MHT || SELESAI

10.7K 242 28
                                    

Kanza berdiri mematung di rumah yang menjadi saksi bisu. Saksi dimana Kanza melihat kemarahan Reza untuk pertama kalinya, Reza yang selalu memberikan tatapan teduh, berganti menjadi nyalang siap membunuh. Reza yang semula merengkuh tubuh Kanza dengan lembut, menjadi rangkulan kasar.

Tanpa di duga, Air mata Kanza luruh membasahi pipinya, ia telah mengelilingi rumah seluas ini, akan tetapi tidak ada keberadaan sosok yang ia cari.

"Apa sebegitu marah nya, ya, Om sama Aku?" Raung Kanza, tidak ada yang mendengar. Seolah keterdiaman itu menjawab—ya.

Kanza memang bodoh, ia terlalu mengutamakan egonya, Mengapa ia harus menuruti perintah Reza untuk pergi waktu itu? Jika Kanza tahu semuanya akan kacau begini, lebih baik Kanza diam saja dan menerima luapan Amarah Reza.

"Kenapa? Kenapa di saat Kanza bisa menerima semuanya, dan bahkan, sekarang Kanza gak bisa nyangkal kalo Kanza.. Kanza, Kanza menaruh hati pada mu. Lalu, mengapa kau sekarang pergi?" Kanza menangis, pikirannya kalut, tidak tahu harus melakukan apa. Bahkan, orang yang di carinya saja tidak ada.

Bodoh. Kanza memang bodoh, dulu ia dengan angkuh menolak Reza, sekarang, setelah semuanya berbanding terbalik. Dirinya harus dihadapkan dengan satu kenyataan, kalau Reza pergi meninggalkannya.

Kanza kembali ke mobilnya, dengan tangisan yang sedari tadi pecah, Kanza membaca lagi surat yang diberikan Bimo untuknya. Surat yang memberikan tamparan keras pada hatinya.

Bimo. Kanza merogoh saku celana nya, ia merogoh ponsel yang baru saja ia nyalakan, setelah sekian lama ia mengaktifkan mode pesawat, hingga siapapun tidak dapat menghubunginya.

"Baba.." Panggil Kanza, setelah sambungannya terhubung.

"Ya, sayang. Kemana kau pergi tanpa memberitahu kami?"

"Mas Reza.. Dia gak ada dirumah, dia pergi ninggalin Kanza, Ba.." ucap Kanza, masih dengan tangisan nya.

"Maka dari itu, Baba dari tadi panggil kamu. Tapi gak denger, Kanza, Reza baru saja pergi ke Bandara, ia akan mengurus perusahan Om Edward yang ada di singapur."

Kanza terbengong sesaat, sebelum ia mematikan sambungan telpon dan menghapus air matanya kasar, kemudian ia menancap pedal gas, menuju Bandara.

***

Kanza sampai di Bandara, ia menilik keadaan tempat ini. Banyak sekali pengunjung, sangat sedikit kemungkinan dirinya akan menemukan Reza. Tapi, itu tidak menggentarkan tekadnya.

Kanza berlari kesana-kemari. Mencari Reza, tanpa memperdulikan penampilannya. Kanza tahu, penampilan nya sangat kacau, dan ia tidak perduli akan hal itu. Persetan dengan penampilan, seburuk apapun gue, om Reza pasti masih mau maapin gue!

Kanza lelah, ia berhenti sejenak, dan menghirup nafas sebanyak-banyaknya. Ia sudah berlari dari ujung penjuru ke penjuru lainnya, dan itu sangat menguras tenaga.

"Ayo Kanza,, Lo pasti nemuin dia, harus yakin! Jangan nyerah!" ucapnya, menyemangati diri sendiri.

Kemudian Kanza berlari lagi, matanya menangkap pantulan Pria dengan masker hitam dan tengah memainkan ponselnya. Mata Kanza berbinar, akhirnyaa.

"OM REZA!!" panggil Kanza, meneriaki orang yang berada lumayan tidak jauh dari tempatnya.

"Misi, mas.. hehe, misi.. Maaf ya," Kanza berdesakan dengan beberapa orang yang menghalangi jalannya, membuat ia harus tetap bertutur sopan, dan mengedepankan Attitude. Itu yang di ajarkan Reza padanya.

"OM REZA.. Please, Wait me!!" Kanza masih meneriaki orang tersebut, meski tidak ada respon.

Orang itu berjalan menuju pesawat yang sudah akan landing. Membuat Kanza dengan sekuat tenaga mengejarnya, ia yakin itu Reza. Karena, Reza selalu memakai masker hitam sebagai pelindung wajahnya.

MHT (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang