Bab 1

437 34 5
                                    

      Sraaak....bakkk, sebuah pohon yang besar dan berumur cukup tua roboh yang tertinggal akarnya saja, untung pohon itu tidak menimpah rumah di dekatnya, sedikiiit lagi pikir pak Aming yang ketika terdengar suara tadi cepat-cepat keluar.

      Lebih baik besok saja aku beresin pohon itu pikirnya sambil melihat langit , malam ini banyak petir, ia kemudian masuk ke rumah lalu duduk di kursi tamu, kenapa perasaan tidak enak ya! tiba-tiba jantung ku berdebar kencang, pak Aming jadi memikiran anaknya dinda.

      Pagi tadi janjian mau pergi dengan Syarief, katanya tidak lama tapi...sampai sekarang belum pulang, sudah malam sekarang pikirnya sambil memandang ke arah pintu, sesaat hatinya jadi takut sesuatu terjadi pada anaknya.

     Saat hatinya menduga-duga terdengar olehnya suara ketukan di pintu, pelan sekali tapi masih terdengar..ayahh....ayaaah, sayup-sayup suara perempuan memangil, mendengar ada yang memangilnya spontan pak Aming bergerak ke arah pintu raaak suara pintu yang engselnya mulai berkarat.

      Pak Aming keluar, suasana agak gelap dan hujan sangat deras saat ia perhatikan dengan jelas tanpak olehnya berdiri dekat pilar seorang wanita yang posisinya membelakanginya ..aneh! wanita ini tubuhnya tidak basah padahal hujan lagi derasnya.

      Di perhatikannya rasanya aku kenal oh...Astargfirullah Dinda apa yang terjadi ? tanyanya, maksud hati mau meraih anaknya tapi ia merasakan tangan dan kakinya tak bisa di gerakkan. Kenapa? apa yang terJadi pada ku lalu ia memanggil Dinda kenapa kau diam saja nak, kenapa kau baru pulang katakan kepada ayah.

      Banyak pertanyaan yang di lontarkan tapi...pak Aming berhenti bertanyà lagi ketika ia melihat anaknya perlahan berbalik dan berdiri tepat di depannya. Bukan hal yang mudah bagi pak Aming mengatasi perasaannya saat ini.

      Terasa ada yang memukul dada hingga terasa sesak, ia melihat rupa anaknya yang pucat, badannya yang kotor dan rambut yang jauh dari rapi tapi... yang membuat hatinya bergetar hebat ia melihat leher anaķnya ada seuntai tali panjang yang mencerat lehernya dengan kencang.

      Apa-apaan ini kenapa ada tali di lehermu nak tanya pak Aming suaranya bergetar hebat, terdengar ia berusaha menahan tangis,, ia mau memanggil istrinya tapi suaranya tak bisa di jeritkan, hanya suara pelan bahkan seperti berbisik yang ke luar.

       Pak Aming berusaha keras menggerakan badannya , ia ingin melepaskan tali yang menjerat leher anaknya tapi belum lagi usahanya berhasil ia terkejut melihat Dinda berjalan menjauhinya. Dinda....dindaa.....dindaaaa jeritan kuat keluar juga dari mulutnya saat melihat anaknya berjalan menjauh. 

       Cepat ia mau menyusul dan karena keinginannya pak Aming tidak lagi melihat lagi apa yang ada si depannya, tak ayal lagi ia tersungkur keras dan badannya menghantam sesuatu yang membuat ia tidak sadarkan diri.

ADINDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang