Chapter 27-Cause I love him so much

3K 218 10
                                    


"Kita di mana?" tanya Krystal pelan. Sebelah tangannya membawa tas belanjaan tadi dan sebelah lagi di gandeng Anthonio.

"Hotel, kamu tidak tahu?" Anthonio membuka salah satu kamar dengan kartunya kemudian membawa Krystal masuk.
"Aku sedikit tahu. Dulu aku dan ibu pernah pergi ke tempat seperti ini juga saat...," Krystal menghentikan ucapannya dan menatap Anthonio serius.

Anthonio yang melihat perubahan raut Krystal lebih mendekat pada gadis itu "Hey, ada apa ?"
"S-sa-saat... ayah bertengkar dengan ibu."

"Ibumu bertengkar dengan ayahmu sampai pergi dari rumah?"
Krystal mengangguk cepat. "Aku ingat, mereka membahas warisan dari kakek. Mereka bertengkar hebat dan ibu membawaku pergi."

"Warisan?" gumam Anthonio sembari berpikir keras.
Cukup lama hening dan Krystal yang duduk di sofa pun menghampiri Anthonio yang berdiri tak jauh darinya "Apa yang kamu pikirkan?"

Anthonio menoleh menatap Krystal. "Mandilah, setelah itu kita bicara lagi."
"Apa pertengkaran ayah dan ibu membuatmu berpikir sesuatu?"
"Aku memikirkan banyak hal. Mandilah."
Krystal pun mengangguk patuh.

Setelah pintu kamar mandi tertutup, Anthonio duduk di tepi ranjang. Memikirkan kasus yang semakin rumit ini.
"Dornan dan Diana, mereka mendebatkan warisan atau Safeea? Lalu Diana dan Safeea, merebutkan Dornan atau film?" Anthonio semakin dibuat bingung dengan ini semua.

Anthonio merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel dan segera menghubungi Ezra. "Krystal bilang Dornan dan Diana pernah berdebat tentang warisan."
"---"
"Aku sempat berpikir begitu juga. Tapi bagaimana dengan Safeea?"
"---"
"Aku juga ragu jika penusukan itu ada campur tangan Dornan. Gery bilang Dave dan Dornan sudah terbukti tidak melakukannya."
"---"
"Safeea?"
"---"
"Masuk akal. Terus selidiki dan bagaimana dengan makam Diana?"
"---"
"Bagus. Terima kasih." Anthonio menutup sambungan telepon kemudian menyeringai sinis.
*
*
*
Dornan begitu marah karena sampai sekarang Krystal belum ditemukan. Pria itu begitu khawatir pada keadaan putrinya.
"Anthonio, ke mana dia?" tanyanya pada anak buahnya yang sedang ia kumpulkan.

"Sepertinya dia juga sedang mencari nona Krystal, Tuan. Saya tadi sempat melihat mobilnya ada di sekitar lokasi."
Dornan mengambil ponselnya di atas meja kemudian menghubungi nomor Anthonio.

"Hallo, Tuan."
"Kau di mana?"

"Saya sedang mencari nona Krystal." Anthonio di seberang sana mengisyaratkan Krystal yang baru keluar dari kamar mandi untuk diam.

"Kembalilah sekarang, Aku ingin bicara denganmu."
"Apa nona Krystal sudah ditemukan?"
"Datang saja," putus Dornan.

Anthonio melempar ponselnya ke atas ranjang.
"Ayah?" tanya Krystal.

Anthonio mengangguk. "Aku harus menemui ayahmu sebentar. Kamu tetap di sini. Jangan ke mana-mana sebelum aku kembali. Mengerti?"
"Aku ingin ikut pulang."

"Tidak, Dien. Keadaan sedang sangat buruk. Ini bukan waktu yang tepat untuk kembali."
"Kenapa?"
"Kamu meragukanku?"

"Bu— bukan begitu. Hanya saja untuk apa aku terus sembunyi dari ayah?"
Anthonio mendekati Krystal kemudian memeluknya. "Ini untuk kebaikanmu. Percaya padaku." Anthonio melepaskan pelukannya. Menyisir rambut basah Krystal dengan jemarinya. "Aku akan segera kembali." Anthonio mengecup kening Krystal kemudian menyambar ponsel dan kunci mobilnya untuk pergi.

"Anthonio."
Anthonio kembali menoleh pada Krystal.
"Hati-hati."
Anthonio mengangguk dengan senyum tulus. "Segera keringkan rambutmu, Dien." Lalu keluar dari kamar hotel itu.
*
*
*
Anthonio langsung menemui Dornan di ruang kerjanya.
Mereka duduk berhadapan dan beberapa saat hanya diam.
Dornan menghembuskan napasnya kasar. "Apa kau pernah mengajaknya ke suatu tempat dan mungkin Krystal mengunjunginya?"

"saya hanya pernah mengajaknya ke apartemen teman saya karena ada urusan yang harus saya selesaikan saat itu juga. Anda pernah bertanya soal ini, Tuan."

"Berjam-jam hanya ke apartemen?"
Anthonio mengangguk yakin. "Nona Krystal pun tidur saat itu jadi dia tidak merasa bosan."

"Dengan tegas, kali ini aku meminta padamu untuk tidak membawa Krystal keluar dari rumah ini selangkah pun. Ini sangat bahaya untuknya."

"Bolehkah saya bertanya sesuatu?"
"Tanyakan."
"Nona Krystal mengatakan pada saya, Nyonya Diana dibunuh. Bisakah saya percaya padanya?"

"Krystal hanya sering bermimpi seperti itu. Dia terlalu terkejut saat ibunya meninggal. Diana terkena serangan jantung. Mana mungkin aku hanya akan diam jika itu benar-benar terjadi?"
Anthonio menganggukkan kepalanya.

"Jika ucapan Krystal sulit diterima, jangan memaksakan diri untuk mempercayainya. Banyak orang di rumah ini yang bersikap seperti itu pada Krystal. Jangan khawatir."
Anthonio kembali mengangguk.

"Kau boleh melanjutkan pencarianmu sekarang."
"Baik, Tuan, saya permisi."

"Anthonio." Dornan kembali memanggil saat Anthonio sudah membuka sedikit pintu ruangannya.
Anthonio kembali menoleh.
"Kau bisa melupakan apa pun yang Krystal katakan."
Anthonio membungkuk sekilas dan pergi dari ruangan Dornan.

*
*
*
Selama di perjalanan menuju hotel tadi, Anthonio terus mengumpati Dornan.
Ia tak habis pikir kenapa Dornan melakukan hal sejauh ini untuk membuat semua orang tidak akan mempercayai Krystal. Dornan terlihat sekali menyayangi Krystal, tapi fakta-fakta yang baru Anthonio sadari akhir-akhir ini membuatnya menempatkan Dornan di jajaran ayah terjahat menurutnya.

Anthonio membuka pintu kamar hotel yang tadi disewanya dan hal pertama yang ia lihat adalah Krystal yang duduk di tepi ranjang kini menatapnya.
Krystal berdiri dan menghampiri Anthonio yang juga berjalan ke arahnya.

Anthonio meraih bahu Krystal, membawa gadis itu ke dalam pelukannya.
Krystal membalas pelukannya. Ia sangat lega mendapati Anthonio tak terluka sedikit pun.

"Aku akan melindungimu bahkan dengan nyawaku, Dien," bisik Anthonio serius dan mengusap rambut belakang Krystal. "Tetaplah di sisiku apa pun yang terjadi. Bahkan jika aku melepaskan jemarimu, jangan pergi dariku. Tetaplah percaya padaku walau aku akan sering menyakitimu."

"A—Anthonio, apa ma—maksudmu? Kamu membuatku takut." Krystal mengeratkan pelukannya, ia tak ingin Anthonio meninggalkannya. Ia ingin selalu bersama pria ini. Apa pun yang pernah Krystal dengar tentang dendam itu, Krystal tak peduli. Ia terlanjur mencintai Anthonio begitu dalam. "Jangan tinggalkan aku," lirih Krystal.

Anthonio sedikit merenggangkan pelukannya kemudian menangkup wajah Krystal. Menatapnya dengan sangat iba. Anthonio tak menyangka Krystal memikul beban yang begitu berat selama ini. Hidup dengan penuh tekanan dan tidak di percaya oleh siapa pun selama bertahun-tahun bukanlah hal mudah.

"Kenapa?" tanya Krystal ketika Anthonio terus menatapnya tanpa berucap apa pun.
"Aku bersedia berbagi luka denganmu mulai sekarang. Kamu tidak sendiri. Kamu bisa mengatakan apa pun padaku tanpa ragu karena aku juga akan mempercayaimu seperti kamu percaya sepenuhnya padaku."

Mata Krystal berkaca menatap Anthonio yang terlihat begitu tulus padanya. Jemarinya terangkat pelan untuk menyentuh wajah Anthonio. Air matanya tiba-tiba menetes dan Anthonio segera menghapusnya. "Aku tak tahu kenapa di saat aku bahagia aku malah menangis," ucap Krystal begitu pelan.

Anthonio meraih tangan Krystal di wajahnya kemudian kembali membawa tubuh mungil itu ke dalam dekapannya. "Biarkan aku selalu di depanmu, Dien. Bersabarlah sebentar lagi dan aku akan segera mengungkap semuanya."
"Anthonio, mari bicara dan saling terbuka."

"Kamu ingin bertanya sesuatu?"
"Tidak, aku ingin tahu banyak hal."
"Tanyakan, aku akan menjawabnya dengan jujur."
"Termasuk dendammu pada ayahku?"

kasian gue sama jones2 ini. malam minggu woy! keluar2 sana, jemur pakaian :v

UNTOUCHABLE GIRL (Pindah ke Kubaca dan Icannovel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang