+628xxx
Hai, simpan nomor gue ya. SamKanza yang tengah memainkan ponselnya seketika langsung tertarik pada icon notifikasi, ia langsung membalasnya.
KanzaAedlyn
Oke, sudah gue simpan. HhhTak lama dari itu, notifikasi kembali memenuhi roomchat nya. Dari Bisam, dibalas kembali oleh Kanza dan seperti itu seterusnya, sampai ia terlelap dengan senyum tercetak di bibir ranum nya.
***
"Harusnya lo itu tanggung jawab sama tugas lo! Jangan cuma pengen terpampang di struktur organisasi aja, tapi gak ada kerjaan!"
Kanza yang baru masuk terheran, ini masih pagi tapi Danang sudah berteriak memarahi gadis yang tengah menundukkan kepalanya.
"Ada apa ni?" tanya Kanza.
"Nih! Si Cindy gak becus jadi sekretaris! Gue gak mau ya berurusan sama pak Reza. Dia galak! Bisa mati berdiri gue kalo masuk keruangannya." ucap Danang beruntun.
"Emangnya kenapa?" Kanza menoleh pada Cindy, meminta penjelasan. Sebab Danang tengah Tersulut emosi, tidak wajar jika ia bertanya padanya, tadi saja ia malah kena makian, daripada jawaban.
"Gue lupa gak ngasih data murid ke pak Reza. Padahal dia udah ngasih waktu seminggu, sampe sekarang udah mau minggu ke dua gue belum kumpulin itu data. Gue gak salah, Kanza. Merekanya aja yang ngaret ngasih data dirinya ke gue." tutur Cindy, dengan pembelaan diri diakhirnya. Kanza mengerti, memang manusia tidak ada yang senang jika disalahkan.
"Oke, biar gue yang kasih itu ke pak Reza." Kanza merasa iba pada Cindy, Bodoamat jika dirinya akan dimari oleh guru itu.
"Serius, Kan?!" pekik Cindy.
Kanza mengangguk.
"Makasih Kanza!" Cindy spontan memeluk Kanza, yang Kanza rasa sangat berlebihan.
***
Bel istirahat pertama sudah berbunyi, Kanza mengambil data diri siswa kelas MIPA-2 untuk diberikan pada Pak Reza.
"Ayok, Len!"
Vilen gugup, ia tidak yakin jika mereka akan disambut hangat oleh guru misterius itu. "Lo yakin, Za?"
Kanza mengangguk, ia heran. Memangnya seberapa menyeramkannya sih, guru itu? Tadi Danang dan Cindy, sekarang Vilen.
"Ayok, Len.. dia manusia, bukan setan!"
Vilen menghela nafas, "Tapi dia lebih mengerikan dari setan." lirihnya, sampai terdengar seperti bisikan.
"Udah, ayokk..!!" Kanza menyeret lengan Vilen agar ia berjalan bersamanya, Kanza memang tidak tahu sifat asli guru yang katanya misterius itu. Tapi, pertama kali ia berinteraksi dengannya, sepertinya biasa saja. Tidak seperti apa yang didengar dari kebanyakan murid yang pernah berinteraksi dengan guru itu.
Mereka tiba di ruangan dengan pintu yang menjulang tinggi. Vilen mencekal lengan Kanza yang hendak mengetuk pintu, kepalanya menggeleng. Sumpah demi apapun nyalinya seketika menciut.
"Tenang, dia gak seburuk itu."
"Za, percaya sama gue. Lo anak baru, dan lo gak tau tabi'at asli dia."
"Len. Lo berlebihan, kita cuma mau ngasih data doang, bukan mau konser, dan dia bukan monster."
Vilen merasa dongkol, Kanza memang keras kepala. "Yaudah, lo sendiri aja masuk, gue tunggu diluar ya."
"Oke." Kanza malas berdebat lagi, ia mengetuk pintu sebelum ia memasuki ruang itu, hingga terdengar seruan 'masuk' dari dalam.
"Saya mau ngasih data data murid kelas MIPA-2." ucap Kanza tanpa basa basi.
"Telat."
"Maaf, tapi ini semua karena muridnya yang telat memberikan data itu kepada saya."
"Saya memberikan jangka waktu seminggu. Kenapa tidak bisa tepat waktu?"
"Sudah saya jelaskan, Pak."
"Ini bukan sepenuhnya salah murid, ini salahmu. Mengapa kau malah menyimpannya saja, bukan memberikan itu kepada saya, walau secara menuntut?" suaranya terdengar dingin, dan wajahnya yang datar memberikan aura menyeramkan secara jelas melingkupi dirinya. Ditambah ruangan gelap, dengan cahaya remang. Ah, lengkap sudah kesan angkernya.
"Maaf, Pak."
Reza mengangguk mencoba mempertimbangkan dengan senyum miring nya,
"Ada syaratnya."
Kanza mendongak, dengan wajah kebingungan.
"Pulang bersama saya. Dan jangan coba melarikan diri, atau kau akan tau sendiri akibatnya!"
"Ih gak nyambung banget!" kesal Kanza.
"Pulang bersama saya, atau semua murid dikelas mu saya hukum, dengan alasan tidak bisa disiplin." Desaknya dengan tegas tanpa menerima bantahan.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
MHT (Completed)
Teen Fiction[18+] Perjodohan itu gak segampang yang kalian pikir, Kalo aja gak bisa memadu padankan pikiran dengan keadaan. Tak ayal jika hubungan itu bisa saja gagal. Perjodohan itu gak seindah yang kalian baca di cerita lain, Banyak yang dengan mudah menerima...