Give me 100 vote, Guys... Thankyou!!
My Husband's Teacher
Reza menancap pedal gas mobil nya, disamping kemudi ada Kanza yang memakai pakaian santai, dengan sebuah paksaan Reza, akhirnya Kanza menurut untuk menemaninya ke sebuah tempat Gym.
Kanza baru tahu, jika pria yang terkenal misterius, dingin, dan datar ini memiliki kesukaan terhadap alat-alat yang besar dan menurutnya hanya akan membuat lelah itu.
"Ngapain ngajak gue sih?" tanya Kanza dengan sedikit nada protes, membuat Reza yang tengah mengemudi menoleh padanya.
"Saya akan pulang malam, jadi tidak ingin mengambil resiko jika kau kenapa napa,"
Kanza mendengus sebal. "Gue bukan bocah kali, lo pikir gue gak bisa jaga diri?" Sungguh, Kanza sempat menyusun keinginan ketika setelah ia pulang dari sekolah tadi, ia ingin bermanja-manja dengan kasur, bermain ponsel, dan membaca cerita yang disarankan Vilen tadi di sekolah kepadanya.
Dan keinginannya pupus, tatkala Reza malah membawa Kanza untuk ikut menemani dirinya. Kesal? Jangan ditanya, bahkan ketika ia diberi jawaban seperti itu, dirinya sudah ingin mencakar wajah datar Reza dengan tangannya.
"Sudah, ayo ikut saya." Reza menepikan mobilnya, kemudian ia turun, dan menyuruh Kanza agar berada tidak jauh dari jangkauannya.
Saat kakinya masuk beberapa langkah ke dalam ruangan, beberapa orang yang berada di sana dengan ramah menyapa Reza.
"Duduk dan diam di sana, saya akan kembali setelah mengganti pakaian," Reza menunjuk salah satu tempat duduk yang ada, mau tak mau Kanza menurutinya lagi, dari pada ia harus membuntuti Reza ke toilet.
Sesaat Kanza memainkan ponsel, tidak ada pesan yang tertera, bahkan dari kekasihnya Bisam. Entah Kemana pria itu, seperti hilang ditelan bumi, atau mungkin ia merasa bahwa Kanza menghindari nya?
"Ayo, saya sudah selesai." Reza kembali, kemudian ia mengajak Kanza agar mengikuti langkahnya, entah Kemana, padahal mereka sudah berada di tempat Gym.
"Lah, Gak ada orang?"
"Private Room," sahut Reza, santai.
Kanza menggeleng, ia tak habis pikir dengan Reza, apa pria itu anak sultan? Atau karena telah sering berkunjung ke tempat ini, ia diberi fasilitas khusus, hingga dirinya bisa berada di ruangan privat.
Entahlah, Kanza sendiri bingung. Bahkan, banyak pertanyaan dibenak Kanza yang belum terpecahkan, dari hal besar, sampai hal sekecil ini. Karena, Reza terlalu misterius bagi Kanza. Banyak hal yang belum kanza ketahui darinya.
Reza mulai bergelut dengan alat-alat yang Kanza duga berbobot berat, Kanza tidak heran karena memang Reza memiliki tubuh atletis, otot-ototnya tercetak sempurna, mungkin karena Reza sering berlatih dengan alat besar dan berat ini.
"Tuh, kan, ngapain lo ajak gue kesini kalo akhirnya lo asik sendiri?" rajuk Kanza, ia kesal karena kehadirannya semata-mata hanya angin yang tidak di hiraukan oleh Reza.
Reza menoleh ke belakang, mendapati Kanza yang bersedekap dada dengan wajah garangnya. "Dari pada di rumah sendiri," ujar Reza.
"Ya kalo di rumah kan bisa makan, rebahan! Kalo di sini? Ngeliatin lo yang lagi pamer otot doang? Lo kira gue bakal takjub, atau terpesona gitu? Ih jangan mimpi deh!!" cerocos Kanza, membuat Reza bangkit dan menghampirinya.
Baru juga Reza memulai, belum ada satu jam ia bergelut dengan benda-benda ini, ia sudah berhenti karena Kanza merajuk.
"Saya tidak merasa pamer, atau bahkan ingin membuatmu takjub. Saya hanya mengajak mu, agar saya bisa memastikan kau aman bersama saya," jelas Reza seraya duduk di samping Kanza.
Tidak ada jawaban, Kanza terdiam, dalam hati ia merutuki bibirnya, bagaimana bisa ia salah bicara seperti ini.
"Ayo, ikut saya." Reza meraih tangan Kanza, membuat Kanza terkesiap sesaat, sebelum menyesuaikan langkah kecilnya, dengan langkah kebesaran Reza.
"Mau Kemana si? Dari tadi ngajak-ngajak terus,"
Reza membawa Kanza pada sebuah rooftop yang ada di tempat Gym ini, setelah melewati beberapa undakan tangga, akhirnya keduanya sampai di sana.
Kanza takjub, matanya dapat menangkap pemandangan kota dengan jelas di atas sana, mulutnya berdecak kagum, melupakan Reza yang ada di sebelahnya.
"Gue gak ngerti sama jalan pikir lo Om," ucapnya, setelah bungkam beberapa lama.
".. Kadang lo bersikap manis, kadang biasa aja. Kadang lo natap gue berang, kadang lo natap gue lembut. Dan semua perlakuan lo itu, memunculkan banyak tanya dibenak gue,"
Kanza menoleh pada Reza yang masih terdiam, ".. seperti saat ini. Gue gak tahu maksud dan tujuan lo bawa gue kesini itu untuk apa,"
Tidak ada jawaban, melainkan Reza malah berjalan melewati Kanza, kemudian mendudukkan bokongnya di sana dengan kaki yang diselonjor kan.
Reza menghela nafas sebelum ia berbicara, sebenarnya ia membawa Kanza kesini, agar Kanza merasa senang dan tidak bosan karena menemaninya. Tapi, sudah terlanjur gadis itu bicara, dan mungkin sudah saat nya juga ia menjawab.
"Karena banyak tanya dibenak Lo, mari kita pecahkan satu persatu pertanyaan itu," Reza mulai memberanikan diri untuk tidak berkata Formal, pada hakikatnya, memang seorang Reza tidaklah seperti apa yang kalian kira, Formal, dan kaku bukan seperti itu, Reza juga memiliki sisi gaul.
Reza melirik Kanza yang terpaku di belakang, "Ini kan, yang lo minta? Agar gue gak ngomong formal kalo lagi sama lo,"
Kanza membisu, baru kali ini ia mendengar Reza berkata Lo-Gue, sangat asing, seperti bukan Reza sekali.
"Gue bukan orang yang seperti lo kira, gue cowok normal, gue punya cinta, hobi, dan gue bukan cowok misterius seperti yang lo bilang, dan teman-teman lo duga,"
".. Gue bukan cowok misterius, tapi gue gak tahu harus membagi dari sisi mana sama lo, gue takut, takut jika lo gak bisa menerima semuanya, gue takut, lo pergi sebelum semuanya tiba," Reza menekankan kata misterius, sungguh Reza sempat kaget mendengar desas-desus dari murid yang men-cap dirinya sebagai guru misterius, sangat tidak sama dengan realita.
Reza sempat kesal, apa semua orang selalu menilai orang lain dari luar? Seperti hal nya, menilai buku dari sampul.
Reza menunduk, "Gue takut kehilangan lo, sebelum lo jatuh cinta ke gue, Za..." lirih, dadanya terasa pengap ketika ia sadar, bahwa percuma saja mengutarakan hal itu, gadis di belakangnya saja tidak akan pernah mau mengerti, bahkan ingin tahu saja mungkin tidak. Lantas, ungkapan Reza itu sia-sia saja.
Bersambung...
Spam Next, biar lanjut cepet hahaha
KAMU SEDANG MEMBACA
MHT (Completed)
Teen Fiction[18+] Perjodohan itu gak segampang yang kalian pikir, Kalo aja gak bisa memadu padankan pikiran dengan keadaan. Tak ayal jika hubungan itu bisa saja gagal. Perjodohan itu gak seindah yang kalian baca di cerita lain, Banyak yang dengan mudah menerima...