Pada akhirnya kita akan saling meninggalkan, Dien.
Anthonio menyahut dalam hati.Namun, bibirnya tetap tersenyum pada Krystal. "Tunggu sebentar, aku akan mengambilkan makanan untukmu."
Krystal melepaskan pelukannya kemudian mengangguk.
Anthonio mengusap lengan Krystal sebelum berjalan keluar dari kamar Krystal.
***
Anthonio tak langsung mengambilkan sarapan untuk Krystal, ia menghampiri Dornan yang duduk di sofa ruang tamu karena Dornan pasti memiliki banyak pertanyaan untuknya.
Dornan menoleh ketika mendengar suara langkah mendekat.
"Duduklah," ucapnya mempersilakan kemudian sedikit menegakkan tubuhnya yang tadi bersandar.Anthonio duduk di hadapan Dornan.
Keduanya saling diam untuk beberapa saat.Dornan menghela napasnya. "Aku tidak mengerti apa yang terjadi pada putriku." Dornan kembali menghela napas berat. "Aku juga tidak tahu harus menanyakan apa padamu. Jadi, tolong jelaskan saja apa yang bisa kamu jelaskan."
Anthonio masih menatap Dornan dengan tenang. Memilih beberapa kalimat terbaik untuk ia lontarkan. "Sebenarnya, saya juga tidak begitu mengerti dengan situasi saat ini, Tuan. Nona Krystal berubah dengan cepat."
"Ya. Itu maksudku. Krystal sangat cepat menerima keberadaanmu. Padahal orang-orang yang menjaganya selama ini butuh waktu bertahun-tahun untuk sekadar bisa masuk ke kamarnya. Jujur saja, aku senang melihat Krystal beberapa hari terakhir ini menunjukkan banyak kemajuan. Bahkan ia sudah tidak pernah histeris lagi. Obat-obatannya berkurang perlahan. Dan kemarin Krystal mau jalan-jalan keluar walau aku sangat khawatir. Itu kemajuan luar biasa bagiku, Anthonio. Tapi, saat kemarin kamu membawanya pulang dan setelah itu kamu minta libur dua hari, Krystal menjadi lebih mengkhawatirkan dari sebelumnya. Dia seperti sedang marah pada sesuatu. Aku kira dia marah padamu tapi dia malah mencarimu. Aku tidak tahu apa yang terjadi di antara kalian sebelumnya. Sejak semalam Krystal terus mengigaukan namamu. Itu membuatku sedikit ... tidak nyaman."
Anthonio yang biasa selalu mengangkat dagunya pada siapa pun kini seketika sedikit menundukkan wajahnya saat mendengar Krystal sampai mengigaukan namanya. Padahal saat dalam keadaan sadar, Krystal masih kaku menyebut namanya. Apa Krystal sekarang sudah benar-benar bergantung pada Anthonio?
Dan Anthonio menjadi resah jika benar begitu.
"Maafkan saya, Tuan."
"Tidak tidak. Bukan seperti itu tanggapanmu seharusnya." Dornan lebih meluruskan punggungnya sembari menolak cepat ucapan Anthonio. "Aku tidak ingin Krystal bergantung pada apa pun lagi seperti obat kemarin. Tapi Krystal tampaknya tidak ingin kamu jauh darinya. Jadi, dengan merendahkan diri di hadapanmu, aku memohon agar kamu tetap tinggal di sisinya."
Anthonio membulatkan matanya tak percaya mendengar permintaan Dornan. Bukan permintaan, bahkan Dornan sedang memohon padanya.
Anthonio tak tahu apa yang harus ia katakan pada Dornan sekarang. Ini begitu tiba-tiba.
Rencananya yang sudah tersusun rapi sejak awal kini sedikit demi sedikit mengalami perubahan.
Perubahan karena perasaan asing yang Anthonio rasakan pada Krystal.Awalnya Anthonio yakin ia hanya merasa kasihan pada gadis itu dan terus mencoba mengikis perasaan kasihan itu. Anthonio tidak ingin berbelas kasih pada musuhnya.
Namun, perasaannya sangat tidak nyaman begitu melihat Krystal menangis karenanya.
Dan Dornan yang menyerahkan Krystal padanya ini terlalu cepat menurutnya. Dornan percaya sepenuhnya pada Anthonio.
"Kamu keberatan?" Dornan bertanya ketika Anthonio terlalu lama terdiam memikirkan ucapannya.
"Ya." Anthonio menjawabnya dengan pelan, tidak yakin. "Maksud saya ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTOUCHABLE GIRL (Pindah ke Kubaca dan Icannovel)
Romance"Jika kamu ada di posisiku, kamu akan mempercayakan hidupmu pada orang yang kamu cintai atau pada keluargamu satu-satunya yang di darahmu mengalir darahnya?" Anthonio menghempaskan punggungnya dengan mata terpejam rapat. "Anthonio, jawab aku." "Aku...