MHT'17 || Merajuk?

8.8K 266 6
                                    

Give me 100 vote, Guys.. Thankyouuu!

My husband's Teacher

Reza termenung, ia mengingat kejadian beberapa jam yang lalu, disaat Kanza tiba-tiba menciumnya. Sungguh, diluar nalar ia refleks membalasnya.

"Jangan kebanyakan melamun, Besok senin kau sudah mulai ujian. Fokus lah,"

Kanza masih diam, dan menatap Reza dalam, wajah keduanya mengikis jarak diantaranya, membuat deru napas menerpa masing-masing wajahnya.

Kanza semakin mendekatkan wajahnya, sejurus kemudian ia mengecup bibir Reza, dan entah setan dari mana, Reza membalasnya. Membuat Kanza dengan cepat melepaskan ciumannya.

"Brengsek!" Matanya berkaca, ia keluar dari mobil dengan tergesa.

Reza tidak mengerti dengan Gadis ini, ia dapat berubah dalam sepersekian detik, terkadang bersikap manis, atau bahkan bersikap seperti singa yang siap menerkam korban sewaktu-waktu.

Apa yang salah sebenarnya?

"Apa karena gue balas?" Reza bermonolog didepan cermin, sungguh ia sangat bingung, karena setelah kejadian itu Kanza seperti enggan bertemu dengannya. Dia selalu menghindar jika tidak sengaja berpapasan dengan Reza, dan ia mengurung diri dikamar, tidak seperti biasanya.

"Lagian ngapain mancing segala sih? Udah tau ikan kelaparan, ada umpan ya di makan lah,"

Reza menggeleng, ia tak habis pikir dengan tingkah Kanza yang terkadang membuatnya pusing. Jika memang alasannya karena itu, wajar saja karena Reza pria normal. Dan hal lumrah sekali jika sepasang suami istri melakukan hal yang seperti itu, bahkan, selama pernikahannya yang berlangsung sampai dua minggu ini Reza tidak pernah melakukan itu, ia selalu menahannya.

Meskipun dirinya yang harus tersiksa.

***

Semalam Reza menunggu Kanza agar ia keluar dari kamar dan meminta agar Reza menemani tidurnya. Tapi, tidak ada acara seperti itu. Kanza masih mengurung dirinya, membuat Reza frustasi sendiri.

Sekarang, sudah waktunya makan siang, dan Kanza belum keluar juga. Sebenarnya apa yang dilakukan gadis itu sampai betah berlama-lama mengurung diri dikamar?

Ia merogoh ponselnya, membuka aplikasi chatting untuk mengirim sebuah pesan pada penerimanya.

Cepat keluar, atau saya yang akan mendobraknya.
[send]

Saya tidak bercanda untuk hal ini
[send]

Tidak butuh waktu lama, Kanza keluar dengan penampilan yang berantakan, mata yang sembab, rambut yang berantakan, dan pakaian yang hanya memakai sweeter kebesaran tanpa bawahan celana.

Reza menelan saliva nya susah payah, Kanza ini benar-benar.

"Makanlah, saya akan pulang larut. Jangan sampai ketika saya pulang kau mati kelaparan."

"Biar aja, biar lo jadi duda tua sekalian!" jawab Kanza sewot.

"Lah, kok sewot sih."

"YA EMANGNYA KENAPA? GAK BOLEH?!"

Reza memijat pelipisnya, "sudah, ayo ke bawah, kau perlu makan." Ia memilih memutuskan perdebatan nya dengan Kanza, tidak ingin berdebat lama karena ia sudah harus pergi sekitar setengah jam lagi.

Kanza menarik kursi yang berhadapan dengan Reza, ia segera menuangkan nasi beserta lauk pauknya, tanpa memberi tawaran kepada Reza terlebih dahulu.

Sejurus kemudian, ia melahap makanannya dengan tergesa, "Makan dengan pelan, kau bisa tersedak." peringat Reza, membuat Kanza memutar bola mata malas.

"Lo ngapain ngeliat gue kaya gitu? Mau gue colok mata lo Pake ni garpu?!" tanya Kanza dengan galak, mendengarnya saja membuat Reza bergidik ngeri, apalagi jika benar dilakukan? Ahh Malang sekali nasib Reza.

"Jangan banyak bicara, habiskan makanan dalam mulutmu." lagi lagi Reza menegurnya, tapi tetap saja Kanza mengabaikannya.

"Saya ada urusan, mungkin akan pulang larut. Tetap diam dirumah, jangan Kemana-mana, atau jika ingin pergi, kemanapun. Kabari saya!" tutur Reza memberitahu dengan tegas, disela-sela ia bangkit dan beranjak dari tempatnya.

"Saya pergi dulu." pamitnya, sebelum langkahnya benar-benar hilang dari hadapan Kanza

Kanza menatap punggung tegap Reza yang mulai mengabur, dengan segera ia merapihkan piring dan gelas bekas makanannya. Setelah dirasa semuanya beres, Kanza dengan buru-buru keluar dari rumahnya.

"MANGG!! Ojek mang!!" Kanza melambai-lambaikan tangannya, mengkode agar tukang ojek itu menghampiri dirinya, dan akhirnya mang ojek itu peka akan kehadirannya.

"Kemana, Neng?"

"Jalan pahlawan, rumah No 24."

"Brangkattttt...!"

Kanza terkekeh mendengarnya, ia segera duduk di jok belakang, dan memakai helm sebagai pelindung kepalanya. Setelah itu, motor yang ditumpanginya melesat membelah kepadatan jalanan Jakarta.

Tak butuh waktu lama, akhirnya Kanza tiba dirumah yang ia maksud, lantas ia memberikan helm dan uang sebagai bayarannya. "Makasih, Mang. Semoga banyak pelanggan ya." ucapnya ramah.

"Iya Neng, makasih juga do'anya Neng. Yaudah atuh si mamang narik dulu ya.." Mang ojek itu berlalu dari hadapan Kanza. Sejurus kemudian, Kanza melangkahkan kakinya kedalam rumah yang beberapa hari ini ia tinggalkan.

"Hello evribadeehh..!" Kanza berteriak girang, membuat sang mama yang kebetulan berada di dalam rumah dekat ke arah pintu masuk terlonjak kaget.

"ASTAGFIRULLOH, Neng!" Pekiknya kaget.

Kanza cengengesan, "Apasih, Ma? Kayak ngeliat hantu aja."

Aurlyn menggeleng, kemudian merentangkan tangannya menyambut sang puteri yang sudah lama tak ia jumpa.

"Mama kangen banget sama kamu, Neng." ucap Aurlyn, seraya mengelus lembut punggung ramping Kanza.

"Kanza juga, Ma."

Aurlyn merelai pelukannya, "Oh, ya. Eza mana?" Ia celingak-celinguk mencari Reza.

"Kanza gak sama dia, dia lagi sibuk." Alibi nya, tapi memang pada kenyataannya Reza sibuk,bukan?

"Tapi sudah izin, kan?"

Kanza mengangguk tidak yakin, ia tidak mungkin mengatakan yang sesungguhnya jika dirinya minggat dari Reza, ah ralat, tidak sengaja minggat. Karena, jika dirinya mengatakan hal itu, mungkin sekarang Mama nya sudah memarahi, atau bahkan mengusirnya.

"Kanza mau ke atas ya, Ma. Kanza kangen sama Para penghuni kamar."

Dengan gemas Aurlyn menyentil hidung mancung Kanza, "Sudah besar, masih aja kangen sama boneka tedi-tedi, itu"

Bersambung...

MHT (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang