epilogue

3.2K 265 11
                                        

Illa mengamati deretan kue di showcase kaca yang ada di samping meja kasir. Setelah bertemu Niall untuk membahas project baru yang akan dilaksanakan minggu depan, tiba-tiba saja ia ingin menikmati sepotong tiramisu dan secangkir kopi. Maka berkunjunglah Illa ke sebuah kafe yang menyediakan menu khusus aneka dessert dan pastry.

"Can i have this tiramisu and a cup of iced almond latte, please?" Pintanya pada petugas kasir yang langsung menyiapkan pesanannya. Tak lama, sepotong tiramisu tersaji di atas piring kecil dan secangkir latte dingin pun siap.

Wanita itu mengeluarkan selembar uang dari dalam dompetnya dan memberikannya pada kasir. Transaksi pun selesai. Illa membawa pesanannya ke sebuah meja yang masih kosong. Suasana di tempat itu tidak terlalu ramai, jadi ia bisa mendapatkan tempat duduk yang menjadi kesukaannya. Di samping jendela. Karena dari balik jendela kaca, ia bisa melihat lalu lalang orang yang berjalan di depan kafe. Satu keadaan dimana Illa sangat menyukainya.

"Jung Illa-ssi?"

Illa menolehkan kepalanya ketika mendengar namanya dipanggil. Kedua matanya membulat sempurna. Ia nyaris langsung berdiri, namun dengan cepat Illa dapat mengendalikan dirinya.

"Boleh aku duduk di sini?"

"Oh, tentu."

Illa memperhatikan seseorang yang kini duduk di hadapannya. Tidak banyak berubah, pikir Illa. Kim Sejeong tetap menjadi wanita ramah dan cantik. Namun apa yang tiba-tiba mempertemukan keduanya?

"Bagaimana kabarmu, Illa?" Tanya Sejeong seraya mengaduk minumannya.

"Baik. Jauh lebih baik dibandingkan saat masih di Seoul."

"Jeonghan juga, kan?"

"Yah... begitulah. Dia lebih senang bertemu orang-orang baru di kelas musiknya."

Sejujurnya, Illa masih merasa agak canggung dengan lawan bicaranya saat ini. Mengingat bahwa dulu ia sempat menuduh yang tidak-tidak pada Sejeong. Namun kenyataannya bukanlah seperti itu. Dan buruknya, Illa belum sempat meminta maaf padanya.

"Kebetulan sekali aku bertemu denganmu di sini. Aku berencana untuk menghubungimu." Ujar Sejeong.

"Menghubungiku untuk apa?" Tanya Illa.

Sejeong mengeluarkan sebuah brosur dari dalam tas mahalnya, kemudian ia berikan pada Illa. Diterimanya brosur tersebut dan kening Illa berkerut.

"Aku masih ingin kau menjadi model untuk brand fashionku, Illa. Aku akan membuka store baru di kota ini. Semua persiapan sudah dilakukan dan aku hanya butuh modelnya. Kuharap kau tidak menolaknya lagi, Illa."

Illa bergeming sambil mengamati brosur di tangannya. Store baru milik Sejeong akan dibuka 3 bulan lagi. Ini akan menjadi store pertamanya di Seattle. Wanita itu sukses memperkenalkan brand fashionnya di Amerika dengan mendirikan 10 shopping store di 4 negara bagian. Selain berkarir sebagai seorang model, Illa tidak bisa menampik kalau Sejeong adalah pebisnis yang hebat.

"Sejeong, boleh aku bertanya sesuatu padamu?" Tanya Illa sembari menatap Sejeong.

"Tentu saja. Apa yang ingin kau tanyakan?"

"Kenapa masih aku?"

Sejeong tersenyum, seolah sudah mengerti bahwa pertanyaan itu akan dilontarkan oleh Illa. Wanita itu pun menyesap kopinya sebelum akhirnya menjawab, "Karena aku bisa melihat ada hal hebat di dalam dirimu, Illa."

"Hal hebat apa?"

"Ambisi dan tidak mudah menyerah. Semuanya terpancar dari wajahmu. Kau memang cantik. Tapi ada hal yang tidak bisa aku lihat dari model-model lain yang pernah kutemui. Dan aku yakin, kau bisa mempresentasikan brand milikku dengan sangat baik."

[1] In Your Eyes 🍃 Yoon Jeonghan✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang