Chapter 19-Safeea

3.4K 232 5
                                    


"Sampai kapan kamu akan menatapku seperti itu, Dien?" Anthonio mendongak, menangkap basah Krystal yang sejak tadi mengamatinya makan dari sofa.

Krystal mengedarkan pandangannya ke penjuru kamar. "Aku tidak memperhatikanmu," jawabnya berbohong sembari mengayunkan kedua kakinya untuk pengalihan rasa malunya karena sudah ketahuan memperhatikan Anthonio. "Ah, tadi ... apa yang kamu bicarakan dengan Ayah?"

Anthonio meletakkan piringnya di nakas lalu membenarkan posisinya agar duduk lebih nyaman. "Kamu sekarang menjadi orang yang mudah penasaran ya," goda Anthonio.

Krystal mendengus. "Aku hanya peduli pada apapun yang menyangkut diri..mu. maksudku, aku hanya ingin tahu saja." Krystal gelagapan ketika terlihat sekali mempedulikan Anthonio. Ia mengusap tengkuknya gugup.

"Kemarilah, aku punya pertanyaan untukmu," suruh Anthonio.
"Tanyakan saja dari situ, aku masih bisa mendengarmu."

"Apa kamu takut jadi gugup jika dekat denganku?"
"Ya! Apa-apaan kau ini? Bilang saja kamu yang ingin dekat denganku," Krystal menatapnya kesal.
Anthonio tertawa kecil. "Baiklah Nona, aku ingin melihatmu dari dekat. Aku kalah. Kemarilah." Anthonio mengulurkan tangannya agar Krystal segera datang padanya.

Krystal lantas bangkit dan duduk menyamping menghadap pada Anthonio. "Apa?" tanyanya sedikit ketus.
Anthonio menatap setiap detail wajah cantik Krystal. Memperhatikannya baik-baik dan tak peduli jika yang sedang ditatap menjadi gugup.

"Ke-kenapa?" tanya Krystal tak nyaman. Ia mengusap pipinya, takut ada noda di wajahnya.

Anthonio tersenyum lagi yang membuat Krystal semakin bingung. "Aku mendengar kau menyebut namaku," Anthonio menyelipkan rambut Krystal ke belakang telinga.
"Ka-pan?"

"Kamu tidak pernah merasa melakukannya?" tanya Anthonio sedikit kecewa, "Aku sangat berharap jika itu tadi bukan mimpi, tapi ternyata aku hanya bermimpi." Anthonio tersenyum kecut. Itu berarti pengakuan Krystal jika gadis itu mencintainya adalah mimpinya belaka juga.

"Kau ... baik-baik saja?" tanya Krystal saat Anthonio begitu lama terdiam dengan pemikirannya.

Anthonio kembali mendongak menatap Krystal "Cobalah menyebut namaku, Dien."
"Huh?" Krystal terkejut sesaat, kemudian memalingkan wajahnya dari Anthonio.

Anthonio menarik dagu Krystal agar kembali menatapnya, "Aku hanya ingin memastikan apa yang kudengar mimpi atau bukan?"
"Apa itu sangat penting?"
"Entahlah, tapi aku ingin memastikannya."

"Seandainya itu bukan mimpi, apa yang akan kamu lakukan?"
"Aku akan membalasnya," Anthonio menatap mata Krystal begitu dalam.
"Membalas? Membalas apa?"
"Pernyataanmu."

"Memangnya aku mengatakan apa?" tanya Krystal bingung.
"Kita akan tahu jika kau menyebut namaku."
"Tidak mau," Krystal menggeleng cepat.
"Kenapa ?"
"Hanya tidak mau. Tak ada alasan lain."

"Begitu ya, ya sudah lupakan saja apa yang ku ucapkan hari ini." Anthonio meraih ponselnya dan pura-pura sibuk dengan benda persegi itu.

Krystal menatap perut Anthonio yang tertutup kaosnya lalu bertanya pelan, "Masih sakit?"

Anthonio menggeleng pelan tanpa menatap Krystal dan tanpa sepatah katapun.

Krystal tahu luka Anthonio takkan kering secepat itu tapi Anthonio menjawab sudah tidak sakit dan Krystal bingung harus bicara apa lagi. "Aku keluar dulu," putus Krystal yang tak tahan dengan suasana canggung di sana kemudian keluar dari kamar Anthonio dengan piring yang sudah kosong.

Anthonio membanting ponselnya di tempat sebelahnya yang kosong. Pria itu tampak kesal menatap pintu kamarnya.
"Aku mendengarnya dengan jelas. Sial sekali jika itu hanya mimpi!"
*
*
*
Hari-haripun berlalu dan kasus penikaman yang Anthonio alami belum terpecahkan juga. Yang membuat semuanya menjadi lebih rumit adalah tersangkanya sudah tak tersisa satupun karena diracuni dan mati di dalam penjara sebelum mereka buka mulut. Saat diinterogasi, mereka hanya lebih banyak diam dan pasrah dengan hukuman apapun yang akan dijatuhkan pada mereka.

UNTOUCHABLE GIRL (Pindah ke Kubaca dan Icannovel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang