My Husband's Teacher
Pagi hari ini. Dengan perasaan malas yang mendera tubuhnya, Kanza harus memenuhi perintah ibunya yang berteriak menyuruhnya untuk segera mandi dan berlalu ke sekolah baru nya.
Setelah berpakaian rapih, tapi tidak terlalu rapih, Kanza menapaki langkahnya pada anak tangga yang membawanya ke ruangan dimana sudah terdapat sang mama dengan muka kesalnya.
"Kamu ini, Gadis-gadis pemalas sekali. Mau jadi apa sih?" tegur sang Baba.
"Jadi berangkat gak nih? Kalo enggak Yaudah, dengan senang hati Kanza balik lagi ke kamar dan tidur lagi." katanya yang malas meladeni omelan sang Baba.
Tanpa menghiraukan ucapan Kanza, Bimo mengecup kening Aurlyn, diikuti Kanza. Setelahnya, keduanya berlalu memasuki mobil untuk menuju ke sekolah Kanza.
Setelah beberapa lama menempuh perjalanan, Akhirnya Kanza sampai di sekolah barunya. Sekolah yang tidak terlalu megah, bangunannya memang sedikit berbeda dengan lentera. Tapi, disini sepertinya terdapat banyak ruangan. Hingga Kanza berasumsi, bahwa mungkin dinamakan seribu karena, ya memang ruangannya terdapat seribu ruangan.
Tapi, ah tidak penting jika memikirkan itu.
"Ngapain masih diem disini? Cepat masuk kelas, sudah terlambat ini!"
"Yaudah, Kanza sekolah dulu ya, Ba. Jangan lupa nanti jemput Kanza lagi." pamitnya seraya menyalami tangan Bimo dan keluar dari mobil nya.
Kesan pertama yang Kanza dapat dari sekolah ini adalah sedikit angker. Hingga bulu kuduk Kanza sendiri meremang.
Ia mengedarkan pandangannya, mencari cari ruangan T.U (tata usaha), untuk mengetahui kelas apa yang akan ia duduki.
Ia berjalan di lorong, dengan mata melihat ke atas, membaca tanda demi tanda yang terpampang di atas pintu yang menjulang, hingga tidak disadari tubuhnya menubruk punggung orang.
Bruk..
"Aaaa..."
Jeritan Kanza membuat orang yang di tabraknya terlonjak, dan spontan menutup telinganya.
"Eh, lo gapapa?"
Kanza menghela nafas, "Gak! Gue pikir lo hantu." ucap Kanza frontal. Ya, wajar saja, Kanza memang tidak memiliki rasa malu.
Cowok itu terkekeh, "Gue manusia."
Kanza terkesiap, "Lha, gue pikir lo, Malaikat. Habisnya ganteng sih." balasnya seraya menampilkan cengiran tak berdosa. Tolong garis bawahi, Kanza tidak memiliki rasa malu.
Cowok itu menggeleng, "Lo anak baru?"
Kanza mengangguk, "Ko lo tau?"
Bisam menunjuk pakaian yang dikenakan Kanza, "Seragam lo, beda dari yang lain."
Kanza menepuk jidatnya, "Eh, iya ya. Lupa gue!" katanya seraya terkekeh geli.
"Kelas lo dimana?"
"Nah, itu yang gue cari. Kalo gue tau, gue gak bakal muter muter sampe kaki pegel kalo gue tau." ucapnya jujur.
"... Lo tau ruang tata usaha gak? Bisa Anter gue?" imbuh nya.
"Boleh, tapi sebelumnya. Kenalin, Gue Bisam Alexander. Lo bisa panggil gue, Sam." Cowok itu mengulurkan lengannya, disambut baik oleh Kanza dengan senyuman manis nya.
"Gue Kanza, Kanza Aed-"
"KANZA AEDLYN HUSAIN!" teriakan itu membuat keduanya menoleh, yang satu terlihat bingung, dan yang satunya lagi terkesiap.
Pria yang menggunakan masker berwarna hitam itu mendekat, dari perawakannya dan penampilannya ia terlihat seperti guru.
"Ikut saya, saya akan menunjukkan kelas mu. Dan kamu Bisam, kembali ke kelasmu. Atau saya panggilkan, Pak Nandang!"
Bisam menggaruk tekuknya yang tak gatal, namun menuruti perintah nya, ia berpamitan kepada keduanya sebelum berlalu dari hadapan keduanya.
***
Kanza menghela nafas berat. Sungguh, ia menyesal telah mengikuti perintah dari pria ini tadi.
"Ini ruangan saya, anda bisa datang kesini jika ada perlu."
Kanza menggeleng tak percaya, "Yang saya tanya itu, Kelas saya ada dimana. Saya tidak perduli. Anda mau duduk disini kek, disana kek, di atas, atau dibawah sekalipun, ya terserah anda."
"Nama saya Reza. Anda bisa memanggil saya jika perlu."
Lagi lagi Kanza menghela nafas. Cukup sudah, Kanza sudah tidak tahan dengan sikap pria ini.
"Saya tidak memperlukan anda! Jadi, saya mohon dengan sangat, sekarang tunjukan letak kelas saya." Ucap Kanza dengan penuh penekanan di setiap kata nya.
Pria itu, atau pengakuannya sebagai Reza, tidak menanggapi, ia diam sembari meneliti setiap ukiran yang tercetak di wajah Kanza.
Hidung mancung, bibir tipis, bulu mata lentik serta mata yang indah. Ah, jangan bilang Reza tengah memuji nya."Kenapa diam saja, anda ini?!"
"Huh? Bukannya anda tidak memperlukan saya, mengapa saya harus menjawab pertanyaan anda?" sahut Reza pura pura kebingungan.
"Ahhh.. shit!!" Keluh Kanza seraya menundukkan kepalanya lelah.
Reza membuka masker yang terpampang di wajahnya, dan merapikan jambul pada rambutnya. Ketika Kanza menengadah, ia menemukan..
"Gilak, ganteng banget!" ucapan Refleks yang keluar dari mulut Kanza mampu membuat sudut bibir reza tertarik ke atas.
Bersambung...
Holla! Bisa ngebedainkan, mana Pak Reza sama Bisam? Ya..
Pak Reza yang ada di atas
Bisam di bawah.
Sama sama cakep nih, gimana kalo dikasih pilihan? Mau pilih yang manaa?
KAMU SEDANG MEMBACA
MHT (Completed)
Novela Juvenil[18+] Perjodohan itu gak segampang yang kalian pikir, Kalo aja gak bisa memadu padankan pikiran dengan keadaan. Tak ayal jika hubungan itu bisa saja gagal. Perjodohan itu gak seindah yang kalian baca di cerita lain, Banyak yang dengan mudah menerima...