Give me 100 Vote, Guys... Thankyou!!
My Husband's Teacher
"Nih, minum dulu supaya lo tenang." Cindy, gadis itu memberikan segelas air minum pada Kanza. Yang kemudian Kanza menegaknya hingga tandas.
"Makasih," Kanza menyimpan gelas minum itu di sampingnya, kemudian ia menekuk wajah di kedua lututnya.
"Lo masih gak mau cerita?"
Kanza menengadah, "Bisa, Gak, lo telpon Vilen dan suruh dia kesini?" tanya Kanza. "Tapi jangan bilang Clara, ataupun Audy." sambung nya.
Cindy mengangguk seraya tersenyum simpul, Kemudian ia berlalu untuk menelepon Cindy.
Kanza menunggu Cindy yang tengah berbicara lewat sambungan Telpon. Ia tidak tahu harus apa sekarang, selain meminta izin untuk menginap saja di apartemen milik Cindy.
Tidak lama kemudian Cindy menghampiri Kanza kembali, "Vilen segera kesini.Oh, ya, Lo bisa nginep di sini sesuka lo. Lagian, gue juga sendirian di sini, untuk sementara waktu juga lo bisa Pake baju punya gue dulu." tutur Cindy, membuat Kanza terenyuh.
Kanza menatap Cindy dengan berkaca-kaca, "Kenapa lo baik banget sama gue?" tanya nya, dengan suara parau.
"Lo pernah nolong gue, jadi sudah saat nya gue berterimakasih."
Cindy, Gadis itu yang menghampiri Kanza ketika di Trotoar tadi, Cindy mengajak Kanza ke Apartemen miliknya. Ralat, Apartemen yang di berikan orang tuanya, untuk nya.
Kanza berhambur ke pelukan Cindy, dan berterimakasih.
Kanza jadi teringat, Senantiasalah berbuat baik, jikalau kau beruntung, kau akan menemukan orang baik. Jika tidak, kau akan di temukan orang baik. Itu Kata Reza, waktu itu.
Tok.. Tok.. Tok..
Kanza hendak bangkit, akan tetapi Cindy menahannya. "Biar gue aja," katanya.
"Kanza lo gak papa? Kok lo gak ke rumah gue aja? Kenapa lo kesini?" Seloroh Vilen, yang langsung masuk dan menodong pertanyaan banyak pada Kanza.
"Perusahaan Papa bangkrut itu cuma bohong." Ujar Kanza, tiba-tiba.
Vilen yang mengerti arah pembicaraannya lantas mengikis jarak antara keduanya, tidak seperti Cindy yang masih berdiri kebingungan.
"Terus kemarin, Lo kenapa pulang gak ngasih kabar ke kita?"
"Gue blank, Len. Sumpah, semuanya di luar nalar gue, gue kira Om Reza gak bakal dateng di saat gue lagi sama Bisam."
"Bisam?" Ulang, Vilen.
Kanza mengangguk, "Dia dateng waktu gue lagi meluk Bisam." cicit, Kanza.
"Gilak!! Wajar aja kalo dia marah, Sumpah Za! Lo kebangetan!" tandas Vilen, ia geregetan dengan Kanza. Bagaimana tidak, secara tidak langsung dia sudah menyakiti dua hati sekaligus.
"Gue gak tau, Len."
Vilen menarik nafas, "Oke, kita lupain masalah itu. Terus, kenapa lo bisa kesini, dan kenapa lo bisa ngomong kalo Papa lo, bohongin lo?" ucap Vilen.
"Reza nyuruh gue buat pergi dulu sejenak, sampai kami tenang. Gue mutusin buat dateng ke rumah ke rumah Mama tadi, karena gue gak liat adanya Baba, ya otomatis lah gue tanya. Kemana Baba, dan Mama bilang dia lagi ngurusin perusahaan yang di Kalimantan." jelas Kanza.
Kanza menatap Vilen, matanya sayu. ".. Lo tahu? Yang Kalimantan itu perusahaan yang Baba bilang bangkrut, waktu dia bujuk gue supaya bisa nikah sama Reza." lanjut Kanza.
KAMU SEDANG MEMBACA
MHT (Completed)
Teen Fiction[18+] Perjodohan itu gak segampang yang kalian pikir, Kalo aja gak bisa memadu padankan pikiran dengan keadaan. Tak ayal jika hubungan itu bisa saja gagal. Perjodohan itu gak seindah yang kalian baca di cerita lain, Banyak yang dengan mudah menerima...