Chapter 10-Not Important Enough

3.6K 202 3
                                    

"tujuan ya?" Anthonio menampakkan wajah berpikir keras dengan melirik langit kamarnya dan itu langsung membuat Krystal kesal.

Anthonio kembali menatap Krystal dan tersenyum kecil. "Karena aku hampir marah padamu tadi, aku akan memberikan hukuman."

"Cih, memangnya siapa kau bisa menghukumku?" Krystal berucap remeh.

"Siapa aku? Aku Anthonio Lucas, apa kau lupa?"

"Dan itu lelucon paling murahan yang sialnya pernah kudengar." Krystal berdiri, hendak pergi, tapi Anthonio menahan lengannya.

Krystal mengibaskan tangannya kasar. "Jangan menyentuhku!" bentak Krystal kesal.

"Ow, aku lupa. Tidak ada sentuhan." Anthonio mengangkat kedua tangannya. "Karena kamu harus menerima hukumanmu dan juga waktunya sarapan, jadi kamu harus sarapan di meja makan."

"Tidak!" tolak Krystal tegas.
"Apa enaknya makan di dalam kamar? Hanya orang sakit yang biasa makan di kamar. Apa kau sakit? Jika boleh tahu, kau sakit apa?"

Krystal menatap Anthonio dengan tajam. Ia kesal pada pria ini, tapi hati kecilnya membenarkan ucapannya.
"Berikan dulu obatnya," ucap Krystal melirik obat di tangan kanan Anthonio. Mencoba bernegosiasi dan mencari keuntungan lain.

Anthonio menggeleng tegas.
Krystal tersenyum, membuat Anthonio mengernyit.
"Negosiasi terakhir, berikan obatnya setelah aku sarapan di luar," tawar Krystal.

"Kau selalu pandai mengambil satu keuntungan baru dalam setiap kesempatan ya." Anthonio berdecak sebal.

Krystal terkikik, hampir tertawa melihat ekspresi Anthonio. Krystal bahkan lupa kapan terakhir kali ia tertawa. "Kudengar ada restoran yang baru  buka di sekitar rumah. Aku ingin ke sana."

"Dari mana kau mendengar hal seperti itu? Kau selalu ada di dalam kamar."
"Wanita itu yang mengatakannya."
"Wanita?" Anthonio tampak bingung sesaat tapi ia segera mengerti bahwa yang Krystal maksud adalah Benna atau pelayannya yang lain.
"Kau yakin? Aku hanya menyuruhmu sarapan di ruang makan, Dien. Bukan di luar rumah."

"Aku tidak ingin sarapan bersama Ayah."
"Kenapa?"
"Kenapa kamu selalu banyak tanya, sih?" gerutu Krystal.
"Baiklah baiklah. Tapi minta izin pada ayahmu dulu."
"Kamu yang memintakan izin"
"Apa sekarang pekerjaanku bertambah?"
"Oh ayolah." Krystal tampak memohon dengan mata sipitnya yang membentuk garis senyum imut.

Anthonio menahan senyumnya, menggantinya dengan dengkusan. "Ayo." Anthonio berjalan ke arah pintu.

"A-Anthonio." Krystal masih kaku menyebut namanya.
Anthonio menoleh sebelum membuka pintu.
"Aku ingin itu." Krystal menunjuk jaket Anthonio yang tergantung di balik pintu.

Anthonio melihat apa yang dimaksud Krystal. "Matahari tidak seburuk itu, Dien."

Krystal tampak ingin memprotes tapi didahului Anthonio. "Baiklah." Ia mengalah lagi, membuat Krystal tersenyum lebar.

Krystal berlari kecil menghampiri Anthonio lalu menyambar jaketnya dan keluar dari kamar Anthonio.
Anthonio menggeleng pelan lalu mengambil kaca mata hitam dari lemari dan mengikuti Krystal keluar.

Anthonio melihat Krystal menunggunya di depan kamar. "Ayo jalan." Anthonio menyuruh Krystal yang memimpin langkah mereka.
"Apa kau percaya, aku sedikit lupa jalan ke pintu keluar," ucap Krystal sedikit malu.

"Astaga Dien ...." Anthonio mendesah panjang lalu mengembuskan napasnya kasar. "Temui ayahmu dulu."
"Bukankah Ayah sedang bekerja?"
Anthonio tampak berpikir sebentar. "Sepertinya tidak." Anthonio melangkah lebih dulu.

"Krystal." Dornan yang baru keluar dari salah satu ruangan menghampiri Krystal dengan cepat.

Anthonio memperlambat langkahnya hingga kini Ia ada di sebelah Krystal lalu berpindah sedikit ke belakangnya.
Krystal menoleh bingung pada Anthonio, tapi Anthonio hanya mengerling.
Krystal berdecih melihatnya.

UNTOUCHABLE GIRL (Pindah ke Kubaca dan Icannovel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang