Give me 100 vote, Guys... Thankyou!!!
My Husband's Teacher
Reza pulang dengan pikiran yang kacau, Apa-apaan papa nya ini mendesak agar dirinya kuliah lagi. Sebenarnya ia tidak keberatan jika memang harus seperti itu, tapi masalahnya ada pada Kanza. Ia tidak bisa melakukan hubungan jarak jauh dengan gadis itu, mengingat Kanza belum juga menaruh perasaan padanya, bisa-bisa digugat cerai nanti dirinya.
Sudah larut malam, dan pintu tidak terkunci. Apa Kanza lupa mengunci rumah? Bagaimana jika ada orang lain masuk? Pikir Reza. Ia masuk dengan tergesa, mencari Kanza untuk memastikan jika gadis itu baik-baik saja.
"Kanza.. Apa kau di dalam?!" Reza sudah berada diluar kamar Kanza, ia mencoba menenangkan pikirannya. Oh ayo lah, jangan menambah kacau pikiran Reza untuk saat ini.
Tak ada sahutan dari dalam, lantas dengan terburu Reza membuka handle pintu kamar yang kebetulan tidak dikunci. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru, namun tidak ada tanda-tanda keberadaan Kanza, Reza mencoba mencarinya di balkon, tapi nihil.
Kemana Kanza?
Tanpa babibu lagi, Reza turun kembali ke bawah menuju mobil yang diparkirkan dihalaman rumahnya, ia menancap pedal gas dengan kecepatan yang lumayan.
Kali ini kau kelewatan, aku mencemaskan mu dan kau malah mengacuhkan ku, Kanza Aedlyn.
Nafas Reza memburu, rahangnya mengeras, marah? Ya, tentu saja. Bahkan, ia berhak marah, Mengapa? Kanza tidak memberi tahunya Kemana ia pergi, meskipun tak dapat dipungkiri Reza tahu perginya gadis itu Kemana, jika tidak ke rumah mama nya, sudah pasti ke rumah temannya.
Wajar jika ia marah, bahkan tadi ia sudah menanti-wanti agar dirinya tidak pergi dari rumah, atau jika memang sangat mendesak, mengapa tidak mengabarinya? Apa sulit sekali memberi pesan singkat yang bertuliskan Kemana ia akan pergi? Tolonglah, untuk kali ini Reza merasa tidak dihargai. Dan itu, oleh istrinya sendiri.
Ting.. nong..
Pintu yang tinggi menjulang itu terbuka, menampilkan wanita paruh baya dengan daster yang membalut tubuhnya berdiri menyambut kedatangan Reza.
"Apa Kanza ada didalam?"
Aurlyn, dia mengangguk. "Si Eneng teh udah tidur, Eza. Udah atuh kalian nginep aja disini."
"Percuma aja dia dibangunin, gak bakal bangun. Kalo udah tidur mah, suka pules." Imbuh Aurlyn, Reza mengangguk kemudian berpamitan untuk menemui Kanza.
Ia menekan hendle pintu kamar Kanza, kemudian melangkah masuk kedalam kamar yang menampilkan seorang gadis yang tengah meringkuk, ditemani beberapa boneka beruang di sekitar nya.
Reza mengusap kasar wajahnya, menghilangkan amarah yang sedari tadi berkumpul di relungnya. Menatap Wajah Kanza yang damai, mampu membuatnya merasa tidak tega. Hingga, amarah yang terkumpul sedari tadi melebur begitu saja, berganti kan rasa legah yang menghampirinya.
Reza naik keatas kasur, kemudian ia menyingkap selimut tebal yang membungkus badan mungil Kanza, betapa terkejutnya ia ketika melihat pemandangan yang mampu mengoyak jiwanya.
Kanza hanya memakai tank top, tanpa bra.
Reza tidak tahu ia dirasuki setan apa, hingga dengan lancang menindih tubuh Kanza yang tengah menyamping, memutar kepala menjadi berhadapan dengan wajah Kanza, dengan keadaan Reza berada diatas kanza.
Ia menciumi setiap inci, dari wajah Kanza. Mencium dengan lembut, tanpa menuntut. Karena Reza sadar, kanza belum mencintainya.
Kemudian ciuman itu luruh ke bawah, tepat di leher jenjang milik Kanza. Reza meninggalkan tanda kepemilikan disana, membuat Kanza sedikit terusik dan bergerak mengubah posisi menjadi terlentang.
