Bab 8

167 31 0
                                    

        Kamis. Ternyata apa yang di katakan Dara benar, ketika itu ia menelepon Dinda kalau Syarief memintak nomor handphonenya. Terasa jantungnya berdebat keras, semua jadi dak konsen, sedikit-sedikit melirik ke hp, akh..' .kacau.

     Din' panggil ibunya yang tiba-tiba muncul, Dinda yang sedikit melamun tak urung mendengar panggilan di dekatnya membuat dia spontan agak menjerit karena terkejut. Melihat Dinda segitunya terkejut membuatnya ibunya  jadi ikut terkejut.

       Dinda..' apa-apa kau ini. Ibu hanya memanggilmu pelan tapi kau begitu terkejut melihat ibu, memanģ wajah ibu menyeramkan sekali tanyanya keras pada anaknya. Mendengar teguran ibuny membuat Dinda jadi sadar, cepat-cepat ia berkata.

      Maaf bu, Dinda tadi tidak sengaja menjerit jelasnya sambil memegang tangannya, maaf ya bu rayunya.Iya ibu maafan, tapi ingat jangan melamun terus nanti bisa dak selesai- selesai perkerjaan ini, ibunyà menggingatkan. Oke bos jawab Dinda sambil tersenyum.
        Buu.. panggil Dinda tapi ibu masih diam lalu di ulanginya lagi, bu..buu..ehm apa!  Mau apa Dinda ?  ia melihat ke anaknya, di perhatikannya. Ibu lihat sekarang kau agak aneh, suka melamun, manggil-manggil ibu tapi di tanya jadi ragu-ragu.

       Emang tidak bisa nanti nanyanya kalau kue kita sudah jadi jawab ibunya, tapi bu sebentaaar saja rayunya. Akhirnya, ya sudah kamu mau nanya apa tapi tanganmu tu masih tetap di gunakan untuk mengocok telur, ngerti! katanya tegas yang di jawab Dinda dengan senyum-senyum.

       Sekarang apa! kata ibunya. Bu ' Dinda ingin tahu waktu ibu bertemu dengan ayah bagaimana caranya, lalu siapa duluan  yang nembak , anuh maksud Dinda yang mengatakan cinta duluan jelas Dinda. Ada-ada aja pertanyaanmu.

      Nah..neng Dinda sekarang dengar ya,  yang nembak ibu bukan ayahmu tapi kakekmu untuk menjadikan menantunya dan lagi ayah dan ibu tidak ada acara pacaran, kami kenal dari kecil dan karena  orang tua kami saling kenal mereka berkeinginan  menjodohkan kami, jelasnya.
        Rasanya bukan ini yang di harapkan Dinda, sedikit rasa kaget mendengar penjelasan ibunya, apa ibu tidak bohong tanyanya lagi, bukan jawaban yang  di terima tapi centilan di hidung yang di terima. Dinda jadi berkata dalam hatinya, kalau begini tak ada serunya, tak asik pikirnya jadi malas dan lesu. Melihat itu ibunya tertawa geli, Dinda jadi tambah sebel.

ADINDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang