Kanza menyibukan dirinya dengan mencoba membaca buku, tapi bayangan Reza tadi sore membuatnya tidak fokus, bahkan ketika Kanza mencoba memfokuskan diri pun, bayangan itu selalu melintas di pikirannya begitu saja.
"Anjir gak si, gak sopan banget! Gue mau belajar, tapi ni otak malah inget sama orang nyebelin!" Gerutu Kanza, ia melempar asal bukunya. Sungguh, ia merasa tidak baik-baik saja saat ini.
Untung saja tadi Reza pergi, jadi Kanza bebas uring-uringan tanpa Reza ketahui.
Kanza merasa haus, dengan langkah gontai ia melangkahkan kakinya pada undakan anak tangga, yang membawanya keruangan bawah, dimana ia akan membawa sebuah minuman disana.
Kanza membuka lemari es, kemudian menuangkan air dingin pada gelas yang sudah tertera di atas lemari es.
"Kenapa kau belum tidur." Kanza terkesiap bukan main, air yang ia tuang tumpah, karena pegangannya refleks terlepas tatkala suara bariton dari belakang mengagetkannya.
"Astagfirullah.." Kanza memegang dadanya, "Lo kenapa jadi hobi ngagetin sih?!" kesalnya.
"Baju mu basah, cepat ganti, atau kau akan masuk angin."
Bukannya mendengar, Kanza malah mendelik sebal, kemudian ia melanjutkan pekerjaannya, mengambil minum dan meminumnya hingga tandas dengan sekali tegukan.
"Haus banget, Emang?"
"Ya lo pikir aja sendiri!" balasnya sewot, seraya meninggalkan Reza yang tanpa ia sadari menyunggingkan senyum kecil karena ulah gadis itu.
"Oh, ya, AKAN ADA PEMADAMAN LAMPU MALAM INI, JADI SETELAH KAU MENGGANTI PAKAIANMU, BERGEGASLAH KE KAMARKU." Reza berteriak agar suaranya terdengar oleh Kanza yang sudah berada diindahkan anak tangga yang teratas.
"Gue gak percaya." sahut Kanza, tak kalah keras dengan suara Reza.
"Lihat saja nanti."
***
Pukul 12 malam, dan Reza masih berkutat dengan Laptopnya, ia sengaja tidak mengerjakan ini di PC yang berada diruangan bawah, karena katanya akan ada pemadaman listrik malam ini.
Dan Reza sudah hafal betul, gadisnya akan meraung dan berlari ke kamarnya.
"AAAAAAAAAA!!!"
Terdengar jeritan dari kamar sebelah, berbarengan dengan padamnya seluruh lampu yang ada dirumah nya.
Dengan cekatan, Reza menyalakan senter yang ada diponsel nya, kemudian ia berlari menghampiri Kanza yang sudah berderai air mata.
"Cup.. cup.. sudah jangan menangis,," Reza merangkul tubuh Kanza, mendekapnya,menyalurkan kenyamanan pada Kanza yang sekarang masih menangis karena takut.
Kanza memiliki phobia gelap, ia sering sesak jika dihadapkan dengan gelap, sampai keringat dingin bercucuran, karena di pikirannya, selalu terbayang hantu. Bahkan, ia sering sampai demam ketika dirinya sendirian tertidur, dan lampu kamarnya padam.
Itu dulu, sekarang lain lagi, Jika lampu padam, pasti Kanza hanya menangis, dan tak lama kemudian ia merasa tenang karena Reza selalu ada disamping nya, memeluknya, memberikan kesan aman padanya.
"Jangan tinggalin.. Hiks... Jangan.." Kanza mengalungkan tangannya pada leher Reza, mendekapnya erat, membuat dua bukitnya menyentuh permukaan wajah Reza.
Reza membenarkan posisinya, sungguh tidak benar jika ia berlama-lama dengan posisi itu, bahaya. Ia menangkup pipi Kanza dengan kedua tangan kekarnya, "Jangan menangis, ada saya. Saya janji gak akan pernah ninggalin kamu, asal kamu berperilaku baik pada saya." ucap Reza dengan suara rendah.
Kanza mengangguk, kemudian Reza membawa kepala Kanza pada dada bidang nya, membiarkan Kanza menyender, dengan tangan satunya memeluk pinggang Kanza, Kanza sendiri membalas pelukannya.
Tangan Reza yang lain terulur untuk mengusap lembut rambut Kanza dengan sayang, "Tidur lah, tidak baik jika kau masih terjaga."
"Tapi aku mohon, jangan pergi," Kanza meraih tangan Reza yang mengelus rambutnya. Sungguh, Reza terenyuh, apa perjuangannya kali ini tidak akan sia-sia?
"Tidak akan, sekarang tidur lah."
"Aku gak bisa tidur."
"Mau saya nyanyikan?"
Kanza tersenyum, dan mengangguk.
'Darlin' I can't explain, Where did we lose our way...' Reza mulai bernyanyi, suaranya merdu membuat Kanza terhanyut pada alunan nada nya.
'Girl it's drivin' me insane, And I know I just need one more chance...'
'To prove my love to you, If you come back to me, I'll guarantee...'
'That I'll never let you go...'
Kanza memang tidak Fasih, dalam bahasa Inggris. Namun, kali ini ia menduga bahwa lagu itu bermakna besar. Terlihat sekali ketika Reza menyanyikannya dengan perasaan.
"Lagu apa?" Tanya Kanza setelah Reza berhenti bernyanyi.
"One Bended knee"
"Maknanya dalam banget ya?"
"Mungkin."
"Ihh, jangan simpel dong..." Rengek Kanza.
"Ya begitu, lagu ini menceritakan bahwa si pria sangat mencintai wanita itu." Jelas Reza.
"Terus kenapa nyanyi lagu itu?" Beo Kanza.
"Sudah, tidur lah."
Reza meraih ponselnya yang masih menyala, ia menyorotkannya pada wajah Kanza, yang sembab dan hidung yang merah. Lucu sekali.
Cup
"Jangan banyak tanya, cepat tidur. Atau kau mau aku melakukannya lagi?" Reza mengangkat satu halisnya, membuat Kanza yang masih terkejut dengan cepat memejamkan matanya.
Kenapa hobi banget bikin gue kaget sih, Ya Allah hati gue... Kanza membatin.
Kanza pura-pura memejamkan matanya lama, hingga Reza menduga bahwa Kanza memang sudah tertidur pulas.
"Selamat malam, Aedlyn. Saya sudah benar mencintai mu."
Sungguh, tanpa sepengetahuan Reza, Degupan dihati Kanza meletup-letup.
Ahh, dasar om-om manis ini, bisa saja membuat hati anak orang gonjang-ganjing. Senyum Kanza terulas, sebelum ia benar-benar tenggelam pada mimpinya.
Bersambung...
REZA MELUK SAMBIL KISS KANZA
Kurang lebih kek gitu sih, adegan yang diatas🤣🤣
Yauda lah ya, yang penting dapet gambaran
KAMU SEDANG MEMBACA
MHT (Completed)
Teen Fiction[18+] Perjodohan itu gak segampang yang kalian pikir, Kalo aja gak bisa memadu padankan pikiran dengan keadaan. Tak ayal jika hubungan itu bisa saja gagal. Perjodohan itu gak seindah yang kalian baca di cerita lain, Banyak yang dengan mudah menerima...