Chapter 17

4.9K 167 1
                                    

“Enggak ada jaminan kan, setelah hujan akan ada pelangi??”

♥♥♥♥♥

Keesokan harinya

Fitri sudah memakai seragam Sekolah lengkap. Baru saja keluar kamar, Fitri ditarik paksa Rachel untuk menghadap ibu. Ketika sudah didepan ibu Rachel menghempas Fitri sampai tersungkur, “Nih bu orangnya.”

Fitri meringis kesakitan

Ibu menghampiri Fitri lalu mengangkat dagu Fitri sangat kencang, “Jawab dengan jujur. Kemarin malam kamu kemana?”

“Eng…nggak kemana mana,” jawab terbata bata Fitri

“BOHONG!!!” Wajah ibu berubah memerah padam, emosinya memuncak. “Kalau emang kamu ada di rumah, kenapa setiap kami panggil KAMU GAK ADA!!??” bentak ibu

Bi Asih langsung datang, “Nyonya saya mohon, jangan bentak non Fitri,” bela bi Asih

“Kenapa emangnya? Hah!? Kamu peduli sama dia!!!” sambil menunjuk Fitri

'Kalau dia bukan ibu nya non Fitri, sudah saya laporkan dia ke polisi,' batin bi Asih

“Kenapa diam!! Gak berani jawab.” Ibu melipat kedua tangan ke dada. “Oke, mulai sekarang kamu saya pecat karena udah belain dia,” ucap ibu

Fitri kaget. “Ibu aku mohon jangan pecat bi Asih.”

“Kenapa emangnya? Kamu mau ikut dia, ya udah sana tapi jangan pernah saya dengan sebutan ibu lagi.”

Hati Fitri hancur mendengar itu

“Enggak nyonya, biar saya aja yang pergi non Fitri tetap disini.”

“Tapi bi?”

“Halah drama,” celetuk Rachel

“Udah non gak usah ikut bibi. Lebih baik non disini aja ya,” pinta bi Asih

Dengan berat hati Fitri mengiyakan permintaan bi Asih

“Oke berhubung Fitri belum ikhlas kamu pergi, saya kasih kamu kesempatan bekerja hanya untuk hari ini saja dan besok kamu harus pergi dari sini. Kamu mengerti!?” ucap ibu

“Iya saya mengerti nyonya.”

Lalu ibu pergi dan Rachel berangkat sekolah

Bi Asih membawa Fitri ke kamar, di dalam Fitri menangis

“Eh non Fitri jangan nangis, kan bibi masih ada disini,” ucap bi Asih sambil mengusap air mata Fitri

“Tapi besok kan bibi gak ada. Hiks… nanti siapa yang peduli lagi sama aku selain bibi.”

“Banyak kok yang peduli sama non, contohnya Allah. Allah pasti selalu sayang dan peduli sama non Fitri, teman teman non Fitri juga pasti banyak yang peduli. Jadi non Fitri jangan sedih. Kalau non Fitri kangen sama bibi, non Fitri ke rumah bibi aja.” Bi Asih mengambil secarik kertas berisi alamat rumahnya, “ini alamat rumah bibi.”

Fitri menerima secarik kertas itu lalu memeluk bi Asih, “Fitri sayang banget sama bibi, Fitri udah anggap bibi sebagai ibu Fitri sendiri.”

Bi Asih membalas pelukan, “Bibi juga sayang sama non Fitri.”

Hari ini Fitri memutuskan tidak berangkat ke sekolah dia ingin menghabiskan waktunya bersama bi Asih



















TBC

INSTAGRAM : afshohaturrisalah

Surat Untuk Keluargaku [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang