MHT'09 || Abstrak Dinner

10.3K 297 8
                                    

 My Husband's Teacher

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

My Husband's Teacher

Malam ini Kanza berpenampilan feminim karena permintaan sang Mama, sebab mereka akan mengadakan makan malam dengan calon keluarga barunya.

Kedua orang tuanya sudah menunggunya di bawah, ia menjajaki satu persatu anak tangga, perasaannya berkecamuk. Antara bingung dan sedih, atau ia harus tersenyum.

"Sudah siap, nak?" Aurlyn menatap penampilan Kanza dari atas sampai bawah, ia baru sadar jika anak kecilnya sudah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Meskipun sifat jahil nya masih melekat di dirinya.

"Ayo!" Aurlyn memegang lembut lengan Kanza, dan memasuki mobilnya. Baba nya mengemudi, dengan sang mama disebelahnya. Kanza duduk dibelakang, sungguh, ia tidak bisa melenyapkan rasa gugup nya.

Ia takut jika calon suaminya, jelek.

Setelah beberapa saat mobil membelah jalanan kota, akhirnya mereka sampai di sebuah restoran yang lumayan megah. Kanza merapal kan doa disela sela langkahnya. Mudah mudahan jodo gue ganteng.

Mereka di beri arahan oleh seorang pelayan, karena mereka sudah ditunggu kehadirannya.

"Hai, Bim!" seru Edward, yang tidak lain adalah calon besan nya Bimo.

"Maaf sudah membuat kalian menunggu," kata Bimo merasa tidak enak.

"Santai aja, kita juga baru dateng."

"Dimana, Reza?"

"Dia sedang ke belakang."

Kanza yang sedari tadi diam di parkiran kini melenggang masuk kedalam, Kanza menetralkan degupan nya yang berpacu sedari tadi. Jadi ia memutuskan untuk menyusul saja, tidak beriringan dengan kedua orang tuanya.

"Kanza?" sapaan lembut itu membuat Kanza menatap sekeliling dengan senyuman yang terpaksa harus ia tampilkan.

"Cantik sekali kamu, Nak." pujian itu mampu membuat hati Kanza menghangat, ia menyalami kedua orang yang tengah duduk di kursinya.

"Terimakasih, Tante."

"Jangan tante, Bunda." Kanza terkekeh geli, ia bersyukur karena setidaknya ibu dari anak itu cantik, mungkin saja anaknya ganteng.

"Maaf sudah membuat kalian menunggu." suara bariton itu menarik perhatian Kanza, degupan jantungnya kembali menerpa.

"Apa Kanza akan di jodohkan dengan pria ini?" Kanza tidak bisa mengontrol keterkejutannya.

"Ya, itu anak om Edward. Namanya Re-"

"Kanza tau. Dan permisi, Kanza ingin ke belakang sebentar."

Rasanya Kanza ingin bunuh diri saja, mengapa bisa? Apa dunia sesempit itu?

"Susul dia, Za." Reza mengangguk dan menyusul Kanza dibelakang.

Reza menangkap bayangan gadis itu di tempat tinggi restoran. Gadis itu menunduk, remang remang ia mendengar isakannya.

"Kenapa? Apa kau tidak mau dijodohkan dengan saya?"

Kanza tersenyum getir, "Apa dunia itu sempit? Sampai gue harus dijodohkan dengan pria brengsek seperti, Lo?"

"Brengsek?"

"Brengsek karena lo dengan mudah ngambil First kiss gue! Tanpa tahu malu, dan tanpa rasa bersalah sedikit pun!" Ucap Kanza geram.

"Maaf." ucap Reza pelan, sungguh jauh di lubuk hatinya ia senang, sekaligus tak percaya jika ciumannya Tempo hari itu adalah ciuman pertama bagi gadis ini, mengingat betapa dasyatnya pergaulan jaman sekarang. Yang menganggap bahwa ciuman itu hal lumrah, dan kerap kali dilakukan oleh setiap pasangan.

Kanza terdiam, ia masih tidak percaya dengan semua ini.

"Masih keberatan?"

Tidak ada jawaban. Reza berdeham, ia mencoba menarik perhatian Kanza, tetapi tetap saja Kanza dengan posisinya, membelakangi Reza dan mengabaikannya.

"Apa kau tahu balas Budi? apa kau keberatan jika melakukan itu?"

"... Kanza, apa kau tidak bisa menerima ini sebagai tanda balas budimu pada jasa kedua orang tua mu? Jika mereka bahagia, kenapa kau mempersulit?"

"Janga coba ngebujuk gue. Dan jangan bawa-bawa kebahagiaan kalo lo sendiri terpaksa dengan semuanya!" Kanza marah, bisa bisanya pria ini menasihati dirinya, padahal hidupnya saja belum tentu benar.

"Terserah apa katamu, tapi saya tau caranya balas budi." ucapnya seraya beranjak dari tempat itu.

"Kembali lah, atau mereka akan merasa kecewa."ujarnya, disela sela langkah nya sebelum ia pergi.

***

"Jadi kapan pernikahannya akan diselenggarakan?"

Bimo berdeham, ia melirik anak gadisnya yang tengah melahap makanannya dengan santai.

"Secepatnya." Kanza refleks melirik Bimo dengan tatapan kaget.

"Oke, minggu depan kita laksanakan. Lagi pula tidak baik menunda nunda."

Kanza tersedak. Aurlyn dengan sigap memberikan minum padanya, dan ia tegak sampai tandas.

"Kanza masih sekolah, Om."

"Tenang saja itu bukan hal yang sulit."

Cih, ini yang Kanza tidak suka dari orang orang yang memiliki dunia, semuanya dianggap enteng, dan tidak memikirkan resiko apa yang akan didapat ke depannya.

Baik jika kalian berfikir jika Kanza adalah orang yang terlalu memikirkan kedepan nya, memang keadaannya seperti itu, dan Kanza termasuk orang yang tidak mau rugi.

"Jadi bagaimana?"
Bersambung...

MHT (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang