Chapter 20- I Believe You

3.2K 236 52
                                    

"Jika aku menceritakan ini padamu, kamu juga akan menganggapku gila," ucap Krystal di sela isakannya.
"Sstt Krystal, buka matamu dan tatap aku. Jangan menangis dengan mata terpejam. Tatap aku, Dien," Anthonio mengusap air mata Krystal.

Krystal mulai membalas tatapan Anthonio yang begitu teduh. Anthonio memberikan tatapan yang membuat hati Krystal nyaman.

"Apa kamu menganggap aku seperti mereka?" tanya Anthonio pelan. Anthonio tidak sepenuhnya mengerti tentang ini, tapi kata mereka sepertinya cukup baik untuk mengartikan orang yang Krystal maksud. Bukan hanya satu orang. Anthonio yakin itu.
"Apa aku terlihat seperti mereka?" ulang Anthonio saat Krystal hanya diam.

Krystal tetap bungkam untuk beberapa saat.
Anthonio menarik napasnya pelan, "Jika kamu percaya padaku, maka aku akan mempercayaimu juga. Katakan. Katakan saja. Jangan takut."

Krystal masih diam dan menatap Anthonio. Mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

Anthonio mengusap sebelah pipi Krystal yang basah oleh air mata. Anthonio melakukannya dengan sangat tulus hingga Krystal mulai bereaksi.
"Karena orang-orang itu, Ibuwku mati. Mereka tidak tahu apa-apa. Mereka hanya sok tahu!" suara Krystal naik sedikit dari biasanya. Di matanya ada emosi mendalam yang berusaha ia tekan. Anthonio membacanya dengan baik. Sepertinya Krystal membuka luka lamanya. Emosi lama yang terpendam jauh di lubuk hatinya.

Anthonio mendesah pelan, "Ibumu ... dibunuh?"
"Kau tidak percaya? Sudah ku katakan kamu tidak akan mempercayaiku! Apa kamu juga akan mengatakan jika aku sudah gila!?" Krystal hendak menepis tangan Anthonio dari wajahnya tapi Anthonio masih bisa mempertahankan posisinya.

"Bukan begitu, Dien-
"Kau sama saja dengan mereka," desis Krystal penuh kekecewaan.

"Dengarkan aku. Setahuku ibumu meninggal karena sakit jantungnya, tapi-
"Pergi," Krystal mendorong dada Anthonio agar menjauh darinya.

Anthonio menegakkan tubuhnya walau tenaga Krystal belum mampu membuatnya mundur selangkah pun. Anthonio memberinya ruang agar Krystal lebih nyaman.
Wajah Krystal berpaling. Anthonio melihat ada bongkahan luka yang luar biasa dari matanya. Bahkan Krystal kembali menjadi sangat sensitif.

"Pergi sekarang!!" teriak Krystal benar-benar marah.
"Dien, tenanglah. Bagaimana bisa aku membantumu jika kamu seperti ini?"
"Apa yang bisa kau lakukan untuk membantuku?" tantang Krystal dan langsung mendongak. Menatap Anthonio dengan tajam yang berdiri tepat di hadapannya.

"Apapun yang kau inginkan. Kau ingin keadilan untuk ibumu?"
Krystal kembali terdiam dengan membuang pandangannya.

"Bukannya aku tidak percaya. Tapi Ayahmu sendiri yang mengatakan pada media jika ibumu terkena serangan jantung. Jadi ... aku sedikit-
"Kenapa?? Kamu tidak mempercayainya karena aku yang mengatakannya? Apa sekarang kamu sudah beranggapan aku gila karena mengatakan ini?"

"Dien, hentikan. Siapa yang gila? Aku tahu dirimu melebihi siapapun yang pernah ada di dekatmu. Aku tahu. Aku sangat mengenalmu. Tenanglah. Kita bicara, oke?" Anthonio meremas pelan kedua bahu Krystal. Meyakinkan gadis itu atas ucapannya. "Aku bahkan lebih mengenal dirimu daripada kau sendiri, Dien."

Krystal memilih diam.

"Ceritakan padaku pelan-pelan agar aku mengerti."

"Duduklah." Krystal menyentuh lengan Anthonio agar duduk di sampingnya.

Anthonio tersenyum dan memilih berlutut di hadapan Krystal, "Bicaralah."

"Saat itu aku sedang bermain petak umpet dengan ibu. Aku masuk ke dalam lemari dan ibu mencariku. T-tapi tiba-tiba ... "

Krystal mengintip dari celah kunci lemari saat ibunya mulai mencarinya.
"Krystal, di mana kamu, Sayang."
Krystal tertawa kecil di dalam lemari.

UNTOUCHABLE GIRL (Pindah ke Kubaca dan Icannovel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang