MHT'04 || Tidak seperti cerita orang.

12.3K 370 17
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi, membuat sorak sorai memenuhi setiap penjuru kelas MIPA-2, Bu guru matematika pun lantas berlalu.

"Pusing banget anjir! Gue gak ngerti deh, bisa bisanya yang di kasih contoh begini, yang disuruh ngerjainnya begini. Labil banget emang MTK tuh." Gerutu Clara, sebab sudah beberapa soal yang ia kerjakan tidak mendapatkan hasil, hingga berakhir dengan jurus keteter, tidak lain dan tidak bukan, ialah menyontek.

Vilen menggeleng, memang temannya yang satu itu tidak dapat diam, padahal ia sudah menyalin dari buku catatan Vilen, kenapa harus marah marah segala.

Kanza dengan tenang dan damai menulis tulisan yang terpampang di papan tulis, sangat banyak, bahkan sampai menunda waktunya pulang.

"Kan, mau pulang bareng gak?" Vilen yang sudah menyandang tas ranselnya bertanya, sebab Kanza sedari tadi belum juga mengemasi peralatan sekolahnya, dan fokus mencatat tulisan yang terpampang di depan.

"Kalian duluan aja, gue belum selesai."

Vilen, Clara, dan Audy 'pun, berpamitan untuk segara pulang. Dan disini lah Kanza. Duduk sendiri dengan tangan menari diatas buku catatannya.

Kanza menghela nafas, sudah beberapa menit berlalu, akhirnya ia beres juga menyalin tulisannya.

Ia melangkah ke arah parkiran sekolah, sudah pukul 16.30, sudah sangat sore. Pantas saja sekolahnya sudah terlihat sepi.

Tin..

Kanza menepi, namun suara klakson motor itu tak berhenti, menganggu pendengarannya. Kanza lantas menoleh, mendapati cowok dengan helm full face nya duduk dengan gagah di kuda besi kebesarannya.

Kanza mengernyit, tidak mengenali siapa yang ada dibalik helm itu.

"Baru pulang?" cowok itu membuka helm nya, barulah Kanza tersenyum senang, untung saja bukan penjahat. Pikirnya.

"Lo sendiri? Baru pulang?"

"Kalo orang nanya itu, jawab. Bukannya balik nanya." sahut cowok itu seraya terkekeh.

Kanza terkekeh seraya mengangguk, "Mau pulang bareng?" tawar cowok itu.

"Enggak Bisam, gue lagi nunggu bapak gue ko." tolak Kanza.

"Yaudah, kalo gitu, gue tungguin lo sampe papa lo datang."

Kanza terbelalak. "Enggak usah Bisam, itu ngerepotin. Lo bisa pulang ko." Lagi lagi Kanza menolaknya secara halus, sungguh ia tidak ingin merepotkan.

"Gue cowok, bisa jaga diri. Sedangkan lo cewek, gue gak bisa ya kalo nanti ada yang ngapa ngapain lo." keukeuh Bisam dengan pendiriannya.

"Telpon papa lo," imbuh nya.

Kanza merogoh tas ranselnya, tempat dimana ia menyimpan ponselnya. Setelah ditemukan, ia menekan tombol panggilan,lalu memanggil sang Baba.

"Hallo Ba?"

"Hai sayang, maaf baba gak bisa jemput. Kamu bisa kan naik ojek atau taxi? Nanti baba ganti uang nya. Dua kali lipat!"

Kanza yang awalnya kesal lantas memekik girang, mendengar uang nya akan diganti dua kali lipat, "DEAL!"

Padahalkan gue Balik nebeng gratisan! Hahaha batin Kanza.

"Tuh kan, papa lo gak bisa. Ayo naik! Kita pulang." Ujar Bisam yang sedari tadi mendengarkan percakapan Kanza dan Baba nya. Wajar saja, orang Kanza me-load speaker.

***

Kanza turun dengan perasaan senang, pasalnya Bisam sangat hangat memperlakukan dirinya, dari awal ia naik motor dengan memastikan pijakannya, hingga ia dengan sukarela memberikan pundaknya untuk menjadi pegangan Kanza.

"Makasih, ya, mau masuk dulu?"

Bisam menggeleng, "Ah, ya. Bisa minta nomor telpon lo?"

Kanza menerima uluran tangan Bisam yang sudah memegang ponsel. Ia menuliskan nomor ponselnya, sejurus kemudian ia memberikan kembali ponsel Bisam ke pemiliknya.

"Gue langsung ya." pamit Bisam yang digangguki Kanza.

"Hati-hati!" seru Kanza pada Bisam yang sudah berlalu membelah jalanan, meninggalkan Kanza yang senang bukan main.

Dilain sisi, dibalik helm yang menutupi wajahnya, Bisam tersenyum. Senyum yang jarang ia berikan pada siapapun.

"Dia itu baru, tapi gue ngerasa kalo ada hal yang beda dari dia."

Bisam mengingat beberapa jam yang lalu, saat ia tak sengaja berpapasan dengan gadis cantik dengan senyum mempesona. Yang mampu membuat debaran kecil di hati Bisam.

Sangat langka, bahkan tidak pernah Bisam merasakan hal itu.

Ia memegangi dadanya sekilas. Bisam pun bingung dengan apa yang telah ia lalui hari ini, terjadi begitu saja, dan tak terduga.

Bersambung...
Tidak ada pemanis di chapter ini. Kalian sudah tau sekilas bayangan Bisam di chapter sebelumnya. Mungkin di next chapter ada lagi, Yap!! Tunggu saja!!

MHT (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang