17. What Should I do

33.4K 1.5K 13
                                    

"Apa Jadwalku hari ini Angeline?"tanya sosok gagah yang sedang duduk di kursi kebesarannya sembari memijat pelipisnya yang berdenyut.

"Ada banyak meeting hari ini sir!"

Bryan menghela napas, ya tuhan. Selama dua hari ini kepalanya benar-benar di pusingkan oleh banyak pekerjaan.

"Sampai jam berapa?"tanya Bryan lagi.

"Pukul satu dini hari."

"KAU GILA?"pekik Bryan. Demi tuhan, Bryan belum tidur nyenyak sedari kemarin, dan sekarang ia ada banyak pertemuan sampai pukul satu dini hari, dan harus bangun pukul tiga pagi untuk terbang ke jepang.

Rasanya Bryan ingin berhenti dari pekerjaannya dan menjadi pria pengangguran, agar bisa merasakan tidur nyenyak setiap hari.

"Aku serius Bryan! Makanya cepat menikah dan memiliki anak, agar semua ini anakmu yang mengurus!"sarkas Angeline.

Hilang sudah rasa sopan wanita berusia 31 tahun itu, Angeline memang sahabat Bryan sejak di bangku kuliah.

"Ck, aku tidak butuh nasihatmu! Urusi saja perutmu yang kian membesar itu, kapan kau akan cuti? Aku kasihan melihatmu seperti itu."ucap Bryan.

Angeline memang tengah mengandung anak pertamanya, dan usia kandungannya sudah hampir 8 bulan.

Angeline hanya mengangkat bahunya acuh, "Ingat, jangan pergi kemanapun. Kau ada meeting setelah ini!"

"Iya, iya. Aku tahu!"ujar Bryan dengan malas.

"Kalau begitu, aku permisi!"pamit Angeline yang hanya di balas dengan anggukkan kepala oleh Bryan.

Sepeninggal Angeline, Bryan menyandarkan tubuhnya di atas kursi kebesarannya, menatap ponselnya yang berdering dan memunculkan sebuah pesan dengan banyak foto Shavira.

Pria itu tersenyum kecil, ia merindukan Shaviranya. Dua hari tidak bertemu dengan gadis itu, rasanya sudah satu tahun saja baginya.

Bryan bukan menghindari gadis itu karena tamparan yang ia berikan kepadanya, Bryan hanya merasa jika mereka butuh jarak. Bryan bukannya tidak ingin berjuang dan meminta maaf kepada Shavira atas kesalahannya yang membuat gadis itu marah. Bryan hanya tidak ingin terlalu berjuang, terlalu berharap. Ia tidak ingin kejadian beberapa tahun lalu kembali terulang.

Bryan pernah jatuh cinta kepada gadis bernama Zaskia Sanders, dan berhubungan selama kurang lebih 3 tahun lamanya, mereka sama-sama saling memperjuangkan dan mempertahankan hubungan itu, meski Fabian Sanders tidak menyukainya.

Saat itu, Bryan menjadi pria paling romantis sedunia, menyayangi Zaskia sepenuh hati, hingga membuat seluruh dunia iri kepada Zaskia.

Namun, sekuat apapun mereka mempertahankan, jika takdir berkata lain, kita bisa apa?

Zaskia mengkhianatinya, tak hanya samapai di situ, Zaskia juga sedang mengandung anak dari pria lain, pria yang sekarang telah menjadi suaminya dan memiliki 3 orang anak.

Bryan tidak ingin kembali mencintai dengan sangat dalam, biarkanlah semuanya berjalan sesuai dengan apa yang telah di gariskan.

"Aku merindukanmu..."

Lalu kemudian, Bryan keluar dari ruang kerjanya, siap-siap menghadiri meeting.

*****

Arvella menepuk bahu Shavira dengan sedikit keras, merasa heran mengapa tadi pagi gadis itu meneleponnya dan ingin bertemu di sebuah tempat dekat statiun kereta yang biasa mereka lewati setiap ke kampus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arvella menepuk bahu Shavira dengan sedikit keras, merasa heran mengapa tadi pagi gadis itu meneleponnya dan ingin bertemu di sebuah tempat dekat statiun kereta yang biasa mereka lewati setiap ke kampus.

"Kau sudah datang?"tanyanya dengan pelan.

"Kenapa wajahmu lesu begitu? Kau sakit? Atau ada masalah?"cecar Arvella.

Namun bukan jawaban yang ia dapatkan, melainkan kepala Shavira yang sudah berada di bahunya. Arvella menghembuskan napas pelan, kemudian bergerak mengusap rambut Shavira dengan lembut. Arvella mengerti, jika saat ini sahabatnya itu tidak sedang baik-baik saja. Gallen juga bahkan sempat meneleponnya karena hari ini Shavira tidak datang ke studio photo untuk memotret Shamanta.

"Aku tidak ingin bercerita..."gumam Shavira.

"Tak apa, jika dengan bersandar di bahuku dapat membuatmu lebih baik, maka aku tidak masalah..."balas Arvella.

Arvella bukan tidak peduli kepada Shavira, hanya saja Shavira bukanlah tipe orang yang akan menceritakan semua yang mengganggu pikirannya jika itu masih bisa ia atasi. Arvella tidak ingin memaksa gadis itu untuk bercerita, karena semuanya akan percuma gadis itu tidak akan mengatakan apapun.

"Aku rindu..."ucapnya pelan.

Arvella hanya diam, membiarkam Shavira melanjutkan apa yang ingin ia katakan.

"Apa yang harus aku lakukan Vella? Dia menghindar dariku, karena aku menamparnya. Apa yang harus aku lakukan?"

Mr. Possessive With Me [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang