Chapter 3

8.7K 312 24
                                    

Keesokan harinya. Seperti biasa Fitri berangkat menggunakan angkot. SMA Garuda adalah tempat Fitri menimbah ilmu.

Hari ini Fitri berdoa, semoga dia bisa memberi kebahagiaan untuk orang tuanya karena kemarin dia diberi tahu kalau dia akan mewakili sekolah dalam lomba puisi antar kota

Ternyata bukan hanya Dafa yang sering melihat puisi karya Fitri, tetapi seluruh siswa dan guru guru juga melihatnya. Tetapi ia heran kok bisa puisinya tiba-tiba ada di mading?

Hanya dibutuhkan sepuluh menit untuk sampai di sekolah. Setelah membayar ongkos, Fitri masuki gerbang lalu berjalan menuju kelasnya. Fitri menjatuhkan tubuhnya di kursi lalu seperti biasa ia membaca Al Qur'an kecil miliknya.

"Selamat pagi sahabat gue," ucap Tania sambil memeluk Fitri dan membuat Fitri kaget

"Astagfirullah, Tania. Kamu ngagetin aku aja. Kamu udah sembuh," ujar Fitri kaget

"Udah dong, masa gue harus sakit terus sih. Oh ya, kemarin ada tugas enggak?" tanya Tania

"Enggak ada, kemarin itu cuma nulis materi aja," jawab Fitri

"Nulis materi aja, garing banget sih. Maaf ya kemarin gue enggak masuk karena sakit."

"Iya enggak apa-apa kok, yang penting kamu hari ini sembuh."

"Makasih ya, lo memang sahabat gue yang terbaik."

"Iya sama sama."

Tak lama kemudian bel masuk pun berbunyi, seluruh siswa yang tadinya ada di luar kini masuk semua ke dalam kelas masing masing untuk mengikuti pelajaran hari ini

"Oh ya, gue denger denger lo jadi wakil sekolah kita untuk mengikut lomba puisi ya?" bisik Tania, Fitri hanya menjawabnya dengan anggukan kepala

"Serius? Selamat ya, kalau begitu gue do'a kan semoga lo jadi juara satu," bisik Tania

"Aamiiin," jawab Fitri berbisik

"Baik anak anak. Silahkan kalian tulis ini, bapak mau ke kantor sebentar!" seru pa Budi, guru yang mengajar mata pelajaran PPKN

"Iya pa!" seru serempak satu kelas

Seperginya pa Budi dari kelas, Tania langsung menyerang Fitri dengan beberapa pertanyaan. "Berangkat lombanya kapan? Siapa aja yang jadi wakil lomba selain lo? Kalau gue ikut nonton boleh gak?"

"Tania, sahabat aku yang cantik. Kalau nanya itu satu-satu, kalau kebanyakan aku jadi bingung mau jawab yang mana dulu."

"Biarin, suka suka gue. Ayo cepet jawab semua pertanyaan gue," pinta Tania

"Ya. Buat pertanyaan pertama itu aku berangkatnya nanti habis pulang sekolah, pertanyaan kedua selain aku yang jadi wakil lomba ada Farhan dan pertanyaan terakhir aku enggak tau kamu boleh ikut atau enggak," jelas Fitri

Tak lama kemudian pa Budi kembali masuk ke dalam kelas, Fitri lihat Tania sedikit cemberut mungkin karena jawabannya tadi. "Nanti aku tanya sama bu Dewi, apa kamu boleh ikut atau enggak," bisik Fitri

Tania mengangguk

Di keramaian kantin, Fitri duduk bersama Tania, lalu datanglah Farhan menghampiri mereka. "Hai Fitri, ini tadi bu Dewi kasih ini buat kita untuk perlombaan nanti. Lo baca yang ini dan gue baca yang ini," ujar Farhan sambil menyerahkan secarik kertas ke Fitri dan langsung diterima Fitri

"Makasih, Han," ucap Fitri

Farhan mengangguk. "Eh lo Tania ya?" tanyanya

Tania menghentikan makannya. "Iya, ada apa cari gue?"

Surat Untuk Keluargaku [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang