Give me 100 vote, Guys.. Thankyou!!!
My Husband's Teacher
Hari ketiga ujian nasional membuat para siswa/i semakin bersemangat untuk menyambut hari terakhirnya bergulat dengan soal-soal yang membuat pening kepala.
Termasuk Kanza, yang sudah siap menghadap monitor dan tengah mengisi identitasnya, setelah selesai ia tidak langsung memencet tombol mulai, tapi menunggu Clara terdahulu.
"Ayo, Kan!" Clara mengkode Kanza agar segera menekan tombol, dan tap keluarlah soal-soal yang menggunakan bahasa Inggris di layar monitor.
Baru juga terpampang, terdengar helaan nafas panjang di hadapan layar monitor Kanza, "Hadeuhhh.. Gue yang makan Sambel ama Pete, mana bisa ngisi soal orang yang makan Roti sama keju," dumel Clara yang dapat ditangkap oleh Kanza, yang ada di hadapannya.
Ya, Clara duduk berhadapan dengan Kanza, katanya agar mudah memberi contekan. Wajar saja, Clara memang sangat suka terhadap contek menyontek. Mengingat kapasitas otaknya, yang hanya memiliki beberapa muatan. Dan yang ada dalam otaknya hanya, shopping, shopping, shopping. Kemudian liburan.
Nasib baik memiliki teman seperti Clara.
***
Reza masuk keruangan 12, ia memantau pekerjaan Kanza, di sana Kanza tengah berpikir keras, tidak melihat keberadaan Reza sama sekali.
"Kalo di liat-liat, dia cantik ketika tengah serius," gumam Reza.
Tanpa Reza sadari, pria di sebelahnya mendengar ucapan nya, "Lo liatin siapa, Za?" bisik guru di sebelah Reza, sepantaran dengannya. Dan memiliki kemampuan dalam IPTEK juga, makanya di jadikan sebagai operator ruangan 12.
"Bukan siapa-siapa." balas Reza cepat.
"Oh ya, gue denger Ann kembali Za."
Reza menoleh dengan cepat, ia tahu orang yang dimaksud. Apalagi, Angga teman dekatnya ketika SMA.
"Lo tahu?"
"Grup angkatan rame Semalem,"
"Terus?"
"Dia nyariin lo, njing." bisik Angga.
Reza terdiam, "Lo tau kan gue udah nikah?" tanya nya setelah diam beberapa saat.
"Y-ya gue tahu, terus gue harus ngapain?"
"Jangan kasih tahu keberadaan gue sama dia." tegas Reza.
"Lo pikir dia bocah, bakal diem aja kalo gak dikasih tahu sama gue? Dia udah gede Za, apalagi Teknologi udah canggih.. Lo kenapa jadi tolol dadakan gini sih?" Sembur Angga, membuat Reza mendengus mendengar ejekannya.
"Buat lo aja, Ga."
"Lo pikir dia barang? Yang bisa lo titipin, atau lo kasih ke orang dengan sesuka lo?"
***
"Bagaimana tadi ujiannya?" tanya Reza. Pandangannya fokus pada jalanan, ia tengah mengemudi menuju rumahnya.
"Lumayan agak sulit, untung aja Kanza sudah memahami pelajaran dari jauh-jauh hari, jadi agak mudah sih."
"Ah,ya," Kanza menoleh pada Reza, menatapnya lama. "Sore nanti Kanza mau pergi sama temen-temen shopping, sekalian refresh otak yang baru kelar ujian, gimana om? Boleh, kan?"
"Dengan satu syarat," sahut Reza.
"Apa itu?"
"Jangan datang ke fromnight nanti, Za. Kadang di fromnight banyak kejadian yang gila, paham kan?" ucap Reza yang tidak mengizinkan Kanza pergi ke acara yang di adakan anak-anak kelas 12 dalam rangka bersenang-senang.
"Untuk saat ini Kanza Oke, tapi Kanza gak janji ya, Om." Balas Kanza, bagaimana mungkin kanza tidak datang, dia ingin tahu alasan Bisam. Makanya ia harus datang ke acara itu, ditambah lagi, ketiga teman Kanza memaksanya.
***
"Kan,, yang ini bagus gak?" Clara menunjukkan Dress berwarna merah panta yang ada di tangan satunya, "atau bagusan yang ini?" Kemudian ia memperlihatkan Dress satunya lagi, berwarna biru langit namun sangat terlihat soft hingga sangat pas di tubuh Clara.
