Chapter 13

5.4K 191 2
                                    

“Iya non. Sebentar bi Asih panggil dokter dulu,”

Bi Asih pergi memanggil dokter. Tak butuh waktu lama, bi Asih kembali bersama dengan seorang dokter

“Gimana dok, apa aku bisa pulang sekarang?” tanya Fitri

“Maaf Fitri, kondisi kamu masih lemah sebaiknya kamu rawat disini sampai kondisi kamu benar-benar membaik,” ucap dokter

“Tapi sampai kapan dok? Aku mau sekolah, aku mau kumpul sama temen temen lagi,” ucap Fitri

“Non sabar ya, kita tunggu besok. Semoga aja besok kondisi non membaik,” ucap bi Asih

“Terima kasih ya dokter.”

“Sama sama bu, kalau begitu saya permisi dulu.”

Dokter pun keluar dari kamar. Fitri menesteskan air mata 'Ya Allah, semoga besok kondisi hamba membaik ya Allah. Hamba ingin sekolah lagi, hamba ingin membahagiakan kedua orang tua hamba. Jadi tolong kabulkanlah doa hamba mu ini. Aamiiin,' batin Fitri

Ponsel Fitri tiba tiba berdering, terpampang lah nama Tania disana. Ketika bi Asih mau mengangkatnya, Fitri segera mencegahnya

“Jangan bi, jangan diangkat. Udah biarin saja nanti juga mati sendiri.” Bi Asih hanya bisa mengangguk

Tapi berkali kali ponsel Fitri kembali berbunyi dan orang yang menelfonnya sama, yaitu Tania

Sementara ditempat lain, Tania sedang mengkhawatirkan keberadaan Fitri. Sudah beberapa kali dia mencoba menelponnya tapi tak ada satu pun telepon darinya yang diangkat.

“Lo kemana sih Fit? Kok tiba-tiba hilang tanpa kabar,” cemas Tania yang berada di sekolah

Keesokan harinya

Dokter masuk ke ruang inap Fitri untuk mengecek kondisi Fitri. Dan alhamdulillah kondisi Fitri udah mulai membaik, dokter pun membolehkan Fitri pulang ke rumah

“Di rumah nanti kamu gak boleh kecapean, banyakin istirahat juga. Bu ini saya kasih obat semoga aja bisa meringankan Fitri,” jelas dokter sambil memberikan satu kantong berisi obat ke bi Asih. Bi Asih dan Fitri segera mengemas barang barang lalu pulang ke rumah

Tak lama kemudian mereka sampai di rumah, tapi keadaan rumah sepi bagai tak berpenghuni

“Non istirahat ya, bibi mau bikin makan dulu untuk non,” ucap bi Asih

Fitri mengangguk lalu masuk ke kamar. Fitri berbaring diatas kasur berukuran sedang, tak lama kemudian bi Asih masuk dengan membawa nampan yang diatasnya mangkuk berisi bubur dan segelas air

“Makan dulu non.” Bi Asih membantu Fitri untuk duduk, lalu mulai menyuapi Fitri

“Mereka pada kemana ya bi, kok rumah sepi?”

“Bibi juga gak tau non, bibi kan di rumah sakit aja nemenin non,” jeda “udah non gak usah mikirin yang berat berat dulu.”

'Udah dua hari aku gak masuk sekolah tanpa keterangan. Tania juga pasti mengkhawatirkan aku,' batin Fitri

Selesai makan Fitri kembali berbaring, lima menit kemudian dia terlelap





















TBC

★★★★

Holla, pada kangen ga sama ceritaku yang satu ini?
Sorry ya kalau aku harus HIATUS'in cerita ini🙏
Mungkin sekarang aku bakal lanjut nulis cerita ini lagi, tapi slow update ya

Surat Untuk Keluargaku [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang