"Jika kamu ada di posisiku, kamu akan mempercayakan hidupmu pada orang yang kamu cintai atau pada keluargamu satu-satunya yang di darahmu mengalir darahnya?"
Anthonio menghempaskan punggungnya dengan mata terpejam rapat.
"Anthonio, jawab aku."
"Aku...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dari akun ig ikananinurhidayah
Untuk Ika, terima kasih banyak 🙏
Happy Reading 😊
"Aku atau kau yang akan mengambil Krystal?" tanya Anthonio sekali lagi.
Safeea mengepalkan tangannya erat. Ia tampak berpikir lagi.
Tapi Anthonio tak bisa bernegosiasi lebih lama. Krystal ada di ujung tanduk.
Anthonio melingkarkan satu lengannya ke leher Safeea dengan cepat. "Menunduk, Dien!"
Dorr! Dorr!
Dua tembakan Anthonio lepaskan pada dua anak buah Safeea sedetik setelah Krystal menunduk. Anthonio kembali menempelkan ujung pistolnya ke kepala Safeea yang masih dalam kuasanya.
"Dien, keluarlah. kembali ke mobilku" "Bagaimana dengan kamu?" Krystal masih berdiri di tempatnya.
"Aku akan segera menyusul."
"Q-Anthonio, Ayah—ku."
"Kubilang keluar sekarang, Krystal Dien!" bentak Anthonio tak sabar.
Krystal akhirnya mengangguk dan berlari keluar dari rumah itu.
"Jalan." Anthonio mendorong Safeea menuju lantai 2.
"Lepaskan aku!"
"Kita buat perhitungan sebentar, Nyonya Alexius."
Anthonio mendorong Safeea masuk ke ruang kerja Dornan dan mengikatnya di kaki meja. Anthonio menendang-nendang kaki Dornan agar segera terbangun.
Dornan bergerak pelan kemudian perlahan membuka matanya. Dornan sangat terkejut mendapati dirinya dalam keadaan terikat dan lebih terkejut lagi saat melihat Anthonio mengarahkan pistol padanya.
"Mari kita membuat perhitungan, Dornan Alexius." Anthonio menarik kursi Dornan dan duduk di sana.
"Lepaskan aku! Apa maumu?" tanya Dornan tak menyangka Anthonio bisa melakukan ini padanya.
"Membuat perhitungan, kamu tidak dengar?" ucap Anthonio dengan nada meledek. "Mari kita mulai."
Dorr! Anthonio melepaskan satu pelurunya hingga menyerempet lengan atas Dornan.
Dornan memekik karena tiba-tiba saja lengannya terasa sakit. Darah mengalir begitu saja dari sana.
"Itu untuk rasa irimu pada ayahku." Anthonio tersenyum sinis. "Punggung kakimu untuk fitnah yang telah kau lakukan pada ayahku dan teman-temannya. Lututmu untuk kematian ayahku yang direncanakan dan masih tersemat pencemaran nama baiknya." Anthonio mengarahkan pistolnya ke setiap bagian tubuh yang Anthonio maksud tanpa menembaknya.
