Give me 100 vote, Guys... Thankyou!!
My husband's Teacher
Cahaya mentari memaksa masuk pada celah jendela Namun, gadis itu tidak kunjung membuka matanya, ia masih meringkuk dibawah selimut tebal yang membalutnya.
Hingga sebuah aroma masakan, yang berlalu melewati hidung kecilnya, membuat perutnya berbunyi dan merasa lapar.
Alhasil ia mengerjabkan mata, mencoba mengumpulkan kesadarannya, dan berjalan keruangan bawah tanpa merapihkan tempat tidurnya terlebih dahulu.
"Lo bangun sepagi ini, cuma buat masak?"
Pria yang tengah bergelut dengan peralatan dapur, dan sebuah kain celemek menempel ditubuh nya, menoleh. Kemudian tersenyum manis menyapa Kanza.
"Ini hampir siang, dan kau menyebutnya pagi?" balasnya, dengan fokus yang masih tertuju pada masakan yang ia masak di wajan.
"Pergilah mandi, kemudian bergegas untuk sekolah, karena sebelum berangkat kita sarapan terdahulu." Lanjut Reza.
Bukannya mendengar, Kanza malah menopang dagu, menyaksikan Reza yang dengan lihainya membolak-balikan makanan menggunakan spatula. Sungguh, pemandangan yang langka bagi Kanza.
"Gue heran, di era modern ini, masih ada ya cowok yang mau masak di dapur, gue aja yang cewek Males."
Reza tersenyum simpul, "Sudah, cepat bergegas."
"Apa gue beruntung ya? Dapet cowok kaya lo. Atau, gue yang berlebihan merasa seperti itu?" Kanza masih terkesima, ia tidak percaya dengan kenyataan dihadapannya, entah ia yang berlebihan atau memang ia tidak pernah menyaksikan hal tersebut.
"Kau yang berlebihan," Reza membalikan tubuh Kanza, kemudian mendorong kecil agar ia melakukan perintahnya, "Cepat mandi, 5 menit sudah kembali dan duduk di meja makan. Tidak ada bantahan!" tegasnya.
***
"Za, tadi Bisam nanyain Lo ke gue." Vilen menatap Kanza yang tengah fokus memainkan ponselnya.
Dengan cepat, Kanza menyimpan ponselnya, kemudian memfokuskan dirinya pada Vilen, ini pembahasan yang sedikit penting.
"Terus, Lo bilang apa?"
"Gue bilang lo sekolah hari ini." Memang seperti itu kejadiannya, tadi Vilen bersama kedua temannya, Clara dan Audy pergi ke kantin, tak sengaja mereka berpapasan dengan Bisam, dan cowok itu menanyakan Kanza. Jika kalian bertanya kenapa Kanza tidak ikut, jawabannya, karena ia tengah menghindari Bisam.
"Ihhh.. kok lo jawab gitu sih?" ucap Kanza, dengan gemas.
Vilen mencebik, "ya abis nya, lo gak kasih tau gue kalo lo lagi Males ketemu sama Bisam!" kesal nya.
Kanza mendesah pasrah, mana mungkin ia memberitahu Vilen jika dirinya ingin memantapkan hati, untuk memilih. Siapa yang memang pantas untuk menetap, dan pergi.
"Kenapa diam? Coba jelasin, Za. Nanti gue kasih Lo solusi."
"Gue bingung, siapa yang harus gue pilih.." Kanza membenamkan wajahnya pada lipatan tangan yang ditumpu diatas meja.
Vilen melakukan hal yang sama, namun kepalanya menyamping, memperhatikan Kanza "Kan gue bilang, lo cerita ke gue, dan gue kasih solusi. Gue jamin, solusi yang gue beri, itu yang terbaik buat lo."
"Sekarang, perlakuan Om Reza ke gue sangat manis, dan gue jadi lupa kalo gue masih punya Bisam, Lo tahu? Gue gak tega sama Bisam, gue tahu dia masih sangat cinta sama gue, dan gue malah jahat sama dia."
Vilen mendengarkan penuturan Kanza, ia masih mencerna semuanya, belum berniat menjawab, sampai Kanza yang memintanya.
"Gue jahat gak sih, Len? Padahal gue sendiri gak tau, kenapa waktunya bisa bertepatan ketika Bisam menaruh hati ke gue, dan gue dipaksa untuk menjadi milik orang lain."
Vilen mengubah posisinya, menjadi menopang dagu, dan memperhatikan wajah Kanza yang menyiratkan rasa khawatir.
"Lo gak jahat, Za. Cuma, waktu aja yang salah menempatkan posisi lo. Menurut gue, sekarang kan lo punya Pak Reza, dan sangat sedikit kemungkinan untuk Bisam menggeser posisi pak Reza. Karena ikatan lo sama pak Reza itu udah sakral, terkecuali, kalo hubungan lo sama pak Reza, masih sama halnya seperti hubungan lo dengan Bisam. Besar kemungkinannya, Bisam ada di posisi pak Reza sekarang."
Kanza mencerna ucapan Vilen, dan memang benar. Vilen memberikan perumpamaan yang sangat tepat sekali.
"Jadi, sudah saat nya lo menjaga apa yang lo miliki, jangan sampai lo ngejar hal yang belum tentu lo gapai, dan meninggalkan apa yang lo punya. Bisam masih kelabu bagi lo, sedangkan Pak Reza? Dia sudah ngikat lo dengan perjanjian suci, jangan sampai lo menodai dengan cara lo ngejar hal yang masih kelabu, bagi lo, dan bagi masa depan lo."
"... Ngerti sampe sini?" tanya Vilen, membuat Kanza mengangguk.
Dengan cepat ia merangkul Vilen, "Makasih,,, lo Emang paling ngerti, dan sekarang gue sedikit lega." kata Kanza.
Vilen mengangguk senang, "Jadi, apa yang akan lo lakukan selanjutnya?"
"Gue mau bikin one fine day, sama Bisam."
"Karena gue gak menampik, dengan adanya Bisam di hidup gue, gue jadi agak waras, gak malu maluin diri sendiri kayak dulu. Dan hari-hari gue juga lebih berwarna, Bisam menoreh kebahagiaan buat gue, jadi gue juga harus membalasnya, meskipun dengan waktu yang singkat." Kanza menerawang ketika hari-harinya bersama Bisam, apalagi saat di Dufan Tempo lalu, sungguh ia bahagia dibuat Bisam.
".. sesingkat cinta dateng ke diri gue dan Bisam."
Bersambung...
•••••••
MANA NIH YANG PILIH REZA?
ATAU YANG PILIH BISAM?
ayo komen biar seru, dan gak ada sider aja hhehe
One Fine Day seperti apa yang kalian harapkan untuk Kanza dan Bisam?
Ayo Guys, corat coret kolom komentar!!
THANKYOU GUYS
KAMU SEDANG MEMBACA
MHT (Completed)
Teen Fiction[18+] Perjodohan itu gak segampang yang kalian pikir, Kalo aja gak bisa memadu padankan pikiran dengan keadaan. Tak ayal jika hubungan itu bisa saja gagal. Perjodohan itu gak seindah yang kalian baca di cerita lain, Banyak yang dengan mudah menerima...