"Hei, biar aku saja."
Illa membalikkan badannya saat mendengar suara Jeonghan yang tiba-tiba masuk ke dalam dapur. Pria itu langsung mengambil alih zucchini yang ada di tangan Illa dan memotong-motongnya menjadi kotak-kotak kecil, lantas beralih pada daging yang ada di sampingnya.
"Kau istirahat saja, biar aku yang memasak supnya." Ujar Jeonghan yang justru ditanggapi dengan dengusan kecil dari hidung Illa.
"Sejak kapan kau bisa memasak?" Ledek Illa.
"Kalau hanya sekadar membuat sup pasta kacang, aku sudah bisa sejak masih sekolah dulu."
Illa hanya tertawa kecil, kemudian berdiri dua langkah dari Jeonghan. Ia mengamati tangan Jeonghan yang terampil memotong daging kemudian memasukkannya ke dalam panci berisi kuah kaldu. Sementara tangan Illa sendiri masih tidak bisa digunakan untuk melakukan apa-apa. Bahkan Jeonghan pun membantunya memakaikan baju pagi tadi.
"Sebenarnya aku tidak mau menelpon ayahku hanya untuk membelikan bahan makanan. Tapi kedua tanganku sedang tidak bisa diajak bekerja jadi aku terpaksa menyuruhnya datang kemari." Kata Illa.
"Apa salahnya? Ia juga bersedia, kan?" Sahut Jeonghan.
Pria itu pun mengaduk-aduk panci berisi sup yang mulai mendidih. Ia tambahkan sedikit garam dan gula serta bubuk cabai. Setelah dirasa masakannya matang, Jeonghan mematikan kompor dan suasana di sekitarnya menjadi sunyi.
"Mau makan sekarang?" Tanya Jeonghan. Illa menganggukkan kepalanya dan kembali memperhatikan Jeonghan yang membawa panci berisi sup ke atas meja makan, kemudian menyiapkan dua mangkuk nasi. Lantas perlahan, Jeonghan menuntun Illa menuju meja makan. Lutut Illa masih memar dan sakit jika berjalan.
"Kalau tidak kuat, besok tidak usah datang ke pengadilan saja, Illa. Kesehatanmu jauh lebih penting." Ujar Jeonghan seraya menyuapkan sesendok nasi pada Illa.
"Aku hanya luka di tangan dan tidak harus dirawat di rumah sakit. Aku tetap akan datang." Bantah Illa.
"Tapi kau juga masih kesakitan saat berjalan."
"Kau kan bisa menggendongku masuk ke ruang sidang."
Jeonghan hanya memutar bola matanya saat Illa menggodanya."Aku serius, Illa."
"Aku juga serius. Jika aku mengatakan aku baik-baik saja, itu artinya aku memang baik-baik saja dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
"Besok hakim akan meminta keterangan dari Lee Sungho. Kuharap kau tetap bisa tenang saat pria itu memberikan keterangannya."
"Tergantung, kalau pria itu berdusta, aku tidak akan tinggal diam."
"Illa…"
"Kenapa harus takut, Jeonghan? Sudah sepantasnya dia mendapatkan hukuman atas apa yang telah dilakukannya selama ini."
"Aku hanya tidak mau kau terluka lagi. Aku tidak mau wajah atau bagian tubuhmu lainnya yang selanjutnya terluka."
"Kau yakin kalau apa yang terjadi kemarin ada sangkut pautnya dengan Lee Sungho?"
Jeonghan tidak langsung menjawab. Ia menyendok nasi kemudian kembali menyuapkannya pada Illa. Namun Illa tidak langsung membuka mulutnya. Perempuan itu justru menatap Jeonghan lurus-lurus, seolah tahu ada sesuatu yang sangat dipikirkan olehnya.
"Aku hanya menduga saja. Kita juga tidak punya bukti apapun." Ucap Jeonghan pelan.
"Joshua masih berusaha mencari pengendara mobil sialan itu." Timpal Illa.
"Tidak usah libatkan Joshua dalam masalah ini, Illa."
"Ini bukan waktu yang tepat untuk cemburu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] In Your Eyes 🍃 Yoon Jeonghan✔
FanfictionSaat semua sorot kamera itu padam, hanya Jung Illa yang tahu. Ada luka di dalam sorot mata Yoon Jeonghan. autumn quartz - 2018