"Mungkin aku akan memaafkan
tapi tidak semudah itu lupa ingatan."***
Hujan deras mengiringi Bintang berjalan di ramainya jalanan. Seakan akan hujan itu ikut merasakan apa yang gadis berumur 16 tahun itu rasakan. Bintang tidak peduli dengan dirinya yang terguyur hujan sedari tadi, dia tetap berjalan tanpa arah tujuan.
"Bintang." panggil Leo dari belakang yang sedari tadi mengikutinya, tentu saja dia tidak akan membiarkan Bintang sendirian di pinggir jalan. Leo sudah menghubungi keluarga Avarel dan membagikan lokasinya sekarang.
"Bintang." teriak Atlan namun Bintang tidak menengok sedikitpun, dia kecewa dengan keluarganya yang tidak pernah memberitahukan bahwa pelaku yang menabrak ibunya adalah sahabatnya sendiri.
Samudera menghentikan laju mobilnya dan langsung berlari mendekati Bintang dan memeluk Bintang dengan erat, sedangkan Atlan dan Galaksi berdebat dengan Leo hingga hampir terjadi perkelahian jika Samudera tidak menghentikan ketiga orang itu.
"Gue pengen sama mamah." teriak Bintang mendorong Samudera lalu dia berlari ke jalan raya membuat beberapa pengendara mobil menekan klakson mobilnya.
"Bintang jangan gila." teriak Samudera yang langsung menarik Bintang sebelum sebuah mobil melintas, untung saja mobil itu berjalan dengan pelan.
"Semua gara gara lo." teriak Atlan yang kesal ke Leo.
"Mau sampe kapan kalian bakal sembunyiin semuanya?" tanya Leo.
"Gue bakal laporin lo ke polisi." balas Galaksi membuat Bintang langsung menggeleng pelan. "Jangan bang, jangan dilaporin ke polisi." balas Bintang sambil menangis karena dia takut kehilangan Angkasa untuk kedua kalinya.
"Bintang pengen sama mamah." rengek Bintang sambil menangis.
***
Bintang melampiaskan semuanya di dalam kamar, dia melempar apapun yang ada disana. Bintang melempar sebuah gelas hingga pecah dan Bintang langsung mengambil pecahan gelas itu dan menggenggamnya erat membuat darah bercucuran dari telapak tangan Bintang.
"Kalian semua keluar." teriak Bintang membuat Atlan dan Galaksi berjalan mundur ke belakang.
"Bintang lepasin itu." teriak Atlan menunjuk gelas yang ada di genggaman Bintang.
"Gue benci kalian. Gue benci kalian." teriak Bintang sambil menangis.
Arga dan Alana datang dengan wajah cemas dan khawatir mendengar kabar tentang Bintang dari Samudera yang menelponya tadi.
"Kalian keluar." teriak Bintang menunjuk Arga dan Alana karena dia tidak setuju dengan pernikahan mereka. "Biarin gue sendiri." lanjut bintang menggenggam erat pecahan gelas ditanganya membuat darah terus mengalir.
"Sayang lepasin itu." teriak Arga yang khawatir dengan keadaan Bintang.
Angkasa datang bersama Samudera, Angkasa terkejut dengan apa yang dia lihat begitu juga Samudera. Angkasa yang sangat khawatir langsung berlari memeluk Bintangnya dengan erat.
"Jangan celakain diri lo sendiri, lepasin pecahan gelasnya." ucap Angkasa lalu perlahan Bintang membuka genggaman tanganya. Bintang mendorong Angkasa cukup kuat membuat Angkasa terdorong ke belakang.
"Gue benci lo Sa," teriak Bintang yang kembali menangis. "Gue gamau liat lo lagi. Lo yang udah buat nyokap gue mati. Lo puas? Liat gue hidup tanpa nyokap?" teriak Bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa✓ (Completed)
Fiksi Remaja[SEDANG DIREVISI, MASIH BANYAK KEKURANGANYA] "Kau adalah candu yang membuatku diam diam menyimpan rindu." Angkasa, tempat Bintang bersinar Angkasa, cowok yang mengurung dirinya di rumah selama 3 tahun. Menghindar dari keramaian kota dan sahabatnya...