Bab 31

112 24 0
                                    

        Besoknya Sis bukan hany.a di antar ayahnya tapi juga ibunya yang bersikeras untuk mengantar ke kantor polisi, sedangkan soal adiknya untuk sementara nginap ke tempat neneknya sekalian sekolah dari sana. Setelah Lili di jemput tantenya baru mereka bertiga pergi.

     Di kantor polisi mereka bertemu langsung bagian yang menanggani pembunuhan terutama kasus Adinda dan Syarief. Di hadapan mereka Sis mengakui semua, polisi menjelaskan kalau Maman sudah di curigai dari sidik jari yang ia tinggalkan, jadi target mereka sekarang nencari komplotannya.

       Saudara Sis tolong jelaskan soal laki-laki yang bernama Wawan. Kemarin ada kasus yang masuk yaitu laki-laki.yang bernama Maman  yang sengaja di tabrak dan di bunuh oleh Saudara Wawan dari kampung Karang Tani jelas polisi itu, apa itu orang yang sama tanya polisi itu, benar pak itu orang yang sama dengan yang saya kenal sahut Sis.

        Baiklah karena para tersangka pembunuhan sudah ada dan untuk penyelidikan lebih lanjut saudara Sis kami tahan dulu. Dan bapak, ibu bisa mengusahakan pengacara untuk membela anak anda jelas mereka.

       Karena sudah kesadaran sendiri saat di beritahu hari ini ia di tahan  tidak ada tanpak wajah ketakutan pada Sis dan orang tuanya sudah menerina. Ketika itu ibunya langsung memeluknya  dan ayahnya berpesan agar Sis kuat dan bisa menjaga diri dan saat Sis menghilang dari pandangan, mereka pun pulang.

       Pak Aming dan istrinya terkejut mendapat kabat dari Agus kurus kalau Wawan keponakan pak Rt di tahan polisi sebagai pelaku tunggal pembunuhan yang kabarnya laki-laki itu temannya sendiri jelasnya.

      Gus bisa dak kau hari ini temani bapak ke kantor polisi ? tanya pak Aming. Kantor polisi lagi pak...? jawab Agus, dak bosan mereka manggil terus sahutnya lagi. Gus...gus itu kan sudah tugas mereka jawab pak Aming sambil tersenyum.

      Ternyata di kantor polisi bukan pak Aming saja yang di panggil orang tua syarief dan berapa laki-laki muda ada di sana. Di luar pak Aming menyalami ayah Syarief. Tak ku sangkah kita bertemu di kantor polisi, benar pak saya juga kaget.

       Tapi sebelumnya kami sekeluarga mintak maaf  belum punya kesempatan untuk berziarah ke makam Dinda kata ayah Syarief, tanpa ada katakan saya dan istri memahami situasi anda jawah pak Aming. Oh anda datang ke sini dengan siapa? tanya pak Aming. Saya datang bersama teman-teman syarief. Nah ini ayah syarief mengenalkan mereka.

       Ketika bertatapan muka baru pak Aming mengenali mereka, kalau tidak salah kalian pernah ke rumah bapak kan tanyanya pada ke tiga anak muda itu. Iya pak' saya Ruslan ini Eman dan Amir, ia mengenalkan diri lagi, kami menemani ayah Syarief karena ingin sekali tahu siapa laki-laki yang sudah membunuh sahabat kami kata Ruslan dengan nada agak marah.

       Baiklah kalau begitu kita sama-sama masuk ke dalam kantor polisi saran pak Aming yang di setujui mereka semua. Setelah di jelaskan oleh polisi yang pernah mendatangi pak Aming akhirnya merekà tahu terutama pak Aming yang tidak menyangka kalau otak pembunuhan anaknya adalah Wawan yang pernah pacaran dengan anaknya dan satu kampung lagi.

      Membayangkan Wawan pernah datang tanda turut berbelasungkawa, ikut mengantar ke kuburan terasa mau pecah kepalanya, ia tidak pernah curigah sedikit pun.

ADINDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang