Pagi yang buruk!
Benar-benar pagi yang buruk bagi Shavira, mengapa dari sekian banyaknya manusia di bumi, kakaknya Jamie harus bersahabat dengan Bryan Kaslavo.
Benar sekali, pria gila itu sudah berada di rumahnya sepagi ini. entah untuk apa, yang jelas Shavira tidak perduli sama sekali.
"Apa?!"pekik Shavira.
Shavira barusaja mencuri dengar pembicaraan Jamie kakanya dengan Ibunya Rossaline. Jamie barusaja mengatakan bahwa dirinya akan pergi keluar negeri lagi. ayolah, Jamie barusaja sampai kemarin, dan sekrang harus pergi lagi meninggalkannya?
Yang benar saja.
"Shavira..."gumam keduanya.
Emilly muncul dan bergerak mengusap punggung adiknya, dengan maksud ingin menenangkannya. Karena semua tahu, bahwa Shavira tidak suka di tinggalkan, terlebih oleh Jamie.
"Shavira. kakak bisa jelaskan"ujar Jamie
"Menjelaskan apa? menjelaskan jika kau akan pergi lagi ke luar negeri untuk urusan bisnis? begitu?"Kesalnya. "Kenapa tidak sekalian saja kau tinggal dan menikah disana? jadi kau tidak perlu repot-repot bolak-balik kemari hanya untuk menemui kami!"tambahnya, dengn suara yang sedikit meninggi.
Jamie terdiam, benar. Akhir-akhir ini Shavira memang selalu mengeluh mengenai dirinya yang sering pergi mengurus perusahaan ketimbang berada di rumah. Shavira sangat membutuhkan sosoknya sebagai seorang kakak sekaligus ayah bagi Shavira. Karena bagaimanapun, Shavira satu-satunya anak yang memiliki kenangan yang sangat sedikit tentang ayahnya.
"Shavira!"Tegas Rossaline.
Shavira tertawa sinis, "Pergilah, perusahaan lebih penting bukan? Pergi sana!"teriaknya lagi.
Jamie mengepalkan tangannya, ia tidak suka melihat Shavira menangis seperti itu. Jamie bisa jamin jika setelah kejadian ini adik bungsunya itu akan membenci dirinya. Dan Jamie tidak ingin itu. untuk itu ia bergegas menyusul Shavira, namun Rossaline mencegahnya.
"Jangan di kejar, pergilah sana. Kau bisa ketinggalan pesawat"ujar Rossaline
Emilly mengngguk setuju "Biar aku yang akan membujuk Shavira, kakak pergi saja"
Jamie masih bergeming, sungguh ia merasa sangat berat meninggalkan Shavira dalam keadaan seperti ini. Namun apalah daya, ia tetap harus meninggalkan Shavira meski berat hati.
"Ayo, tunggu apalagi..."
Bryan disana, menyaksikan semuanya, menyaksikan bagaimana gadis yang selama ini membuat hatinya terus berdebar itu menangis, Bryan mengerti jika gadis itu sama seperti dirinya, tidak pernah suka di tinggalkan. Bryan tersenyum samar, baginya kehidupan Shavira cukup beruntung. Ia memiliki ibu dan kedua kakak yang sangat menyayanginya, tidak seperti dirinya yang hanya hidup sebatang kara.
Jika saja dulu ia tidak bertemu dengan Jamie, mungkin sekarang ia sudah tidak ada lagi di dunia ini.
"Kau ingin pergi sekarang?"tanya Bryan ketika mendengar langkah kaki Jamie mendekat.
Jamie mengangguk sembari menepuk bahu Bryan. "Kau tidak perlu mengantarku, aku akan pergi dengan Ibu juga Adrian sopirku. Jaga diri baik-baik, telepon aku jika kau butuh bantuan."sahut Jamie
Bryan mengangguk.
"Tolong jaga Shavira selama aku pergi ya, hanya kau yang bisa ku percaya"gumamnya.
Sekali lagi Bryan mengangguk, entahlah mungkin ia akan sedikit sulit mengabulkan permintaan Jamie yang satu itu. Karena ia tahu jika Shavira bukanlah sosok yang mudah untuk ia dekati.
"Aku pamit..."
Bryan menghembuskan nafas panjang, setelah ini ia butuh tenaga extra untuk menghadapi si bungsu Greyson itu.
***********************
Shavira, gadis itu masih menangis di taman belakang, di atas kursi panjang disana. Sejak kecil Shavira tidak suka di tinggalkan, ia selalu takut setiap kali Jamie bepergian. Ia takut Jamie tidak kembali lagi seperti ayahnya yang meninggal saat kecelakaan pesawat.
Sejak saat itu Shavira takut di tinggalkan, dan takut naik pesawat.
Bryan mendekat, meminta Emilly untuk pergi meninggalkan mereka berdua. Dan Emilly mengizinkan.
Bryan duduk di samping Shavira yang menangis sembari menutup kedua wajahnya dengan telapak tangan. Bryan masih bergeming, membiarkan Shavira menangis sendirian.
"Aku pernah berada di posisimu, tapi kau harus percaya pada dirimu sendiri, Jamie akan baik-baik saja"
Shavira menghentikan tangisnya, kemudian menoleh ke arah suara itu berasal. Bryan si pria gila itu ada disana, menatap langit biru dengan mata yang sedikit berkaca-kaca. Shavira masih diam, ia sama sekali tidak memiliki tenaga untuk berdebat dengan pria di sampingnya ini.
"Kau tahu... ibuku meninggal saat usiaku 10 tahun. Aku yang masih sangat kecil itu tidak tahu apa yang terjadi pada ibuku, hingga beliau meninggal."ujarnya
"Yang aku tahu saat itu adalah, ibuku meninggal bunuh diri..."lanjutnya
Shavira masih menatap sosok itu. Sosok yang belakangan ini sering mengganggu fikirannya, membuat perasaannya campur aduk. Kini sedang sedih dan Shavira dapat merasakan ada nada getir di ucapan pria itu yang tersalur ke perasaan Shavira.
Untuk pertama kalinya, Shavira ingin lebih banyak mengenal sosok Bryan Kaslavo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Possessive With Me [Completed✔]
RomanceShavira Greyson, wanita ceria dan memiliki sifat mudah beradaptasi. Tiba-tiba terjebak ke dalam kehidupan seorang Bryan Kaslavo. Pria angkuh yang tiba-tiba muncul dan membawanya terjebak lebih dalam ke kehidupannya yang rumit dan gelap. Memasuki keh...