"Dua-dua nya bagus, La." ucap Kanza yang memperhatikan secara detail baju-baju yang di pilih Clara. "Tapi bagusan yang biru sih, kalem gitu." imbuhnya, mengusulkan.
Clara menelisik, "Iya sih, tapi yang merah lebih bagus, kesan elegant nya dapet, Kan." ucap nya, bingung sendiri.
Mereka, Kanza dan ketiga temannya, tengah berada di salah satu Mall ternama di Jakarta. Seperti kata Kanza tadi, bahwa ia akan pergi shopping. Benar, namun tidak keseluruhan, sebagian ia membenarkan jika dirinya berbelanja, keseluruhannya adalah ia benar-benar menemani Clara—salah satu temannya, Berbelanja.
Vilen yang ada di samping Kanza menggeleng, "Udah Za. Anak labil gitu gak usah di ladenin, mending kita duduk di tempat nongkrong itu aja yuk, di sini pusing liat Clara yang itu mau, ini pengin." ucap Vilen. Ini yang ia tidak suka dari Clara, ribet, menguras waktu lama dalam memilih satu benda. Sangat tidak bagus, bagi Vilen yang menganut moto hidup, waktu itu berharga.
Kanza mengangguk mengiyakan, alhasil keduanya meninggalkan Clara dan Audy yang masih gencar mencari Pakaian.
Setelah mendapatkan bangku, Vilen meninggalkan Kanza untuk memesan makanan.
Kanza termenung sesaat, Tempo hari ia berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadi pribadi dan seorang istri yang baik. Tapi, ia tidak bisa untuk saat ini. Saat dimana ia harus mendapat Alasan dari mulut Bisam.
"Woy.. ngelamun lo?" ujar Vilen, menyenggol Kanza.
"Kenapa?"
"Tuh, kan. Pasti banget ini mah ngelamun, ngelamunin apa si?" tanya Vilen, kepo.
"Gue dilarang sama Reza buat dateng ke Fromnight."
Vilen mengernyit, "Alasannya?"
"Dia cuma bilang kalo di fromnight banyak kejadian gila."
Vilen terkekeh. "Emang sih, karena acara fromnight itu, dijadikan anak angkatan kita sebagai acara memadu asmara juga, karena Kita bisa leluasa bawa pacar kita ke acara itu, bahkan, acara itu mewajibkan kita dateng berpasang-pasangan." jelas nya.
Kanza ber-oh ria.
"Oiya, Pak Reza udah tau tentang lo sama Bisam?" sambung Vilen.
"Belum lah, gila aja kali.. gue bisa dikurung gak boleh ikut kalo gitu ceritanya! Ini aja gue udah gak dikasih izin, apalagi kalo sampe tau gue ada main sama Bisam."
Kanza mulai terbuka pada Vilen. Sedari awal, memang Kanza nyaman dengan Vilen, selain sikap Vilen yang dewasa, ia juga yang lebih pengertian dari yang lainnya.
Bukannya Kanza tidak percaya pada kedua teman lainnya, ia percaya. Dan ia sudah berniat untuk memberitahu keduanya, tapi tidak sekarang.
Bisa heboh seantero sekolah, jika Clara tahu kalau Kanza istri sah guru misterius, atuh...
"Tapi lo mau usaha dateng ke fromnight kan? Lo bisa bikin one fine day dua kali bareng Bisam,"
"Gak ada one fine day.." Raut wajah Kanza berubah, ia menjadi ingat kejadian Tempo hari, dimana Bisam mengatakan sesuatu. "Yang ada one sad day," lanjut Kanza.
"Lah, kok gitu?"
Kanza tidak merespon, ia malah mengalihkan perhatiannya pada waiters yang berjalan dengan nampan di tangannya.
"Kayaknya, gue bakal putus sama Bisam di hari itu juga deh," ucap Kanza, setelah beberapa saat diam.
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
MHT (Completed)
Teen Fiction[18+] Perjodohan itu gak segampang yang kalian pikir, Kalo aja gak bisa memadu padankan pikiran dengan keadaan. Tak ayal jika hubungan itu bisa saja gagal. Perjodohan itu gak seindah yang kalian baca di cerita lain, Banyak yang dengan mudah menerima...