[45] Selamat Jalan

6.1K 349 4
                                    

Pelangi adalah Pelangi yang datangnya hanya sesaat, Pelangi pernah membuatku buta akan dunia dengan keindahanya namun semua itu sekarang telah sirna dan membuatku terluka karena dia pergi meninggalkan lara.

Langit Radiazka

***

Kondisi pelangi semakin memburuk, kedua orang tua Pelangi sudah sampai di Rumah Sakit. Bintang dan Langit hanya bisa menunggu di depan ruangan. Adzan shubuh mulai terdengar menandakan hari sudah pagi, mereka resmi tidak tidur semalaman.

"Bin, ke masjid yuk." ajak Langit dan Bintang menganggukan kepalanya, mereka pergi ke masjid bersama sama.

Masjid di Rumah Sakit sangat sepi, hanya ada beberapa makmum disana, Bintang dan Langit berpisah untuk mengambil air wudhu. Setelah selesai, Bintang melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam masjid kemudian dia sholat shubuh berjamaah di sana.

Setelah selesai, Bintang duduk menunggu Langit yang tak kunjung keluar. Bintang duduk di depan masjid sambil memikirkan banyak hal. "Bin." panggil Langit sambil duduk disamping Bintang.

"Ke sana lagi yuk." ajak Langit kemudian mereka kembali ke depan ruangan, disana ayah Pelangi sedang berdiri di luar ruangan.

"Om." panggil Langit.

"Langit, Bintang, kalian masuk ke dalam." ucapnya membuat Bintang dan Langit kebingungan.

"Kenapa Om? Ada apa?" tanya Bintang.

"Ayo bin, masuk." ajak Langit sambil menarik tangan Bintang untuk masuk ke dalam ruang rawat Pelangi.

Disana, diatas tempat tidur, Pelangi sudah tidak berdaya. Tante Mira, menangis sambil memeluk Pelangi yang sudah tidak bernafas lagi. Langit dan Bintang diam di tempat masih tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.

"Bin, tampar gue dan katakan kalau ini cuma mimpi." ucap Langit sambil menarik tangan Bintang dan menampar wajahnya dengan tangan milik Bintang.

"BIN, BILANG KALO INI CUMA MIMPI." teriak Langit dan kembali menampar wajahnya dengan tangan milik Bintang, Bintang menahan sekuat tenaga agar tanganya bisa berhenti. Bintang menangkup wajah Langit dan menatapnya dengan mata yang sudah berkaca kaca.

"Lang, ini nyata Lang, lo harus bisa nerima kenyataan kalo Pelangi udah pergi." ucap Bintang sambil menangis.

Langit langsung mendekati Pelangi dan memeluk gadis itu. Bintang berdiri di dekat Langit dan menenangkanya. "Tante, Pelangi belum pergi kan, Pelangi masih hidup, Pelangi ngga boleh pergi." teriak Langit sambil menatap Pelangi kemudian menatap Tante Mira berulang ulang.

Bintang sangat merasa bersalah kali ini, hidup pelangi tidak bahagia karena dirinya. Karena dia yang sudah merebut kebahagiaan Pelangi tanpa sengaja. Bintang hanya bisa menangis sekarang, menatap Langit yang sangat tidak rela melihat Pelangi pergi membuat Bintang semakin menangis namun Bintang merasa bahwa dirinya harus mencoba untuk kuat.

"Langit, udah Langit." bujuk Bintang sambil menarik tubuh Langit. Langit langsung jatuh ke dalam pelukan Bintang.

Hari dimana Pelangi meninggalkan Langit adalah hari pertama kali Langit menangis tanpa henti. Langit terluka, Pelangi pergi disaat Langit sudah terlanjur menyayanginya.

***

Pukul 08.30 WIB, semua sudah siap untuk mengantar Pelangi ke tempat terakhirnya kecuali Langit. Langit terlihat sangat tidak bersemangat, separuh jiwanya pergi dan tidak akan kembali lagi. Bintang datang untuk membujuk Langit, Bintang duduk disamping Langit dan menggenggam tangan Langit.

"Lang, lo seriusan gamau ikut nganter Pelangi ke tempat terakhirnya?" tanya Bintang dengan serius.

"Gue ga bisa liat Pelangi pergi, Bin." balas Langit.

"Langit, mau gimanapun Pelangi udah pergi. Ini takdir, lo ga bisa ngerubah takdir." balas Bintang.

