Chapter 6

6.4K 239 2
                                    

Satu bulan kemudian. Seperti biasanya Fitri menjalani rutinitas kesehariannya yaitu berangkat sekolah. Ia  mempunyai cita cita ingin menjadi dokter, maka dari itu dia sangat giat belajar untuk bisa meraih cita citanya, walaupun penyakit nya terus menggerogoti tubuhnya. Namun semangatnya yang pantang menyerah banyak menjadikannya contoh untuk orang lain, termasuk sahabatnya.

Hari ini mata pelajaran olahraga, semua siswa mengganti pakaian olahraga. "Hari ini kita praktik lari. Jadi, bapak akan membagi beberapa kelompok. Dalam satu kelompok terdiri dari tiga orang," jelas guru olahraga

Lalu guru olahraga membagi beberapa kelompok. Tapi sayangnya Fitri tidak satu kelompok dengan Tania

Beberapa kelompok sudah lari dan kini giliran kelompoknya Fitri yang akan berlari. Kelompok nya Fitri bersiap digaris start dan berlari. Kedua teman kelompok Fitri lari dengan cepat, sedangkan Fitri tertinggal jauh dibelakang

"Ayo Fitri, lo pasti bisa!!" teriak Tania

'Aku pasti bisa. Aku pasti bisa,' batin Fitri sambil terus berusaha berlari kencang, tapi ketika dia hampir sampai di garis finish dia jatuh pingsan dengan darah segar mengucur di hidungnya. Semua orang panik termasuk Tania. Tania dan yang lain langsung membawa Fitri ke UKS

5 menit kemudian. Fitri bangun dari pingsannya dan mendapati dirinya di ruang UKS bersama Tania. "Tan, aku kenapa bisa ada disini?" tanya Fitri

"Syukurlah lo udah sadar, tadi lo pingsan saat lo sedang lari tadi," jawab Tania

"Pingsan?"

"Iya, lo pingsan dan lo juga mimisan. Sebenarnya lo kenapa? Lo sakit ya? Kalau lo sakit mending di rumah aja. Lo udah bikin gue khawatir tahu gak!?" ucap Tania khawatir

"Aku gak apa apa. Mungkin cuma kurang istirahat aja," ucap Fitri

"Lo jangan bohong sama gue. Dan kalau lo ada masalah, cerita sama gue. Pasti nanti gue bantu," ucap Tania. Fitri mengangguk

Hening...

"Tan, aku mau ke kelas," ujar Fitri memecah keheningan

"Enggak, lo harus tetap disini. Gue khawatir lo kenapa napa." Tania terus saja mengkhawatiri Fitri

"Aku udah mendingan, Tan. Kalau aku tetap disini nanti materi aku tertinggal jauh dan aku gak mau itu terjadi, kan bentar lagi kita ujian. Jadi aku gak mau tertinggal materi gara gara aku sakit," jelas Fitri. Sebenarnya Tania merasa kasihan dengan Fitri, tapi perkataan Fitri benar. Satu minggu lagi akan diadakan ujian

Bel pulang pun berbunyi. "Fit, gue anterin lo pulang ya," pinta Tania

"Gak usah, aku pulang naik angkot kok," tolak Fitri halus

"Kok lo pulang naik angkot sih? Lo gak ikut pulang bareng Aurel, 'kan dia adik lo," ucap Tania

Fitri diam dan kebetulan angkot berhenti di depan gerbang sekolah "Aku duluan ya. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam," jawab Tania

Di dalam angkot ternyata ada Farhan. Farhan tersenyum ke Fitri, dan Fitri senyum balik ke Farhan. Di perempatan Farhan turun dari angkot, perjalanan pun berlanjut. Setiap pulang sekolah Fitri pergi ke tempat kerja. Fitri rela pulang sore, demi bisa membeli obat

Fitri turun di pinggir jalan, tepat di depan cafe. Setelah membayar ongkos, Fitri melangkah masuk cafe dan segera mengganti bajunya dengan baju pelayan. Sebelum bekerja, Fitri meminum obat dan tak lupa dia berdoa terlebih dahulu. "Bismillah," gumam Fitri

Hari semakin sore dan pelanggan cafe sedang banyak

"Lo cobain minuman disini."

"Enggak ah, lo aja deh ka. Gue kan gak terlalu suka sama kopi."

Surat Untuk Keluargaku [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang