Warning! This part is contained with lil bit mature content. Please be a wise reader. Thank you ❤
Song recommended : Camila Cabello - Crying In The Club
---
"Maaf membuat anda menunggu. Ini pesanan anda. Capuccino hangat dan bagel keju. Selamat menikmati."
Illa hanya mengangguk seraya tersenyum tipis saat pesanannya diantar oleh seorang waiters. Sudah sekitar 15 menit ia menunggu Niall di cafe ini. Dan karena belum ada tanda-tanda kehadiran pria itu, Illa mengeluarkan sebuah kaca dari dalam tasnya. Memastikan bahwa ia tidak terlihat seperti habis menangis.
Gadis itu mengoleskan bedak tipis ke area kantung matanya. Dan ia terlihat lebih baik sekarang.
Tak lama kemudian, Illa mendengar seseorang memanggil namanya. Dan begitu menolehkan kepala, ia melihat sosok Niall tengah berjalan ke arahnya sambil melambaikan tangan. Illa pun sontak berdiri dan menghampiri Niall. Keduanya lantas berpelukan erat dan cukup lama.
Kali ini, Illa tidak sanggup menahan air matanya lagi. Ia menangis dalam pelukan Niall, bahkan sampai membuat pria itu sedikit bingung.
"Aku sangat merindukanmu, sialan! Kenapa harus bertanya?" Gerutu Illa saat Niall bertanya kenapa ia menangis.
"Biasanya kau tidak pernah menangis saat bertemu denganku."
"Ah, lupakan. Ayo duduk dan pesanlah minuman."
Illa melambaikan tangannya tinggi, dan itu ditangkap oleh seorang waiters yang lantas menghampirinya. Niall pun memesan secangkir macchiato hangat. Begitu waiters pergi, Illa mulai mengajukan banyak pertanyaan pada Niall. Gadis itu terlalu antusias karena rasa rindunya telah membuncah.
"Kalau kau memang merindukanku sebanyak itu, kenapa kau tidak pernah menghubungiku, Illa? Sekadar mengirim pesan atau menelpon kurasa itu tidak sulit." Ujar Niall.
Illa pun terdiam. Memang benar apa yang dikatakan Niall. Namun itu dulu, sebelum Jeonghan hadir di dalam hidupnya. Pria yang telah merubah hidupnya menjadi berbeda 180 derajat hanya dengan 1 balikan telapak tangan.
"Niall, ada satu hal yang sebenarnya... ingin kukatakan sejak dulu." Ujar Illa pelan. Niall seketika mengernyitkan keningnya.
"Ada apa?"
"Tapi berjanjilah kalau kau tidak akan mengatakan ini pada siapapun."
Niall semakin dibuat penasaran. Ia menatap Illa lurus-lurus, membuat gadis itu menundukkan kepalanya. Ia tidak berani bertatap mata dengan Niall.
"Aku... sebenarnya aku sudah menikah, Niall."
"Hah?"
Illa mengangkat kepalanya. Dan keterkejutan tergambar sangat jelas di wajah Niall.
"Tujuanku kembali ke Korea adalah untuk menuruti kehendak ayahku. Aku dipaksa untuk menikah dengan seseorang yang tidak aku kenal sebelumnya. Itulah kenapa aku tidak bisa leluasa menghubungimu."
Niall masih terlihat sangat bingung, sampai minumannya diantar. Pria berambut pirang itu tidak bisa berkata apapun selama hampir 1 menit. Begitu pula dengan Illa yang juga hanya terdiam. Keduanya beradu dengan pikiran masing-masing. Sampai akhirnya Niall membuka suara, "Kenapa kau tidak memberitahuku dari awal?"
"Aku tidak tahu kalau ayahku menyuruhku kembali hanya untuk menikah, Niall. Aku sendiri tidak bisa berbuat apa-apa. Karena semakin aku menentang, ayahku semakin marah. Aku sudah tidak mau ribut dengannya."
Illa menopang dahinya dengan telapak tangan. Seketika ia menangis lagi. Sungguh, ia tidak mengerti mengapa dirinya menjadi sangat cengeng belakangan ini. Illa mudah menangis dalam situasi apapun secara tiba-tiba. Dan itu semua terjadi saat Jeonghan tidak ada di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] In Your Eyes 🍃 Yoon Jeonghan✔
FanfictionSaat semua sorot kamera itu padam, hanya Jung Illa yang tahu. Ada luka di dalam sorot mata Yoon Jeonghan. autumn quartz - 2018