"Ayo Lang, lo harus ikut. Percaya sama gue, Pelangi udah tenang disana, dia sekarang lagi liat lo dari atas sana dan pasti dia berharap kalo lo bakal ikut anter dia ke tempat terakhirnya. Pelangi sayang lo, Lang." lanjut Bintang membuat Langit mengusap wajahnya pelan.

"Yaudah, ayo ke pemakaman." balas Langit kemudian Bintang tersenyum dan pergi ke pemakaman bersama Langit.

Angkasa yang duduk bersama teman temanya melihat Langit dan Bintang pergi, Angkasa masih sabar dan memaklumi sikap Bintang ke Langit yang kembali dekat. Angkasa tidak akan seegois itu dia tahu kondisi.

Langit berdiri di dekat Bintang yang ada di depan makam Pelangi, pemakaman Pelangi sudah selesai. Langit, Bintang dan kedua orang tua Pelangi masih bertahan disana saat semua orang sudah pergi.

"Selamat jalan, Pelangi." ucap Bintang sambil menatap makam Pelangi dengan mata yang berkaca kaca.

"Ayo balik." ajak Langit sambil menuntun Bintang untuk pulang ke rumah Pelangi.

Langit tidak bisa bertahan di sana untuk waktu yang lama karena itu akan membuatnya semakin terluka. Langit membawa Bintang untuk masuk ke dalam mobilnya, kemudian mereka pergi menuju ke rumah milik Pelangi yang masih ramai.

"Bin, lo turun ya." pinta Langit tanpa menatap ke arah rumah Pelangi dan menggenggam erat setir mobilnya.

"Lo ngga mau turun lang?" tanya Bintang dan Langit menggelengkan kepalanya.

"Gue butuh waktu buat sendiri." balas Langit.

"Gue temenin." balas Bintang sambil mengulurkan tanganya dan menggenggam tangan Langit.

"Ngga, gue mau sendiri." balas Langit membuat Bintang menghela nafas pelan.

"Tapi lo jangan aneh aneh ya." balas Bintang memperingati Langit.

"Iya santai aja."

"Kalo ada apa apa hubungin gue." balas Bintang.

"Iya Bintang, gue cuma mau sendiri gue juga bisa ngendaliin diri gue sendiri." balas Langit sambil menatap Bintang dan meyakinkanya.

"Yaudah, gue turun ya." pamit Bintang kemudian dia turun dari mobil milik Langit. Langit melajukan mobilnya meninggalkan Bintang yang masih berdiri di sana.

Bintang melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah Pelangi, rasa sakit dan sesak kembali menjalar melihat suasana di rumah Pelangi, Bintang mengedarkan pandanganya mencari beberapa orang yang dia kenal. Galaksi, Samudera, dan Atlan sedang duduk disudut sana dengan pakaian yang serba putih. Bintang langsung mendekati mereka dan memeluk Samudera.

"Bang, Pelangi pergi." ucap Bintang sambil menangis.

"Jangan ditangisin terus, Pelangi ngga bakal tenang disana." ucap Samudera sambil mengusap punggung Bintang.

"Bang, pulang yuk." ajak Bintang sambil mendongak ke arah Samudera kemudian Samudera mengangguk menuruti permintaan Bintang.

Mereka pamit ke orang tua Pelangi kemudian pergi untuk pulang ke rumah. Bintang duduk di belakang bersama Galaksi, sedangkan di depan Samudera bersama Atlan. Suasana di dalam mobil sangat sepi, keheningan menyelimuti mereka. Bintang yang biasanya berbicara sekarang hanya diam.

Mereka sudah sampai di depan rumah, Bintang turun dari mobil. Di depan gerbang ada Angkasa yang menatap Bintang. "Bin." panggil Angkasa.

Angkasa mendekati Bintang, Bintang diam di tempat menunggu Angkasa berbicara. "Bin, lo mau temenin gue ke bukit Angkasa?" tanya Angkasa bermaksud untuk menghibur Bintang.

"Gue mau istirahat." balas Bintang.

Angkasa menghela nafasnya dengan pelan kemudian menganggukan kepalanya mengerti. "Yaudah, jangan sampe sakit ya." balas Angkasa.

"Kalo butuh penghibur, hubungin gue." lanjut Angkasa.

"Thanks, Sa." balas Bintang kemudian dia masuk ke dalam rumah dan Angkasa kembali ke dalam rumahnya juga.

***

Jangan lupa vomment
Semoga kalian suka
Pelangi pergi:)
Thanks for 18K readers😍

Angkasa✓ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang