Kanza pulang agak sore, ia was-was akan mendapat kemarahan dari sang Mama, lebih seram lagi jika sang Baba.
"Biar aku yang jelasin, ya?" pinta Bisam.
Kanza mengangguk ragu. Kemudian mereka berjalan beriringan, tapi tidak ada tanda tanda kehadiran kedua orang tuanya.
"Bu Susi?" Panggil Kanza, wanita baya itu berjalan tergopoh mendekati kanza.
"Mama sama Baba ada di rumah?"
"Enggak, Non. Tapi, non sudah di tunggu sama, Mas Reza."
"Oh, makasih Bu."
Kanza menoleh pada Bisam kilat, "Kita selamat. Kamu bisa pulang, Sam. Hati hati di jalan." titah Kanza dengan tergesa, ia takut akan adanya perang jika tiba-tiba Reza datang dan melihat kehadirannya bersama Bisam.
Bisam hendak menanyakan suatu hal, tapi ia urungkan karena secara tidak langsung Kanza mengusir dirinya.
"Oke, Sampai jumpa besok, Baby."
Bisam tersenyum manis. Senyum yang selalu ia tampilkan pada Kanza, dan kanza menyukai itu.
Setelah memastikan Bisam sudah tidak ada di pandangannya. Kanza melesat kedalam rumah, ia mendapati Reza yang tengah menatapnya datar.
"Kau bolos?"
"Apa perduli Lo?" ucap Kanza sewot.
"Kanza apa kau lupa? Saya ini calon suamimu."
Kanza memutar bola matanya malas, "Baru calon! Gak usah ngatur!" Balasnya ketus.
Kanza berlalu meninggalkan Reza yang menatapnya gamang.
Baru tadi ia merasakan bahagia bersama Bisam, sekarang? Ia sudah disuguhkan dengan pria menyebalkan yang dapat merusak suasana hatinya dengan cepat.
Tadi itu, adalah hari yang paling membahagiakan bagi Kanza, sebab,,
Flashback
"Aduh, Sam.. kok jadi takut gini ya? Mana gelantungan diatas lagi, ini kalo jatoh gimana? Aduh,, mana belum nikah lagi," Kanza merasa panik dan Parno sendiri ketika bianglala yang mereka tumpangi berhenti pada ketinggian 50 meter.
Fyi, mereka pergi ke Dufan setelah Kanza berpura-pura sakit dan mengeluh bosan jika berdiam diri di brangkar UKS sepanjang hari. Alhasil ia mendesak Bisam agar mereka pergi membolos saja ke Dufan.
"Tenang aja, ini bakal sebentar ko, kan ada aku." Bisam, cowok itu selalu menjadi penenang untuk Kanza, sampai tidak Kanza sadari, Bisam mencondongkan tubuhnya kedepan, mengikis jarak antara dirinya dan Kanza yang tengah memejamkan matanya dan merapalkan doa, takut jika bianglala yang ditumpanginya tiba-tiba jatuh dan menghilangkan nyawanya.
"Kanza, buka mata mu." ucap Bisam pelan, membuat Kanza menghela nafas sebelum membuka matanya.
"Ini geli sih, tapi serius lo cantik hari ini, dan gue mohon," Bisam menggantungkan ucapannya, menatap manik Kanza dalam, membuat sang pemilik manik itu merasakan sesak yang luar biasa dihatinya. "Tolong tetap disamping gue"
Kemudian Bisam mengecup lama puncak kepala Kanza, menyalurkan rasa sayangnya pada gadis ini. Gadis yang mampu memikat hatinya dalam kurun waktu sepersekian menit, sungguh ini gila, tapi kenyataannya memang seperti itu.
Flashback Off
***
Sudah pukul 10 malam, dan perut Kanza terasa lapar. Ia turun ke bawah untuk mengambil beberapa cemilan yang ada di kulkas.
Tak sengaja matanya menangkap Reza yang tengah tertidur dengan posisi duduk di sofa. Sangat mengenaskan, dan Kanza duga itu sangat sakit.
Kanza mencari-cari keberadaan dua orang tuanya. Tapi nihil, sebenarnya Kemana mereka?
