Sudah seminggu Kanza sekolah di SMA SERIBU ini, sekolah yang terkesan angker, tapi tidak sama sekali, karena penghuninya kebanyakan orang orang baik. Apalagi kelas MIPA-2 dengan suka rela menerima dirinya yang notabene murid baru.
"Lo jadi pergi gak sama Bisam? Kalo Iya, kita bisa pergi bareng bareng dong."
Ketiga temannya sudah mengetahui kedekatan Kanza dengan cowok itu, meskipun awalnya mereka terkaget dan sempat tak percaya. Tapi, mereka sering memergoki Kanza pulang bersama Bisam dan bisam bersikap manis padanya.
kembali pada topik, Kanza menyeruput es teh nya, kemudian menimang ucapan Clara, ia juga tidak tahu akan Kemana ia pergi bersama Bisam.
"Gak tau tuh, gimana besok aja."
"Lo pada enak, weekend sama doi. Lah kita yang jomblo bisa apa? Ya gak, Len?"
Vilen mengacungkan jempolnya, setuju dengan ucapan Audy.
"Ya mangkanya! Punya gelar jomblo itu jangan lama, bulukan entar." ejek Clara.
"Mulut lo, Ra! Gue sumpel Pake nih cabe, dower dah lo!"gemas Vilen.
Ketiganya tertawa terbahak, melihat Clara yang memonyongkan bibirnya seperti bebek, sangat menggemaskan.
Orang yang tengah menjadi topik pembicaraan datang dengan wajah datarnya, menghampiri Kanza yang didera degup kencang pada hatinya.
"Nanti pulang jangan Kemana mana. Tunggu gue di kelas." setelah mengucapkan itu, Bisam berlalu dengan senyum manisnya, membuat siapapun yang melihat terdiam kaku.
"Eh, ada pak Reza, ada Pak Reza.." Bisik Audy dengan buru buru, ia memusatkan perhatiannya, pada pria yang berjalan beriringan dengan guru lainnya.
Ngomong-ngomong tentang Reza, pria itu seperti di telan bumi, tidak ada lagi batang hidung yang ditampilkannya pada penglihatan Kanza, dan sudah tujuh hari ini, jika Reza berpapasan dengan kanza pun ia seperti tidak melihat keberadaan kanza, dan mengabaikannya begitu saja.
Mungkin ia sadar akan perlakuan tidak senonoh nya Tempo hari.
***
Seperti tadi yang diucapkan di kantin. Bisam mengajak Kanza pulang bersamanya, tapi tidak langsung mengantar ke rumahnya, Bisam sudah memiliki rencana dihari ini, untuk Kanza.
Kanza dibawa oleh Bisam ke sebuah rooftop, yang menampilkan gedung-gedung yang menjulang.
"Kok, lo bawa gue kesini."
"Ada yang mau gue omongin."
Bisam menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia tidak tahu harus memulainya seperti apa, dan darimana. Ia bingung, karena baru kali ini ia memiliki rencana seperti ini. Dan ini juga usulan dari teman temannya.
"Kanza gue gak tahu harus mulai darimana."
Kanza mengernyit, bingung.
"Gue awam untuk hal ini, jadi gue gak tau lo akan terkesan atau malah sebaliknya,"
"K-Kanza, gue-"Bisam memutar otaknya, mencari kalimat yang apik untuk dilontarkan, hingga Kanza akan mengerti tanpa harus ia jelaskan.
"Arrh.. Kanza lo mau kan,"ia mengacak menggeram frustasi, bibirnya seakan kelu, sungguh ia tidak ahli dalam hal ini.
Ia menghela nafas panjang, "Lo maukan jadi sebagian cerita di hidup gue?!" ucapnya dengan satu kali helaan nafas.
Kanza tidak mendengar jelas, karena ucapan Bisam yang terkesan buru buru, tapi ia mengerti jika Bisam mengutarakan perasaannya.
"Lo bisa santai, kan. Kalo ngomong?" kata Kanza setelah beberapa lama ia bungkam.
Bisam mengangguk, ia menarik kedua lengan Kanza, "Gue cinta sama lo."
"Lo mau kan jadi sebagian cerita hidup gue?" Ulang Bisam dengan jelas dan sangat serius.
Bersambung...
Gue minta tolong banget supaya kalian yang baca cerita ini, bisa lebih menghargai karya seseorang dengan tidak hanya menikmatinya tapi mengapresiasi juga.
Dengan senang hati, kalian boleh memberikan kritik maupun saran di kolom komentar cerita ini. Itu sangat membantu sekali, dan pastinya gue sebagai penulis akan SENENG BANGET!Dah ah, makasih❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
MHT (Completed)
Teen Fiction[18+] Perjodohan itu gak segampang yang kalian pikir, Kalo aja gak bisa memadu padankan pikiran dengan keadaan. Tak ayal jika hubungan itu bisa saja gagal. Perjodohan itu gak seindah yang kalian baca di cerita lain, Banyak yang dengan mudah menerima...