan tidak menyebut nama Sejeong, tapi justru kau dulu yang memulainya. Bagimana bisa aku tidak curiga pada kalian berdua?"
Jeonghan mematikan televisi dan beranjak berdiri. Dihampirinya Illa yang masih berdiri di dekat dapur, lantas berdiri di hadapannya. Bertatap wajah dengan Illa seperti ini masih membuat jantung Jeonghan berdetak dua kali lebih cepat. Namun ia juga tidak bisa menahan rasa kesalnya. Hingga sebuah pertanyaan terlontar dari mulut Jeonghan.
"Kau sudah tidak ingin bersamaku?"
Kedua mata Illa membulat sempurna. Tidak terpikir sama sekali di dalam benaknya kalau Jeonghan akan bertanya seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] In Your Eyes 🍃 Yoon Jeonghan✔
FanfictionSaat semua sorot kamera itu padam, hanya Jung Illa yang tahu. Ada luka di dalam sorot mata Yoon Jeonghan. autumn quartz - 2018