"Pak?" Kanza mencoba membangunkan Reza dengan perlahan, ia takut jika nanti Reza bangun sekaligus, dan itu akan membuat kepalanya pusing.
Reza mengerjab, mencoba mengumpulkan kesadarannya.
"Kau belum tidur?"
Kanza menggeleng.
"Kau sendiri kenapa masih disini? Gak punya rumah?" tanya Kanza ketus.
"Saya dirusuh calon Bapak mertua untuk melindungi anaknya, mereka tengah menguruskan pernikahan."
Kanza duduk disamping Reza, meski ia sebal, tapi rasa manusiawi nya tetap ada, ia tahu jika reza pasti belum makan sedari tadi. Karena sebuah suara dari perut Reza mampu membuat peka telinganya.
"Disini gak ada makanan, dan gue juga gak bisa masak. Kalo lo laper, bisa bikin mie instan sendiri, kan?"
"Saya masih ngantuk, bisa tolong buatkan?" Kanza melotot, bisa bisanya ia menyuruh nya dengan enteng. Sudah dikasih mie, minta dibuat kan pula. Seenaknya sekali!
Kanza mencibir pria itu dengan sebutan, Om-om tak tahu diri.
Membuat Reza tak kuasa menahan tawa nya.
"Terserah apa katamu, tapi umurku masih muda, dan tidak layak dengan sebutan om-om mu itu." balas Reza sedikit berteriak agar Kanza mendengar dan masih tertawa terbahak, karena menurutnya sebutan Kanza itu lucu sekali. Sangat tidak sesuai dengan dirinya yang masih muda dan terlihat tampan, dan jangan lupakan kata Mempesona. Jauh sekali dengan sebutan yang diberi Kanza.
***
Reza meneliti setiap lekukan wajah Kanza, entah hal apa yang dapat memastikan hatinya jika pilihannya ini benar. Padahal sikap Kanza padanya selalu saja ketus, dan terkesan tidak suka.
Tapi, ia suka menggoda gadis licik ini. Reza suka ketika ia marah padanya, raut marah nya itu sangat menggemaskan baginya.
Dan ada hal yang lebih Reza sukai dari gadis licik ini, Reza menyukainya ketika gadis ini tengah berada di kedamaian, nafas yang teratur dengan raut polos yang mendominasi wajahnya. Membuat Reza tak tahan untuk tidak mengelus lembut rambutnya.
"Selamat malam gadis licik, tolong jangan membuat saya khawatir."
Tangannya membelai lembut wajahnya, dari mulai dahi, halis, hidung, bibir ranum yang ia renggut kesuciannya, dan berakhir pada pipi chubby miliknya. Reza mengelusnya dengan sayang.
Mungkin bagi sebagian perempuan yang ada di muka bumi ini akan menatap takjub pada Reza yang memiliki, wajah dengan pahatan yang sangat apik. Namun, berbanding terbalik dengan gadis ini, gadis yang selalu terang-terangan menatapnya tidak suka, bahkan, memujinya saja tidak pernah. Ahh, ralat, pernah waktu itu ia tidak sengaja memuji Reza ketika awal pertemuan. Hanya sekali, tidak berkelanjutan.
Maka dari itu, Reza merasa penasaran padanya, Apakah Reza memiliki rkekurangan? Badan Atletis, wajah tampan mempesona, dan ia pewaris sebagian saham milik Perusahaan Kavinsky. Coba tanyakan, dimana letak kekurangannya?
Dan ada hal lain yang dapat menarik perhatian Reza padanya, Sorot mata yang teduh, dan menyalurkan kedamaian, saat pertama kali ia mengunci pandangannya.
Bersambung...
WHO's Excited for the next chapter?
KAMU SEDANG MEMBACA
MHT (Completed)
Teen Fiction[18+] Perjodohan itu gak segampang yang kalian pikir, Kalo aja gak bisa memadu padankan pikiran dengan keadaan. Tak ayal jika hubungan itu bisa saja gagal. Perjodohan itu gak seindah yang kalian baca di cerita lain, Banyak yang dengan mudah menerima...