"Seseorang yang tidak tahu apa-apa dan menganggap dirinya tahu segalanya adalah orang yang paling bodoh, Dien. Bertanyalah."
Krystal kembali menatap Anthonio. Tampak ragu ingin membuka mulutnya, tapi Anthonio segera mengangguk pelan agar menyugesti Krystal untuk berucap. Namun, beberapa detik Krystal hanya bertahan pada diamnya.
"Penglihatanmu bagus juga di tempat gelap," Anthonio mengusap pipinya yang berdarah akibat cakaran Krystal. Untung pipi yang terkena cakaran Krystal. Tempat ini tidak terang jadi bisa saja Krystal malah mencakar matanya.
"Kenapa ... kamu berbeda?" tanya Krystal pelan. Tampak ragu. Ini pertama kalinya ia bertanya pada seseorang setelah sekian tahun lamanya. Krystal bahkan lupa kapan terakhir kali ia melontarkan pertanyaan.
Anthonio tersenyum kemudian mengangkat tubuhnya dan membantu Krystal agar ikut duduk berhadapan dengannya. "Ada banyak dari maksudmu berbeda. Yang pertama?"
Krystal menggigit bibirnya sebentar sebelum berucap, "Kamu tetap di sini walau aku sudah mengusirmu. Bahkan aku juga sempat melempar vas bunga tadi padamu. Sekarang wajahmu terluka dan kau tetap tinggal. Padahal tidak ada seorang pun yang berani membuatku mengulangi ucapanku. Jika aku menyuruhnya pergi, mereka akan pergi tanpa aku harus meninggikan suara."
Krystal tak tahu bagaimana dirinya bisa berbicara sepanjang ini bersama orang asing. Seingat Krystal, dia hanya akan menyebut ibunya saat kesepian dan mengusir pelayannya jika ia merasa mereka terlalu lama ada di kamarnya. Selebihnya, Krystal tak akan bicara. Saat ia ingin mengamuk pun, Krystal hanya akan melempar barang-barangnya tanpa berucap apa pun.
Anthonio kembali tersenyum. "Karena di sini, berbeda." Anthonio mengetuk kepalanya sendiri dengan jari telunjuk. "Aku menganggapmu sama seperti yang lain. Seseorang yang bisa menangis, bisa marah, bisa tertawa bahkan sering tidak setuju. Bukan mereka yang menganggapmu seperti putri mahkota yang ini itu harus dituruti."
"Apa maksudmu?" Krystal mengernyit bingung, mulai menunjukkan ekspresi lain selain dingin atau datar.
"Aku tidak menganggapmu gila, Dien."
"Aku tidak gila!!" bentak Krystal kembali emosi dan tak terima.
"Tapi kamu membuat orang-orang di sekitarmu menganggapmu gila." Anthonio tidak tertarik pada emosi Krystal, ia tetap tenang.
"Keluar kamu dari sini!! Keluar!!" Krystal memukuli tubuh Anthonio agar pergi dari kamarnya.
"Krystal." Suara Dornan dan beberapa langkah tergesa terdengar mendekati kamar Krystal.
Anthonio segera melompat dari tempat tidur lalu berlari dengan gesit menuju pintu dengan keadaan kamar yang gelap. Pintu segera dikunci Anthonio dari dalam.
"Krystal!! Krystal!!" Dornan menggedor pintu kamar Krystal.
"Anthonio sialan! buka pintunya atau kau akan kupenggal!"Cringgg
Anthonio melempar beberapa kunci ke atas nakas.
Krystal menatap pria itu penuh selidik. Dan sorot tajam itu tertangkap oleh Anthonio.
Anthonio menyalakan lampu di kamar Krystal. "Kunci yang dipegang orang-orang itu saja bisa ada di tanganku dengan mudah. Apalagi kau, Dien, hanya seorang gadis yang tak berdaya. Tak bisa apa-apa." Anthonio tersenyum sinis menatap Krystal.
"Siapa kamu sebenarnya?" tanya Krystal tanpa nada takut sedikit pun.
Anthonio menyandarkan sebelah bahunya di tembok, "Seseorang yang akan membuatmu mengenali dirimu sendiri."
"Anthonio!! Buka pintunya! Apa yang kau lakukan pada putriku!?" Dornan masih menyuruh orang-orang di luar sana untuk mendobrak pintu kamar Krystal. Tapi sekali lagi, Anthonio seolah tak peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTOUCHABLE GIRL (Pindah ke Kubaca dan Icannovel)
Romance"Jika kamu ada di posisiku, kamu akan mempercayakan hidupmu pada orang yang kamu cintai atau pada keluargamu satu-satunya yang di darahmu mengalir darahnya?" Anthonio menghempaskan punggungnya dengan mata terpejam rapat. "Anthonio, jawab aku." "Aku...