Jika kalian menyukai bab ini, silahkan pertimbangkan untuk memberikan vote
Happy reading
★★★★
"Cie kayaknya ada yang jatuh cinta nih," goda Azam sambil menahan tawa
"Apaan sih ka. Siapa juga yang jatuh cinta. Sok tau," elak Fitri berjalan menuju kamarnya
Tawa Azam menggelegar melihat tingkah salting adiknya itu. Kok aku ngerasa kalah saing sih sama Fitri, gerutunya dalam hati
Fitri tengah berkutat didepan meja belajarnya, diam diam Azam masuk ke kamar lalu mengagetkan
Dor ...
"Astagfirullah. Ih ka Azam ngagetin aja," keluh Fitri
"Hehehe ... ya maap. Lagi belajar ya atau lagi ngelamunin cowok tadi?" tanya Azam sedikit menggodanya
"Maksud ka Azam, Farhan?"
Azam mengangguk
"Eng ... iya enggalah. Lagipula ka Azam gak boleh su'udzon sama aku."
"Iya deh iya, maaf kalau aku udah su'udzon sama kamu."
"Termaafkan. Hehehe." Fitri kembali fokus ke meja belajar
Suasana berubah menjadi hening. Aku tanyain gak ya? aku takut dia marah, gerutu Azam dalam hati
"Eng ... de," sahut Azam
"Hmm."
"Aku boleh nanya gak?" tanya Azam ragu
"Boleh. Tanya aja."
"Eng ... kata ibu, ka-kamu sakit ya?"
Fitri kaget, "Iya bener. Kenapa?"
"Kamu sakit apa?"
"Kanker darah."
"Kenapa kamu gak cerita sama kakak?"
Fitri menunduk, "Maaf ka bukannya sengaja atau gimana tapi aku gak mau cerita ke siapa siapa, hanya orang terdekat aja yang tau tentang hal penyakit aku ini," ungkap Fitri
"Aku kan sekarang orang terdekatmu jadi kamu boleh cerita tentang penyakit kamu," pinta Azam
"Tapi-,"
"Cerita kan sekarang!" paksa Azam
Fitri menghembuskan nafas pelan, "Baiklah." Dia mulai bercerita dari awal sampai akhir sambil sesekali menitikan air mata. Ketika Fitri selesai cerita Azam langsung memeluknya
Setelah merasa Fitri tenang, Azam melepaskan pelukannya. "Sekarang gimana keadaan kamu? Masih sakit?"
"Sekarang udah mendingan tapi kadang juga kambuh kalau aku lupa minum obat."
"Obat kamu masih?"
Fitri mengangguk, "Masih, tinggal satu minuman lagi."
Azam berpikir. "Ng ... gimana kalau kita beli obat ke rumah sakit," ajak Azam
"A ... Aku-,"
"Tenang, nanti beli obatnya pakai uang kakak aja. Nanti sekalian cek up ya," potong Azam. Dan Fitri hanya bisa mengiyakan saja
Setelah berpamitan ke ibu Asih mereka langsung pergi ke rumah sakit dan dikarenakan juga hari sudah mulai malam Azam membawa motornya dengan sangat hati hati
Jam menunjuk pukul sepuluh malam. Badan Fitri terasa pegal semua sehabis pergi ke rumah sakit tadi bersama Azam, dia menutuskan langsung tidur setelah meminum obat tetapi matanya enggan menutup. Dipikirannya membayangkan betapa sedihnya wajah Farhan. Haruskah aku tetap pindah atau bertahan? Tapi aku kasihan sama ibu karena udah cape cape ngurus surat pindahan sekolahku, gerutunya dalam hati
★★★★
Gimana kalian menikmati isi dari bab ini kan?? Kalau iya, kalian bisa komen dibawah
Beneran suka sama ceritaku? Boleh dong sempetin untuk memberikan vote
Sekian terima kasih
Ig ku: afshoha_turrisalah
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Untuk Keluargaku [Selesai]
Novela JuvenilDON'T COPY PASTE MY STORY!!! Rangking #1 in baperstory (13 November 2019) #1 in penderitaan (13 November 2019) #2 in rekomended (11 Mei 2020) #2 in surat (31 Agustus 2020) #2 in kasar (29 Juli 2019) #7 in baca (16 September 2019) #8 in stoppembajak...