Dornan masuk ke dalam kamar Krystal dengan langkah hati-hati, tidak ingin mengusik putrinya yang kata pelayan sedang tertidur.
Ia tadi sudah bicara dengan Frans, dokter pribadi Krystal dan katanya luka di tangan Krystal tidak serius.
Dilihatnya Krystal yang sedang berbaring miring menghadap pada jendela. Matanya terbuka dengan tangan kanan terperban tebal, hampir menjuntai ke udara.
Dornan menghampiri Krystal dengan senyum lembut, meraih tangannya yang terluka kemudian memeriksanya. Setelah memeriksa jika itu memang bukan luka yang serius, Dornan menyimpan tangan Krystal kembali di atas ranjang.
Pria itu duduk di tepi tempat tidur, mengulurkan tangan untuk mengusap kepala Krystal. "Sayang, kenapa kamu melakukannya? Itu sangat berbahaya."
Krystal sama sekali tidak bereaksi. Bahkan saat tadi tangannya diperiksa dokter dan dibalut perawat, Krystal hanya diam membiarkan. Fisiknya terluka dan ia tetap pada ekspresi datarnya. Seperti dirinya telah mati rasa.
"Bukankah ayah sudah berjanji padamu jika kamu bisa keluar dari kamar saat menjadi patuh?"
Keluar kamar atau keluar dari rumah sepertinya sudah tidak menarik perhatian Krystal, hingga gadis itu sama sekali tidak memberikan respons.
Dornan terlihat sangat sabar, mengusap rambut Krystal dengan sayang. Sesekali ia mengajak Krystal berbicara meski tahu tidak akan ada tanggapan dari lawan bicaranya.
"Baik, waktunya tidur siang. Kamu bisa beristirahat sekarang." Dornan menarikkan selimut untuk Krystal kemudian mencium puncak kepalanya. "Tidur yang nyenyak."
Dornan masih tersenyum saat menatap Krystal. Begitu berbalik, wajahnya berubah menjadi dingin. Pria itu keluar dari kamar putrinya.
Belum sempat Dornan melepaskan pintu yang baru saja ia tutup, ponselnya berdering. Ia segera menerima panggilan dari pengurus pusat pelatihan bodyguard. "Halo."
"Tuan Alexius, sebenarnya kami telah menyiapkan satu bodyguard yang Anda minta. Tapi dia tiba-tiba ingin mengundurkan diri."
Alis Dornan hampir bertaut karena mengernyit. "Apa alasannya?"
"Agensi lain menginginkannya dan mau membayarnya tiga kali lipat dari gaji yang dia dapat dari sini."
Dornan tersenyum miring. "Seberapa hebat dia sampai kamu harus menghubungiku untuk hal seperti ini?"
"Tuan, maaf. Anthonio sangat cakap, dia bahkan bisa menandingi bidikan ketua pelatih dua minggu yang lalu. Semua pelatih bahkan mengaguminya. Maka dari itu rencananya beberapa hari lagi kami akan mengirimkan dia untuk Anda, tapi dia hari ini mengatakan akan mengundurkan diri."
Dornan berjalan menjauh meninggalkan kamar Krystal. "Informasi yang kamu sampaikan cukup menarik. Aku akan memeriksanya, atur jadwal latihannya sore ini."
"Baik, Tuan."
Dornan menutup teleponnya dan mengusap dagu. "Seseorang yang sangat membutuhkan uang akan selalu berdedikasi pada pekerjaannya." Ia butuh orang-orang tanpa kepentingan yang lain selain mengutamakan uang. Jika orang itu menganggap uang sangat penting, pekerjaan sesulit apa pun akan ia seberangi.
***
Dornan terkejut ketika bahunya tertabrak seseorang.
Seorang pemuda dengan tubuh yang sedikit lebih tinggi darinya."Maaf, Tuan, saya tidak sengaja," ucap pemuda itu membungkukkan sedikit tubuhnya kemudian berlalu.
Dornan sampai memutar tubuhnya karena menatap punggung pemuda itu. Pemuda itu, membuatnya sedikit merinding. Tak pernah ada yang berani seacuh itu padanya selain Krystal. Memang dia tadi membungkukkan badannya tanda menghormati ditambah lagi kalimat maafnya. Namun, tatapan pemuda itu seolah mengatakan bahwa itu bukan masalah besar. Bukan masalah besar karena sudah menabrak Presiden Direktur Alexius Group, itu pikiran yang aneh menurut Dornan.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTOUCHABLE GIRL (Pindah ke Kubaca dan Icannovel)
Romance"Jika kamu ada di posisiku, kamu akan mempercayakan hidupmu pada orang yang kamu cintai atau pada keluargamu satu-satunya yang di darahmu mengalir darahnya?" Anthonio menghempaskan punggungnya dengan mata terpejam rapat. "Anthonio, jawab aku." "Aku...