"Oh, shit! Dia membangunkan, Adik!" Reza bergumam disela ciumannya, kemudian ia kembali melakukan aksinya, menciumi leher jenjang Kanza. Menikmati sensasi dari setiap inci tubuh Kanza, hingga akhirnya ia sampai di titik yang selalu membuatnya bergairah.
Dengan gemas ia meremas dua gundukan milik Kanza, tidak besar dan tidak pula kecil, sangat pas dengan gempalan lengan kasar Reza. Tak jarang ia memilinnya, mamak kan gundukan yang tertutup bra, dan tank top hitam Kanza.
"why do you always tease me?"
"Apa kau tidak tahu betapa tersiksanya, adikku disana?"
Nafas Reza memburu, dengan segera ia menghentikan aksinya, aksi yang hanya akan menyiksa Kanza. Dia tidak ingin melakukan itu jika kanza tidak memberi, ia ingin kanza yang menyerahkan seutuhnya, bukan dia yang memaksa.
Reza bangkit dari posisinya, ia berlalu ke kamar mandi yang berada di kamar Kanza, mungkin sekarang dia memanjakan adik nya oleh tangannya sendiri, tapi lihat saja nanti. Kanza yang akan melakukannya.
***
Pagi menyapa gadis yang tengah terkungkung selimut tebal, cahaya matahari masuk pada celah jendela, membuat matanya mengerjab mengumpulkan kesadaran.
Ia duduk dipinggir ranjang, seraya mencepol rambut nya asal, pandangannya menangkap secarik kertas diatas nakas yang tidak jauh dari ranjang.
Hi, anak kecil.
Kemarin kau membuatku khawatir, sungguh aku mencari mu dengan gusar. Sampai akhirnya aku menemukan mu disini, jaga dirimu untuk beberapa jam kedepan, aku akan menjemputmu nanti. Jangan Kemana-mana, atau kau akan tahu akibatnya.
Jangan coba lari, kau ingat kejadian Tempo lalu 'kan, saat kau mencoba menghindar?Tertanda.
Suami tampan Mu.Sejurus kemudian, Kanza mengambil langkah seribu, ia menghampiri Aurlyn yang tengah bergelut dengan peralatan dapur.
"Ma.. Mama!!" Panggil Kanza dengan tak sabaran.
Aurlyn melihat anaknya yang tengah berlari di undakan anak tangga, "Jangan berlari seperti itu, nanti kamu Jat— Allahuakbar!" Dengan segara Aurlyn berlari menghampiri anaknya yang sudah jatuh tersungkur.
"Baru juga di bilangin!" omelnya, sembari membangunkan Kanza.
"Tadi malam Reza ke sini?"
"Mas Reza.." tegur Aurlyn.
Kanza menggaruk tengkuknya, "Ya, maksudnya itu,"
Aurlyn kebingungan, apa maksudnya anaknya ini bertanya seperti itu? Bahkan, dari tanda yang ada di lehernya saja Aurlyn dapat menangkap jika.. Kanza telah melakukan itu?
"Ari si eneng, Amnesia? Dia ke sini tadi malem Emang gak sadar?!"
Kanza menggeleng, membuat Aurlyn tersenyum jahil.
"Jangan lupa mandi besar, Neng. Biar anaknya nanti gak kaya bule."
Aurlyn menanggapinya dengan menggoda Kanza, sambil berjalan kembali ke dapur, mengabaikan Kanza yang kebingungan.
Sebenarnya ada apa?
Sepertinya ada beberapa hal yang janggal, malam tadi, ia merasa terusik karena merasa ada seseorang yang menciumi dirinya, ataukah hanya mimpi? Dan ia juga merasa ada tangan kekar melingkar di tubuhnya. Apa itu juga mimpi? Karena pada faktanya, tadi ketika ia bangun, tidak ada siapa-siapa disebelah nya. Dan hanya ada secarik kertas ini, kertas yang mampu membuatnya tersenyum simpul.
Ternyata Om-om ini bisa bersikap manis juga, ya. Pikir Kanza.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
MHT (Completed)
Teen Fiction[18+] Perjodohan itu gak segampang yang kalian pikir, Kalo aja gak bisa memadu padankan pikiran dengan keadaan. Tak ayal jika hubungan itu bisa saja gagal. Perjodohan itu gak seindah yang kalian baca di cerita lain, Banyak yang dengan mudah menerima...