Chapter 45

6.1K 187 16
                                    

Sampailah kalian di bab terakhir cerita ini 😭😭
Aku engga bosen mengingatkan, kalau kalian suka dengan bab ini sisihkan waktu untuk beri vote ya:)
Oke sekarang kalian bisa baca bab ini

Happy Reading

★★★

Orang yang berada di ruang tunggu terlihat khawatir, semuanya sedang berdo'a untuk seorang gadis yang tengah melawan penyakit nya. Pintu kamar rumah sakit terbuka seorang dokter keluar dari sana

"Bagaimana dok keadaannya?"

"Keadaannya semakin parah, kini Fitri sedang mengalami koma. Dan hanya kemungkinan sangat kecil untuk Fitri bisa sadar dari koma nya," jelas dokter

Semuanya meneteskan air mata. "Sekarang kita hanya bisa berdo'a kepada Tuhan yang maha Esa semoga diberikan keajaiban," lanjut dokter

"Aamiin."

Dokter itu pamit pergi. Tania sangat merasa bersalah, semua ini terjadi karena dia. "Bu, Tania minta maaf ya. Gara gara Tania, Fitri jadi seperti ini," ucap Tania

"Enggak Tania, ini bukan salah kamu. Ini memang sudah menjadi garis takdir Allah untuk Fitri, kita berdo'a aja semoga Fitri bisa melewati masa kritis nya," ucap bu Asih

Tania mengangguk

Di alam bawah sadar Fitri terbangun mendapati dirinya di sebuah taman yang sangat indah, dia melihat ke sekeliling dan betapa terkejutnya dia melihat ayah berdiri tak jauh dari nya. Fitri mendekati ayah. "Ayah!"

Ayah menengok ke belakang dan tersenyum ke Fitri. "Iya sayang."

"Ayah masih hidup?"

"Ayah akan selalu hidup di hati kalian, termasuk kamu."

"Jadi ayah benar sudah meninggal? Tapi kenapa aku ada disini sama ayah?"

"Ini adalah taman surga, sekarang kamu sedang berada di taman surga sayang."

"Taman surga? Berarti aku..."

"Enggak kok, tubuh kamu sekarang lagi koma dan ayah yang sudah bawa kamu kesini," lalu ayah menunduk, "ayah minta maaf ya, selama ayah hidup ayah selalu tidak pernah menganggap kamu ada, tidak pernah peduli sama kamu."

"Enggak apa apa kok yah, aku udah maafin ayah jauh sebelum ayah minta maaf," ucap Fitri

"Kamu memang anak yang baik, selama ini ayah salah mengira." Diusap nya pucuk kepala Fitri

"Aku mau ikut sama ayah, mau temani ayah."

"Boleh, tapi kamu harus pamit dulu sama keluarga yang sudah mengurus kamu dan temen kamu yang kini sekarang sedang menemani kamu di rumah sakit. Kalau sudah nanti ayah jemput kamu lagi."

Fitri mengangguk, "Iya ayah."

Tania yang sedang menemani Fitri kaget merasakan pergerakan tangan yang tiba tiba bergerak, dia bergegas memanggil dokter. Begitu sampai dokter langsung memeriksa Fitri dan mengatakan kalau Fitri berhasil melewati masa kritis nya dan juga sudah siuman. Seluruh orang masuk ke kamar untuk melihat Fitri

"Alhamdulillah kamu sudah sadar, kami pikir kami udah tidak bisa ketemu sama kamu lagi," ucap bu Asih

Fitri tersenyum lemah. Ternyata mereka masih rela nungguin aku yang sebentar lagi akan pergi, gumamnya dalam hati

"Bu, ibu makan dulu ya! Ibu dari tadi belum makan," ucap Azam

"Ibu nggak usah khawatir kan disini ada Tania sama Farhan yang jagain aku," ucap Fitri pelan tapi masih bisa terdengar

Karena Fitri yang meminta akhirnya bu Asih mengiyakannya. Azam membawa bu Asih pergi makan

"Tan," panggil Fitri

Merasa dirinya dipanggil mendekat. "Iya."

"Aku boleh minta bantuan nggak sama kamu."

"Minta bantuan apa?"

"Disini ada tas aku nggak?"

Tania langsung mencari tas, Farhan ikut mencari juga. "Engga ada," ucap Tania

"Oh bentar, aku kata sama ka Azam siapa tau ada," ujar Farhan

Lima menit Farhan kembali ke kamar membawa sebuah tas. "Ini bukan tas nya?"

Fitri mengangguk, "Iya."

Farhan memberikan tas, lalu Fitri mengeluarkan sepucuk surat dan memberikan nya ke Tania. "Tan, tolong kasih surat ini ke ka Rachel ya. Bilang aja kalau surat ini dari aku dan harus dibaca."

Tania menerima surat ber amplop biru, "Iya, nanti aku kasih surat ini." Lalu segera menyimpan surat itu didalam tas selempang nya

"Aku juga sekalian pamit mau pergi. Tadi aku sudah bertemu sama ayah dan ayah akan menjemput aku setelah aku pamit sama kalian." ucap Fitri melemah

"Lo ngomong apaan sih. Lo gak boleh pergi kemana pun," ucap Tania dengan mata berkaca kaca

"Iya kamu gak boleh kemana mana. Aku sayang sama kamu Fitri," ucap Farhan

"Terima kasih udah mau sayang sama aku. Aku juga sayang sama kamu, tapi sekarang aku harus pergi."

Alat pendeteksi detak jantung berbunyi semakin melemah, itu membuat Tania tersedu

"Aku titip salam untuk ka Azam sama ibu ya. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam," ucap Tania dan Farhan bersama

Tit...

Dilihatnya gambar alat pendeteksi detak jantung yang terlihat garis lurus. Tania dan Farhan menangis

Selamat tinggal semuanya. Terima kasih karena sudah memberikan warna dihidupku. Aku sayang kalian semua, ucap Fitri sebelum arwah dirinya dibawa ayah

😭😭😭😭
Aku menangis tahu nulis bagian ini
Tapi ini belum selesai, nanti masih ada satu bagian lagi yaitu bagian epilog
Jadi tungguin ya!
Luv💙

Surat Untuk Keluargaku [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang