Give me 100 vote, Guys.. Thankyouu!!
My Husband's Teacher
Kanza tersenyum cerah, terhitung sudah tiga hari ia mengasingkan diri di Apartemen Cindy, dan kini, ia harus melakukan rencananya yang sempat tertunda.
Kanza menggenggam tangan Cindy, "Makasih ya, Dy. Berkat lo, gue jadi bisa Open Minded, Lo bener Nikah itu bukan permainan, Nikah itu sekali dalam seumur Hidup, dan Ikrar itu Sakral." ucap nya.
"Gue udah jadi milik Om Reza, ketika dia bilang Qobiltu. Harusnya gue nerima ini dari dulu," sambungnya, terdapat nada penyesalan dari ucapan Kanza. Meski bibirnya tersenyum.
Cindy merelai genggaman nya, ia menepuk bahu Kanza lembut. "Sekarang, peran lo udah beda, Za. Lo gak bisa seenak sendiri. Lo udah harus bisa buka hati lo buat Pak Reza, gue yakin, sekarang aja dia pasti nyariin lo." sahut Cindy.
Kanza mengangguk, menyesali perbuatannya dulu.
"Yaudah, Yuk, kita pulang!" ajak Cindy, sambil berjalan mengambil motor dan menaiki nya. Disusul oleh Kanza, dan duduk di belakang Cindy.
***
"Sekali lagi, Makasih ya Dy, lo udah berbesar hati nolongin gue." ucap Kanza, tulus.
"Iya, Za.. Lo kayak yang ke siapa aja, deh!" gemas Cindy, "Gue langsung ya? Bilangin Salam gue sama Tante," imbuh Cindy, seraya Pamit dan menancap gas motornya.
Kanza menatap punggung Cindy yang mulai mengabur, kemudian setelah dirasa Cindy mulai menghilang dari pandangannya, Kanza berlalu menuju rumahnya.
"Baba?" Panggil Kanza, Bimo—Pria paruh baya yang tengah menyirami tanaman itu menoleh, dan tersenyum hangat. Ia merentangkan kedua lengannya, setelah sebelumnya ia mematikan keran. Disambutnya Kanza untuk berhambur ke pelukan.
"Baba kapan datang?"
"Ketika Mama mu bilang kau kabur,"
Kanza merelai pelukannya, "Habisnya, Kalian udah ngebohongin Kanza!" Runtuk Kanza, menyalahkan kedua orang tuanya.
Bimo menggeleng, "Dugaan Baba benar, Za. Jika kami beralasan dengan perusahaan, kau pasti menuruti kami, Jadi hanya itu yang bisa jadi alasan Baba untuk bujuk kamu menikah, Maafkan Baba," jawab Bimo, ada seutas penyesalan, ia salah karena telah membohongi anaknya. Dan ia menyesal telah memaksakan kehendak.
"Baba Tau? Hubungan yang di awali dengan kebohongan itu gak akan berjalan dengan sempurna, seperti sekarang. Kanza selalu menekan diri untuk menerima kenyataan, harus merelakan apa yang Kanza miliki saat itu dan melupakan nya. Tapi, sekarang Kanza sadar, kalian melakukan ini untuk kebaikan Kanza juga." ucap Kanza, tidak terasa jika air matanya bisa luruh tak terkendali.
"Kenapa Baba gak jelasin aja? biar Kanza mengerti. Karena sekarang, Kanza gak tahu harus gimana, Om Reza sudah pasti benci Kanza, dan sedari awal pun dia gak cinta sama Kanza."
Bimo tertegun, "Tidak, Nak. Tunggu sebentar," Bimo beranjak untuk membawa sesuatu, jika memang Kanza beranggapan bahwa Reza tidak mencintainya. Bimo akan membawa bukti, jika anggapan Kanza salah besar.
Kanza masih terisak, sampai Aurlyn berlari tergopoh menghampirinya. Lalu Aurlyn merengkuh tubuh Kanza, menenangkan nya.
"Maafin, Mama ya, Neng. Jangan kabur-kaburan lagi." Ujar Aurlyn, seraya mengelus rambut Kanza, sayang.
Selang beberapa menit Bimo menghilang, Kemudian ia datang kembali menghampiri Kanza dan Aurlyn, dengan membawa secarik kertas di tangannya.
"Ini, Bacalah. Dan hapus Prasangka mu itu... Nak,, dia anak baik. Makanya Baba, dan Mama Mempercayai nya, untuk menjaga putri Sematawayang kami." Kata Bimo, sambil memberikan Kertas itu pada Kanza.
"Om Edward teman baik Papa semasa SMA, Kami bersahabat Baik, dan mulai merencanakan jika kami berdua sudah menikah dan memiliki anak, Kami akan menjodohkan anak Kami," Bimo bercerita, dengan tujuan agar Kanza mampu memahaminya.
"Sayangnya, baba hanya di karuniai satu orang anak, yaitu kamu Kanza, kamu yang membuat rencana Baba menjadi kenyataan. Kekhawatiran baba sangat besar terhadap kamu, Nak. Maka dari itu, Baba menjodohkan mu dengan Reza, karena tidak mungkin jika bersama Adriel yang masih berlagak seperti anak SD kelas 5." Imbuh Bimo, membuat Kanza merasa bersalah akan tindakannya kemarin.
"Udah atuh, Ba. Biarin si Neng nya baca dulu," Tegur Aurlyn. Karena sedari tadi Bimo berbicara terus menerus, membuat Kanza yang akan membaca pun mengurungkan niatnya dulu, demi mendengarkan sang Baba.
Kanza tersenyum mendengar teguran Aurlyn.
"Ayo, kita masuk!" ajak Aurlyn, seraya menarik lengan Bimo dan membawanya masuk kedalam rumah.
Kanza menelisik Kertas itu, entah siapa penulisnya, dan entah apa tujuan Sang Baba memberikannya kertas ini.
Ia mulai membuka lipatan demi lipatan kertas, sampai akhirnya terpampang sebuah tulisan. Sejurus kemudian ia membaca Untaian demi untaian kata yang menghubung menjadi sebuah kalimat.
Bismillahirahmanirrahim...
Dengan keteguhan hati dan tekad yang penuh. Saya Reza Daylon Kavindra. Berniat baik untuk menjadikan putri anda, Kanza Aedlyn Husain. Menjadi Bagian dari hidup saya. Insyaalloh saya tidak hanya akan berperan sebagai suami, Namun saya akan berusaha menjadi bapak sekaligus ibu untuk nya. Saya akan menjaga nya, menjadi tempat berkeluh kesah untuk nya, menafkahi selayaknya tugas seorang suami, dan tidak bersikap buruk padanya. Ini ikrar saya, dan jika saya sewaktu waktu khilaf melanggar semuanya. Saya bersumpah, saya akan memulangkannya kepada Anda, selaku Ayah Biologis nya. Akan tetapi, saya akan berusaha dengan sungguh, agar kekhilafan itu tidak akan pernah terjadi.
Kemudian, saya mengucapkan Terimakasih dengan sangat. Kepada anda, karena telah mengizinkan saya untuk meminang putri anda, Bapak Bimo Arkarna Husain. Karena setelah nya, putri anda akan menjadi Kanza Aedlyn Kavindra, mudah mudahan anda berlapang dada dan iklas menerimanya.
Tercatat, Anak menantu mu.
Kanza merasa tertampar oleh isi dari secarik kertas itu. See? Reza itu baik, bahkan sangat. Dan betapa tidak tahu di untungnya Kanza menyia-nyiakan Pria sebaik itu. Coba, beritahu aku Perempuan mana yang tidak ingin Pria sebaik Reza?!
Reza yang lebih baik meredam amarahnya, meski itu sulit.
Reza, yang selalu bertutur lembut pada Kanza yang kerap kali berbicara tidak sopan padanya.
Reza yang tidak menampakan Cintanya, melalui untaian kata yang biasa pria pujangga lain lakukan. Reza berbeda, Reza menampilkan cinta nya pada cara ia menatap, dan perlakuannya.
Kanza saja yang bodoh, hingga tidak dapat menilai itu semua. Ya, Karena ego Kanza sangat tinggi, dulu ia belum bisa menerima kenyataan, apalagi kenyataan ia harus hidup bersama Pria yang ia tidak mengenal sebelumnya.
Memohon saja mungkin tidak dapat mengembalikan Reza. Kanza duga, Reza sudah pasti sangat kecewa padanya. Mengingat pertemuan terakhirnya, Kanza memberikan sebuah tontonan, yang bahkan, Kanza saja merasa jijik akan dirinya.
Rendahan, begitu pikirnya. Apalagi tanggapan Reza perihal dirinya, mungkin ia sudah tidak ingin berjumpa dengan Kanza, dan lebih parah jika Reza akan menggugatnya cerai.
Terlihat ketika Reza mengusir Kanza, ia tidak ingin melihat Keberadaan Kanza, lantas? Harus apa ia sekarang.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
MHT (Completed)
Teen Fiction[18+] Perjodohan itu gak segampang yang kalian pikir, Kalo aja gak bisa memadu padankan pikiran dengan keadaan. Tak ayal jika hubungan itu bisa saja gagal. Perjodohan itu gak seindah yang kalian baca di cerita lain, Banyak yang dengan mudah menerima...