24. Confession

2.2K 349 81
                                    

PLEASE READ THIS !!!

I already warned at the beginning of this story that it'll be contained dark, shocking, and frustating story line. So please be a wise reader. It's just a fictional story. Don't take it too seriously and enjoy♡





Baca doa dulu 😁

Scroll pelan-pelan aja 👌














Jeonghan mengenakan jaket tebalnya, menaikkan retsleting dan menutup wajahnya dengan masker hitam yang ia ambil dari saku jaketnya. Saat mengecek di layar ponselnya, jam sudah menunjukkan pukul 2 dinihari.

Dan ia benar-benar berharap Illa tidak menunggunya kali ini.

Jeonghan hendak membalikkan badannya saat tiba-tiba sepasang tangan melingkari pinggangnya. Jeonghan menghela napasnya pelan.

"Kau sudah akan pulang, Jeonghan?"

"Iya. Ini sudah pukul dua."

"Memangnya kenapa? Istrimu menunggu di rumah? Kau merindukannya?"

Jeonghan diam saja. Kedua tangan tadi lantas memutar tubuh Jeonghan. Membuat mereka saling berhadapan dan bertatap muka.

"Soal berita siang tadi, kau tidak perlu khawatir. Aku tahu itu hanya gosip murahan agar comebackmu gagal di pasaran. Aku akan menyuruh media menghentikan pemberitaannya. Lagipula utusan dari agensi juga sudah memberikan bantahan."

"Iya. Terimakasih, sajangnim."

Jeonghan tersenyum tipis pada Lee Sunghoo. "Saya pulang dulu."

Lee Sunghoo mengangguk, kemudian mengecup singkat pipi Jeonghan yang tertutup masker. Pria itu lantas membiarkan Jeonghan meninggalkan apartemennya.

Selama berjalan menuju basement, pikiran Jeonghan hanya tertuju pada Illa. Bagaimana jika Illa tahu tentang berita itu? Tentu saja Illa tahu, teriaknya dalam hati. Ada 2 kemungkinan yang dipikirkan oleh Jeonghan. Pertama, Illa tidak akan peduli. Dan yang kedua, Illa akan marah padanya.

Tapi kenapa Illa harus marah? Bukankah gadis itu mengatakan sendiri kalau ia tidak akan mencampuri apapun yang terjadi dengan kehidupan Jeonghan?

Jeonghan bergegas masuk ke dalam mobil dan menekan pedal gasnya dalam-dalam. Isi kepalanya sudah berantakan. Satu-satunya orang yang ingin ia temui saat ini adalah Illa. Bunganya.

Hanya butuh 10 menit bagi Jeonghan untuk sampai di basement apartemennya. Dengan sedikit berlari, ia masuk dan menggunakan lift agar sampai di kamarnya yang ada di lantai 17. Ia tekan passcode di pintunya dan otomatis pintu terbuka.

Jeonghan tergesa-gesa menuju ruang tengah dan ia tidak menemukan Illa. Mungkin gadis itu sudah tidur, pikirnya. Jeonghan sedikit bernapas lega. Setidaknya ia bisa memikirkan kalimat apa yang akan disampaikan pada Illa jika gadis itu menuntut penjelasan darinya.

Jeonghan langsung menuju kamar mandi dan membersihkan diri di sana. Ia menyalakan shower dan menggosok tubuhnya kuat-kuat. Kerap kali Jeonghan merasa benci dengan dirinya sendiri. Ia terus berkubang dengan dosa yang mungkin tidak bisa termaafkan hanya demi kepentingan karirnya. Ia manusia kotor, itulah yang sudah terpatri di kepalanya. Sekuat apapun Jeonghan membersihkan dirinya, sebanyak apapun air yang ia gunakan untuk membasuh tubuhnya, ia tetaplah kotor.

Dan kalau sampai Illa tahu, mungkinkah gadis itu akan meninggalkannya? Atau justru memaafkannya?

Tapi Illa tidak boleh tahu. Bunganya tidak boleh terluka. Sedikitpun tidak boleh. Jeonghan harus menjaganya meskipun mengorbankan dirinya sendiri. Karena Illa harus tetap baik-baik saja.

[1] In Your Eyes 🍃 Yoon Jeonghan✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang