"Kau bosan?" tanya Anthonio yang melihat Krystal diam saja.
"Aku mengantuk."
"Kau bisa tidur di sana." Anthonio menunjuk sebuah pintu kamar di apartemen Ezra.Krystal menggeleng pelan. "Aku tidak tahu tempat ini."
"Ada aku, Dien, kenapa kamu masih saja takut-"
"Bukan takut. Aku hanya tidak terbiasa dan tidak nyaman."Anthonio meneguk sodanya dan melirik jam tangan. "Mereka lama sekali."
"Apa mungkin mereka tidak baik-baik saja?"
"Kau tunggu di sini, aku akan kembali ke tempat tadi."Krystal langsung menahan pergelangan tangan Anthonio. "Jangan tinggalkan aku. Aku ikut."
"Aku akan segera kembali."
Krystal tetap menggeleng.Anthonio dan Krystal menoleh ke pintu bersamaan saat merdengar suara orang menekan password dari luar.
Teman-teman Anthonio tiba dengan Alex yang masih mabuk tapi tak separah tadi."Kukira kalian kalah dengan Dave," canda Anthonio dan kembali duduk di sebelah Krystal.
Ezra melempar Alex ke kamarnya dan kembali ke ruang tamu.
"Kurasa Dave menginginkan Krystal lebih dari biasanya," ucap Gerry dan melirik Krystal sekilas.
Krystal langsung menunduk karena tak nyaman.
Kedua tangannya berpegangan pada lengan kiri Anthonio."Ini pertama kalinya aku bersama seorang gadis. Bersama dalam arti bukan biasanya. Dave tahu aku sangat menjaga Dien. Jadi dia terus mengincarnya." Anthonio menepuk pelan punggung tangan Krystal agar gadis itu lebih santai.
"Tidak bisakah kau meninggalkannya di rumah saja saat kau harus pergi?" tanya Ezra seperti tak suka.
Krystal mendongak perlahan, menatap Ezra dengan takut."Aku tadi berniat langsung membawanya kemari, tapi Alex menghubungiku untuk menjemputnya. Aku benar-benar tidak sadar sedang membawa Dien saat di diskotik tadi."
Ezra berdecak. "Aku pernah bilang padamu ketika kau mengklaim sesuatu, musuhmu akan saling berebut untuk menjatuhkanmu dengan itu.""Aku tahu. Tapi meninggalkan Dien sendiri kupikir sekarang bukan keputusan yang baik. Pengincar nyawanya sedang sangat dekat. Aku yakin orang dalam terlibat atas kematian Nyonya Diana."
"Sudah, sudah." Gerry menengahi. "Sebaiknya kita mulai saja pembahasan hari ini." Pria itu mengambil laptop di kamar Ezra lalu membawanya ke ruang tamu."Ada petunjuk apa?" tanya Anthonio dengan tatapan fokus.
Gerry memutar rekaman CCTV di hadapan mereka. "Dornan dan Safeea pergi bersama hanya sekali sejak hari itu. Tak ada yang mencurigakan."Anthonio meneliti setiap kegiatan yang Dornan dan Safeea lakukan di sebuah resort. Mereka tampak hanya men-survey tempat itu.
"Lalu kegiatan Dornan dan Safeea yang tidak bersama. Apa ada petunjuk?"
"Semua terlihat baik-baik saja sejauh ini," ucap Ezra."A-apa maksudmu kamu juga mencurigai ayahku?" tanya Krystal pelan.
Anthonio menoleh padanya. "Semua bukti berakhir pada ayahmu," jawab Anthonio jujur.
"Ayah bukan bermaksud-"
"Dien." Anthonio memotong. "Kita hanya tidak ingin menutup kemungkinan. Jika kau yakin ayahmu tidak ada sama sekali di balik beberapa hal yang sedang kita usut, itu hakmu.""Nona." Ezra mengambil alih perhatian Krystal. "Bolehkah aku bertanya sesuatu?"
Krystal mengangguk pelan.
"Kau yakin Safeea membunuh ibumu?"Krystal kembali mengangguk. "Aku melihat dia menembak ibu. Aku juga melihat darah."
"Kau yakin itu bukan hanya halusinasimu?"Krystal terdiam mendengar pertanyaan dari Ezra. Ia menggigit bibir bawahnya pelan. Lama terdiam akhirnya Krystal berucap, "A-apa maksud-mu?"
"Apa motif Safeea selain film itu?" Kini Gerry yang bertanya karena sepertinya Krystal tak suka dengan pertanyaan sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTOUCHABLE GIRL (Pindah ke Kubaca dan Icannovel)
Romance"Jika kamu ada di posisiku, kamu akan mempercayakan hidupmu pada orang yang kamu cintai atau pada keluargamu satu-satunya yang di darahmu mengalir darahnya?" Anthonio menghempaskan punggungnya dengan mata terpejam rapat. "Anthonio, jawab aku." "Aku...