"Itu acara apa?" tanya Krystal menunjuk televisi yang baru saja Anthonio nyalakan.Anthonio mengikuti arah pandang Krystal "Itu sepak bola. Kamu tidak tahu?"
Krystal tertawa kecil. "Tentu saja aku tahu. Apa kamu berpikir aku sebodoh itu?"
Anthonio tersenyum. "Habiskan sarapanmu."
Krystal mengangguk dan melanjutkan sarapannya. Sesekali ia bertanya pada Anthonio jika sesuatu membuatnya tak mengerti di dalam televisi.
"Aku tidak suka itu." Krystal menunjuk televisi saat pertandingannya menayangkan bola yang keluar dari lapangan lalu kamera menangkap beberapa orang membawa kamera juga di pinggir lapangan.
"Kenapa?" tanya Anthonio menatap Krystal bingung.
Krystal mengangkat kedua bahunya tak tahu. "Entahlah, aku hanya tidak suka."
"Akhir-akhir ini aku semakin sulit membacamu, Dien," ucap Anthonio jujur.
"Apa kamu suka membacaku?"
"Aku bisa dan aku ingin mambacamu."
"Apakah itu menyenangkan?" tanya Krystal antusias.
"Menyenangkan? Apa yang kamu pikirkan?" Anthonio mengusap puncak kepala Krystal dengan lembut.
"Iya, menyenangkan sekali bisa tahu apa yang dipikirkan orang lain. Kita tidak perlu menerka-nerka dan bisa langsung mengambil tindakan tanpa takut salah ini dan itu."
"Kamu berminat membaca pikiran seseorang?"
Krystal mengangguk cepat. "Aku juga selalu ingin tahu apa yang kamu pikirkan. Aku ingin tahu semua isi kepalamu, Anthonio."
"Kenapa kamu ingin tahu?"
"Aku hanya penasaran. Bagaimana caranya tahu pikiran seseorang?"
Anthonio terkekeh. "Dulu sangat mudah membacamu, Dien. Tapi sekarang aku bahkan perlu merenung lama untuk tahu apa yang kamu pikirkan karena aku melihat sisi lainmu yang dulu tidak pernah kamu tunjukkan sebelumnya."
"Apa maksudnya?" Alis Krystal mengerut penuh tanda tanya.
"Intinya, sekarang aku lebih sulit membaca apa yang ada di pikiranmu."
"Benar, kamu sering bertanya sekarang. Padahal kamu dulu selalu bisa menyimpulkan sesuatu hanya dengan melihat gerak-gerikku. Kenapa?" Krystal juga ingin tahu hal itu.
"Karena dulu aku sepenuhnya memakai logika, tapi sekarang ...."
"Sekarang?" Krystal tampak penasaran dengan ucapan Anthonio yang menggantung.
"Tentang Dokter Frans, apa kamu mencurigai sesuatu?" tanya Anthonio mengalihkan pembicaraan mereka.
Krystal menggeleng "Tidak. Tidak tahu"
"Apa dia pernah bertanya sesuatu hingga membuatmu marah atau setidaknya menjadi kesal?"
Krystal tampak berpikir lebih.
Anthonio mengusap kepala Krystal "Jangan dipaksa. Kita lakukan perlahan. Maaf mengganggu acara sarapanmu."
"Aku seperti mengingat sesuatu yang penting. Tapi semakin aku mencoba mengingatnya, suaranya semakin samar." Dahi Krystal langsung mengernyit tak nyaman dan Anthonio segera mengusap kepalanya.
"Tidak apa-apa. Lanjutkan sarapanmu lalu minum vitaminnya. Kamu harus cepat pulih, hm?"
Krystal mengangguk patuh. Begitu saja ia melupakan apa yang baru saja ia coba ingat.
Anthonio kembali menatap televisi. Kali ini lebih santai dengan bersandar di sofa.
Krystal menyelesaikan makannya dengan cepat kemudian meminum vitaminnya. Tatapannya tak pernah lepas begitu lama dari Anthonio. Krystal hanya memastikan pria itu akan tetap di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTOUCHABLE GIRL (Pindah ke Kubaca dan Icannovel)
Romance"Jika kamu ada di posisiku, kamu akan mempercayakan hidupmu pada orang yang kamu cintai atau pada keluargamu satu-satunya yang di darahmu mengalir darahnya?" Anthonio menghempaskan punggungnya dengan mata terpejam rapat. "Anthonio, jawab aku." "Aku...